Share

Derita diatas luka
Derita diatas luka
Penulis: Ama Kejora

Menolong berujung bencana

Terlihat seorang gadis cantik yang hendak berangkat kerja. Renata Viantika yang biasa di panggil Rena, merupakan tulang punggung keluarganya. Ibunya sakit-sakitan sejak satu tahun yang lalu. Sedangkan ayahnya sudah meninggal dunia. Renata harus membantu membiayai sekolah kedua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Tak sengaja Renata melihat seseorang yang tergeletak di pinggir jalan. Ia menghentikan sepedanya lalu mendekati lelaki itu. Ternyata itu seorang lelaki paruh baya. Di wajahnya banyak luka lebam dan di perutnya masih ada pisau yang menancap.

"Astaghfirullah'aladzim. Pak, tolong bangun!" Renata menepuk pelan bahu lelaki itu. Namun, lelaki itu tak kunjung bangun.

Renata mencoba mencari bantuan. Ia menghadang sebuah mobil yang kebetulan sedang melintas. Untung saja pengendara mobil itu menghentikan mobilnya. Seorang lelaki tampan membuka kaca mobilnya, menatap Renata dengan tajam.

"Ngapain kamu halangi jalan saya?" tanya lelaki itu dengan ketus.

"Maaf, Kak. Saya hanya ingin meminta bantuan. Itu ada seorang lelaki yang tergeletak di pinggir jalan. Tolong bantu saya bawa dia ke rumah sakit!" Renata menatap lelaki itu dengan tatapan memohon.

"Saya tahu kalau apa yang kamu lakukan itu hanya modus. Saya punya urusan yang lebih penting dari pada mengurusi wanita rendahan sepertimu." Lelaki tampan itu hendak menutup kaca mobilnya, tetapi Renata menahannya dengan tangan.

"Tolong bantu saya! Lihat dulu lelaki itu yang sangat memprihatinkan," ucap Renata sambil menunjuk lelaki paruh baya yang masih tergeletak di pinggir jalan.

Alex menghela napasnya, lalu membuka pintu mobilnya. Ia meminta Renata menunjukkan siapa lelaki yang di maksud. Alex terkejut begitu menatap lelaki paruh baya yang tak lain ayahnya, sudah tak sadarkan diri. Memang sejak semalam ayahnya pergi tetapi tak pulang-pulang.

"Ayah, kenapa ayah bisa seperti ini? Siapa yang berani melakukan ini kepada Ayah?" Alex menggoyangkan badan Ayahnya, tetapi sama sekali tidak ada pergerakan.

Alex menggendong ayahnya lalu menidurkannya di jok belakang mobilnya. Renata mengikuti Alex dan hendak masuk ke dalam mobil. Namun, Alex mencegahnya, mendorong Renata sehingga terjatuh ke jalan.

"Ngapain kamu mau menerobos masuk mobil saya? Mobil mewah saya ini tak pantas di duduki oleh wanita rendahan sepertimu," ucap Alex sambil menutup pintu

mobilnya.

Renata masih berdiri di tempatnya menatap mobil Alex yang mulai menjauh dari pandangan matanya. Niat ingin membantu tetapi malah kena marah. Selama hidupnya, baru kali ini ia menjumpai lelaki sombong seperti Alex.

Sambil mengemudi, Alex menghubungi orang suruhannya dan meminta mereka untuk menangkap Renata. Alex menyebutkan ciri-ciri Renata kepada anak buahnya. Ia menduga jika Renata yang sudah membuat ayahnya seperti itu.

....

....

Renata tersadar dari pingsannya. Namun, tubuhnya tak bisa di gerakan karena tangan dan kakinya di ikat dengan tali. Begitu juga dengan mulutnya yang di sumpal dengan kain. Entah kesalahan apa yang membuat Renata di culik. Jika mereka meminta imbalan uang pun, sudah pasti keluarga Renata tak bisa memberinya.

Pintu yang tertutup rapat itu kini terbuka lebar. Alex melangkahkan kakinya mendekati Renata. Tatapan tajamnya sama sekali tak teralihkan dari sosok Renata.

"Emm ... emm .... " Renata mencoba menggerakkan tubuhnya agar ikatan di tangan dan kakinya melonggar. Namun, usahanya itu sia-sia. Sekeras apa pun Renata bergerak tak mampu membuat ikatan itu terlepas.

"Ini balasan untuk kamu yang sudah berani mencelakai Ayah saya. Saya pastikan kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal karena sudah membuat Ayah saya meninggal dunia." Alex mencengkeram dagu Renata. Bahkan kuku tangannya

menancap dan membuat kulit putih Renata berdarah.

Renata hanya bisa menangis meratapi hidupnya. Akibat kesalah pahaman membuat dirinya menjadi seorang tawanan. Entah apa yang nanti akan Alex lakukan kepadanya. Yang pasti untuk saat ini ia akan mencoba cari cara agar bisa pergi dari

sana.

