Sebelum Kita Bercerai

Sebelum Kita Bercerai

Oleh:  Clau Sheera  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
35 Peringkat
27Bab
772Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Maura mencintai suaminya—Dewangga— seperti orang gila. Sayangnya Dewangga sangat membencinya karena menuduh Maura telah menjebaknya di kamar hotel sehingga mereka terpaksa menikah. Ketika Dewangga mengajukan gugatan cerai, Maura melarikan diri ke Perancis untuk berlibur sejenak. Nahas, Maura kecelakaan di sana. Dia pulang ke rumah suaminya dalam keadaan amnesia. Dewangga segera menanyakan tentang berkas perceraian mereka yang harus ditandatangani Maura begitu Maura pulang. Tapi, Maura tak ingat. Ketika berkas perceraian itu sudah ditemukan, Dewangga hanya memberikan waktu tiga bulan pada Maura untuk bersiap-siap meninggalkan rumahnya. Dewangga tak akan pernah menyangka bahwa waktu tiga bulan sangat cukup untuk membuat hatinya dan hati Maura berubah.

Lihat lebih banyak
Sebelum Kita Bercerai Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Cifa
Semangat update, kak. Ditunggu kelanjutannya
2024-01-25 11:46:44
0
user avatar
CEAVEN
semoga tidak sampai cerai .
2024-01-23 17:17:03
0
user avatar
Sigma Rain
suka banget sama ceritanya
2024-01-23 15:28:02
0
user avatar
Lil Seven
keren banget novelnya bikin penasaran
2024-01-23 05:18:12
0
user avatar
Dinara Sofia
Wah keren ceritanya. Rekomended sih ini, semoga Maura sama Dewangga gak cerai.
2024-01-22 14:55:04
0
user avatar
APStory
judulnya gak pasaran. ceritanya menarik
2024-01-21 23:45:41
0
user avatar
Maesaro Ardi
jadi penasaran kisah selanjutnya
2024-01-21 23:39:49
0
user avatar
Muezza
Wah, tumbuh benih cinta nih
2024-01-21 23:22:31
0
user avatar
Seccomander
sepertinya akan tumbuh benih cinta nih
2024-01-21 23:14:34
0
user avatar
Fii
awal cerita yang menarik, mantap
2024-01-21 20:51:31
0
user avatar
Ririichan13
wah apakah akan tumbuh benih-benih cinta diantara mereka?
2024-01-21 20:32:34
0
user avatar
Kerry Pu
semangat update thor, ceritanya seru
2024-01-21 19:54:59
0
user avatar
Lil Seven
wahhh keren ceritanya bikin penasaran
2024-01-21 19:49:50
0
user avatar
Vanilla_Nilla
Keren ceritanya, bikin penasaran saja thor.
2024-01-21 19:30:41
0
user avatar
Piki
cerita ini menarikk sekali
2024-01-21 19:30:21
0
  • 1
  • 2
  • 3
27 Bab
Bab 1 : PERNIKAHAN DI UJUNG TANDUK
Hari masih cukup pagi ketika seorang wanita bermake-up tebal dengan pakaian mini duduk di sofa di tengah sebuah ruangan.Pandangannya berkeliling melihat jejeran rak penuh buku, melihat foto berbingkai pigura minimalis bercat hitam, dan sebuah meja kerja yang atasnya tertata rapi dengan jarak lebih dari enam meter di depannya.Di meja itu, dia menatap seorang pria yang tengah merapikan setumpuk kertas dengan wajah sedikit tertunduk penuh fokus.Pria itu berwajah tampan, namun tatapan matanya dingin dan muram. Tak ada sambutan hangat apalagi pelukan yang diterimanya kala mereka bertemu sehingga membuat wanita itu semakin bertanya-tanya.'Bukannya aku istrinya? Kenapa dia acuh banget dan gak peduli sama aku?' bisik hati kecilnya."Kebetulan, kamu pulang di saat yang tepat," ujar pria itu memecah keheningan sambil mengangkat wajahnya dan berjalan ke arah sofa, kemudian dia duduk di seberang wanita itu."Saya ingin menanyakan tentang berkas perceraian kita. Apa kamu sudah tanda tangan?""B
