Fatimah mendekati mereka, dia tidak menyayangi Santo senekat itu. Fatimah yakin, Ella terpaksa melakukannya. "Mbak, jangan pecat saya! Saya nggak salah!" ucap Ella berlutut di depan Fatimah. "Aku mohon, Mbak. Maafkan saya," kata Ella menangis. "Bapak kenapa melakukan ini? Kalau Ibu tahu bagaimana? Bapak bisa-bisa disunat hingga habis," bentak Fatimah. "Aku tahu Bapak yang salah. Berapa kali Bapak melakukannya?" tanya Fatimah. "Baru dua kali ini," jawab Santo tertunduk. "Kapan yang pertama?" tanya Fatimah. "Semalam, Mbak. Semalam Bapak masuk ke kamar saya. Padahal sudah saya kunci," jawab Ella. "Berdiri, Mbak." Fatimah menuntun Ella berdiri. "Hai ada apa ini?" tanya Aminah yang sudah pulang. "Nggak, Bu. Ini tadi Ella bikin kesalahan sedikit. Dia udah meminta maaf sama saya," jawab Fatimah. Dia menyembunyikan semua dari Aminah, sebenarnya bukan Santo yang dia lindungi melainkan Ella. Fatimah faham, Ella pasti akan diamuk Am
Beruntung Fatimah datang, dan mencairkan suasana yang semula tegang menjadi santai. "Ibu, ngapain Bapak suka Mbak Ella. Bapak kan sayang sama Ibu," ucap Fatimah. "Mbak Ella, itu supir yang jemput udah datang," kata Fatimah. Fatimah dan Ella keluar rumah, di sana sudah ada pembantu baru. Dia sudah berumur, bahkan di atas usia Aminah. "Mbak, Pak, Bu, saya pamit. Saya mohon maaf bila banyak salah," ucap Ella yang pada akhirnya pergi dari rumah Fatimah. Kini Ella digantikan dengan Mbok Inah. Dia yang akan membantu pekerjaan di rumah Fatimah. Fatimah menjelaskan tugas Mbok Inah.** Setelah kepergian Ella, Fatimah masuk ke dalam kamar. Dia merasa capek padahal tidak melakukan pekerjaan apapun. Angga menelfon menanyakan pembantu baru Fatimah. Fatimah senang Angga perhatian dengan dia. Meskipun dia belum sah menjadi istrinya. Fatimah tiduran sambil memainkan proselnya. Tiba-tiba Aminah datang, dia melihat sudah dari pengadilan yang ditaruh Fatimah di at
Sidang perceraian segera dimulai, dalam persidangan Fatimah meminta harta gono-gini. Pihak pengadilan belum menyetujui karena perlu dirundingkan lagi. Selesai sidang, mereka keluar. Lukman tampak kesana dengan sikap Fatimah dan Ibunya. "Fatimah, harusnya kamu tidak datang," kata Lukman. "Kamu tidak punya apa-apa saat bersama Jaka. Jadi kamu tidak berhak aras harta gini-gini, lagi pula anak yang kamu kandung adalah anak orang lain," ucap Lukman. "Eh Lukman, meskipun mereka bercerai setidaknya Jaka memberikan hartanya untuk Fatimah. Yang salah kam Jaka, dia mandul sehingga Fatimah selingkuh," bantah Aminah. "Apa? Anak kamu saja yang kegatelan. Jangan salahkan Jaka!" bentak Lukman. ''Pak, sudahlah. Kita turuti saja apa mau mereka." Jaka mengalah. "Tidak, aku tidak mau," bantah Lukman. "Kita itu pihak laki-laki, dia yang membuat perselingkuhan hingga hamil. Dia yang menyakiti kamu, tapi dia masih tidak malu minta harta gono-gini," ucap Lukman. "Kal
Angga masih mencintai Fatimah, dia hanya menggertak Aminah. Dia tidak serius dengan ucapannya. Dia hanya ingin Aminah tahu kalau dia sangat ingin menikahi Fatimah. "Bu, Mas Angga marah. Bagaimana ini?" tanya Fatimah. "Nanti aku akan bujuk dia lagi," kata Aminah. "Yakin ya, Bu. Ibu harus kembalikan Mas Angga," kata Fatimah. Aminah memikirkan cara agar Angga mau menunggu Fatimah hingga proses perceraian selesai.** Rani sedang makan di restauran seorang diri. Pernikahannya sudah dekat, namun Bimo sibuk dengan pekerjaannya. Jadi Rani memutuskan pergi makan malam di luar seorang diri. "Sepi juga nggak ada Mas Bimo," ujar Rani sambil melihat sekeliling restauran. Rani memilih tempat duduk yang sangat nyaman baginya. Dia ingin menikmati hidupnya sebelum menikah. Rani tengah menikmati makanan enak yang dia pesan. Dia senang bisa hidup enak tanpa harus bekerja. "Rani," panggil seseorang. Rani menoleh, Hasan mendekati meja Rani. Rani memasa