Alex hendak beralih mencekik Renata, tetapi tak jadi saat salah satu anak buahnya mendekatinya. Alex di beritahu jika ayahnya akan di makamkan saat ini juga. Alex langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Beberapa kali Renata berucap istighfar dalam hati. Meminta pertolongan kepada sang penguasa agar di berikan jalan biar bisa bebas dari sana. Semoga saja Alex sadar jika dirinya bukanlah seperti yang di tuduhkan.

Satu jam kemudian Alex kembali menghampiri Renata. Alex melepaskan ikatan di kaki dan tangan Renata. Lalu ia menarik paksa tangan Renata dengan kasar. Tujuannya saat ini ke rumah utama.

"Lepaskan saya! Apa salah saya sehingga Kakak berbuat kasar begini?" Renata mencoba melepaskan diri dari Alex.

"Diam!" bentak Alex.

Renata tergopoh-gopoh mengimbangi langkah Alex yang begitu cepat. Jarak tempat Renata di sekap ke rumah utama cukup dekat. Kini mereka telah sampai dan di sambut hangat oleh beberapa pelayan di rumah itu. Alex menarik paksa tangan Renata hingga kini keduanya sampai di kamar utama. Dengan cepat Alex mendorong tubuh Renata sehingga terjatuh ke atas ranjang.

"Sepertinya hukuman pertamamu harus melayaniku di atas ranjang." Alex tersenyum menyeringai menatap Renata.

"Jangan sentuh aku! Tolong jangan lakukan itu!" Renata beranjak dari atas ranjang, berniat untuk pergi.

"Tidak ada pilihan lain lagi untukmu. Mulai saat ini kamu harus menjadi penghangat ranjangku." Alex kembali mendorong tubuh Renata. Dengan cepat ia mengungkung tubuh mungil itu lalu mulai memberikan sentuhan.

Renata hanya bisa pasrah di bawah kendali Alex. Tenaga Alex yang begitu besar membuat Renata tak bisa berbuat apa-apa. Renata menjerit karena Alex

menjamahnya dengan begitu kasar.

"Sakit, tolong berhenti!" jerit Renata sambil terisak.

"Belum ke tahap inti saja sudah sakit. Dasar wanita payah," ejek Alex sambil melebarkan kedua paha Renata.

Alex menerobos paksa dinding kesucian milik Renata. Setelah dua kali mencoba akhirnya kini ia bisa merasakan jepitan luar biasa dari dalam sana. Alex

menggerakkan tubuhnya dengan kasar. Mengabaikan Renata yang sejak tadi menjerit kesakitan.

Renata merasa jijik pada tubuhnya sendiri. Satu-satunya harta berharga miliknya telah di rampas paksa oleh lelaki yang sama sekali tidak ia kenal. Entah dosa apa yang telah ia lakukan di masa lalu sehingga sekarang ia harus mengalami hal menyedihkan ini.

"Tidak usah menangis! Bukankah kamu juga menikmatinya? Harusnya kamu bangga karena bisa merasakan milikku yang masih perjaka," ucap Alex tanpa menghentikan aksinya.

Hingga satu jam lamanya Alex menggagahi Renata. Kini keduanya terkapar lemas di atas ranjang. Alex menahan Renata yang hendak turun dari atas ranjang.

"Mau kemana kamu? Nanti kita akan melakukan ronde ke dua. Awas saja kalau berani menolak!" Alex mencengkeram pergelangan tangan Renata.

"Jangan lakukan itu! Tolong maafkan aku jika memang aku memiliki salah. Biarkan aku pergi dari sini," pinta Renata sambil melepaskan cekalan tangan Alex.

Alex hendak mendekatkan wajahnya ke tubuh Renata. Tetapi tak jadi saat dia mendengar ketukan pintu dari luar kamar. Alex menyuruh Renata kembali naik ke

atas ranjang. Sedangkan dirinya mulai mengenakan celana boxer lalu bergegas membuka pintu.

Alex menatap salah satu pelayan yang berdiri di depan pintu. "Ada apa Bibi datang ke kamar saya?''

"Saya hanya mau memberitahu jika saya sudah mengundang beberapa jamaah pengajian di masjid belakang kompleks untuk datang kesini nanti malam," ucap Bi Marni.

"Bagus, Bibi urus saja semuanya. Saya tinggal terima beres saja," ucap Alex.

"Baik, Tuan. Tetapi .... "Bi Marni menghentikan perkataannya saat melihat seorang wanita yang sedang berbaring di atas ranjang Alex.

"Dia hanya mainan saya. Bibi jangan kasih tahu Laura. Jika itu terjadi, saya pastikan Bibi kehilangan pekerjaan di rumah ini," ancam Alex tak main-main.

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu." Bi Marni bergegas pergi dari sana karena takut kalau sampai Alex memecatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status