Hasan lalu menarik tangan Leo, dia berbicara empat mata dengan Leo. Hasan tidak mau jika Leo berbicara pada Hani tentang pertemuan Rani dan Hasan. "Leo, aku mohon! Jangan sampai Hami tahu. Kami bertemu tidak sengaja," kata Hasan. "Hasan, sampai kapan kamu sembunyi-sembunyi? Kalau kamu masih mencintai Rani bilang, jangan kamu kasih Hani harapan palsu," ucap Leo. "Leo, aku tidak mencintai Rani. Aku hanya memberitahu dia tentang ulang tahun Ahmad," bantah Hasan. "Terserah kamu saja," ucap Leo menyusul istrinya dan Rani. "Sayang, ayo kita pulang!" ajak Leo. "Rani, sampai bertemu lagi ya!" ical istri Leo yang bernama Salma. Salma dan Leo telah pergi. Kini giliran Rani dan Hasan yang pergi dari cafe. Rani mentraktir Hasan, dia menepati janjinya. "Mas, aku nggak akan ke rumah Ibumu," kata Rani setelah mereka sampai di tempat parkir.** Salma ternyata membuat status sedang bersama Rani. Saat itu Hani melihat status Hani.[Salma, kapan kamu bertem
"Baiklah, aku akan tinggalkan Mas Hasan," ucap Hani. "Oke, aku pegang janji kamu," kata Rani. Hani pulang, dia memikirkan alasan apa agar bisa meninggalkan Hasan. Sebenarnya Hani masih mencintai Hasan meskipun dia tidak suka Hasan yang tidak kaya. Tetapi dia tidak mau Rani melaporkannya ke kantor polisi. Ada panggilan dari Hasan, Hani sengaja mengabaikan panggilan Hasan. Dia harus mulai cuek pada Hasan.** Fatimah senang Angga masih perhatian padanya. Meskipun Angga jarang ke rumahnya. Kehamilan Fatimah sudah mulai membesar, ini saatnya acara empat bulanan kehamilan Fatimah. "Bu, bagaimana kalau orang tanya Bapaknya anak ini di acara empat bulanan nanti?" tanya Fatimah. "Udahlah, kamu nggak usah dengerin," jawab Aminah. "Nggak mungkin juga kan kamu ngaku itu anak Angga. Apa kata keluarga besar kita nanti," lanjut Aminah. "Bagaimana kalau kamu suruh Jaka saja ke sini?" tanya Aminah. "Loh kok Mas Jaka, Bu?" tanya Fatimah sedikit keberatan. "Temu
Semenjak ketahuan bertemu Fatimah, Yunita jarang menemui Jaka. Jaka merasa bersalah karena telah membohongi Yunita. Jaka akan mendekati Yunita dan mendapatkan hatinya kembali. "Yun, kita makan siang yuk!" ajak Jaka. "Maaf aku sedang sibuk," jawab Yunita ketus. Kekecewaannya belum berakhir, hatinya masih sakit akibat dibohongi. Jaka duduk di kursi depan meja Yunita. Dia menunggu Yunita hingga membuat Yunita kesal. "Aku sibuk, jangan ganggu aku." Yunita masih menatap layar leptopnya. "Apa tidak ada lagi kesempatan untukku menjelaskannya?" tanya Jaka. "Aku tahu, aku salah karena berbohong," kata Jaka. "Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," kata Jaka. Yunita masih sibuk dengan leptopnya, dia mengetik entah sedang mengerjakan apa. Jaka tidak bergeming dari tempatnya. "Sampai kapanpun aku akan merasa bersalah jika kamu terus begini. Aku meminta maaf atas kebohonganku. Fatimah hanya memintaku datang ke acara empat bulanannya nanti. Biar bagaim
Yunita dibuat kesal oleh kelakuan Fatimah, dia menelfon Jaka di saat sedang bersama Yunita. Yunita kesal dan langsung mengajak Jaka pulang. Jaka hanya bisa menurut karena tidak mau membuat Yunita semakin kesal. "Om, kapan-kapan main lagi ya," kata Jonathan. "Iya, kamu hati-hati," ucap Jaka mslambaikan tangan pada Jonathan. Sementara Yunita telah masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Jaka juga dibuat kesal, karena Fatimah menelfon disaat yang tidak tepat. Sudah dimatikan tapi masih terus menelfon. Dia serasa nggak punya malu. Jaka pulang, dia melihat Rosi sedang menelfon seseorang. Jaka tidak menyapa adiknya itu, dia langsung masuk ke dalam kamar.** Jaka harus membujuk Yunita lagi, dia tidak mau Yunita larut dalam kekesalan. "Bagaimana kalau kita datang ke acar empat bulanan Fatimah berdua?" tanya Jaka saat mereka duduk bersama di ruangan Yunita. "Kita buktikan pada Fatimah, kalau dia sudah tidak ada di hatiku," lanjut Jaka. "Tidak, a