Baca selengkapnya
Bab 2 : HARUS BERTAHAN
"Jadi, kamu masih mau berlagak amnesia?" tanya Dewangga yang kesabarannya semakin menipis."Aku memang amnesia, Dewangga."Air mata Maura kembali menggenang mengaburkan pandangannya. Dia tak tahu bagaimana caranya meyakinkan pria itu bahwa dirinya tak berbohong.Maura menunduk dalam-dalam sambil menggenggam erat pena hitam. Detik berikutnya air matanya tumpah membasahi pipinya lagi.Dia menyeka wajahnya. Suara senggukan dari tangisnya mulai terdengar amat pelan dan tertahan."Ini berkas pemeriksaan kesehatanku. Harusnya kamu baca walaupun hanya sebentar," kata Maura putus asa sambil menyodorkan berkas kesehatannya yang tadi ditolak pria itu.Dewangga menghela napasnya kasar. Ini pertama kalinya dalam empat tahun pernikahan mereka, dia melihat Maura menangis seberapapun kerasnya dia membuat wanita itu menderita di rumahnya.Dewangga pun mengambil berkas kesehatan itu dengan kasar, kemudian membaca isinya.Sejenak kemudian dia mengangkat kelopak matanya dan memandang Maura yang tertunduk
Baca selengkapnya
Bab 3 : TAMU SUAMIKU
Maura mengatur napasnya sambil berjalan. Dia bersikap seolah-olah tak mendengar apapun.Seberapa keras Maura mencoba mengingat, nyatanya tak ada ingatan apapun di kepalanya. Yang ada kepalanya malah berdenyut sakit.Kedua asisten rumah tangga itu terdiam ketika mereka mendengar langkah kaki Maura yang berjalan ke arah meja makan. Keduanya segera pergi dari sana dengan wajah gugup.Setelah makan, Maura kembali ke kamar dan membersihkan dirinya dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki.Dengan mengenakan jubah mandi, dia duduk di depan meja rias dan memandang wajahnya yang polos tanpa make-up. Dia teringat ucapan Lusi yang mengatakan bahwa Dewangga menyukai wanita cantik."Apa aku harus berdandan lagi hari ini demi menarik perhatian Dewangga seperti yang Lusi bilang?" gumamnya perlahan sambil menatap lekat wajahnya.Dewangga membencinya, dia ingat itu. Jadi, rasanya percuma jika dia berdandan. Toh, pasti Dewangga tetap akan membencinya karena dia pernah menjebak pria itu di kamar hotel.
Baca selengkapnya
Bab 4 : KEDATANGAN OMA AMBAR
Bibir Maura terkatup rapat sambil menatap Dewangga. Pria itu begitu akrab dan hangat ketika berbicara dengan Alena, tapi akan tampak dingin dan kasar ketika berbicara dengannya."Selingkuh atau tidak, kamu yang paling tahu, Dewangga. Aku gak bakal ikut campur urusan kalian," jawab Maura. Dia segera beranjak dari sana untuk mencuci peralatan makan tanpa menoleh lagi.Dewangga menghela napasnya. Dia meraih segelas air mineral dan meminumnya sampai tandas, kemudian menyeka bibirnya dengan serbet. Ada rasa tak nyaman yang tak bisa dijelaskan dalam hatinya.Maura yang selalu ribut mencari perhatiannya,m maupun Maura yang diam seolah ingin menghindarinya, sama-sama membuatnya terganggu."Makanlah sendiri, Alena," ujar Dewangga sambil berdiri."Kamu juga udahan makan malamnya?" Alena terkejut sambil menyentuh lengan pria itu. "Makanan kamu belum habis."Dewangga menarik tangannya. "Saya sudah selesai.""Makan lagi sedikit, Dewangga. Siang tadi kamu gak sempat makan karena rapat," bujuk Alena.
Baca selengkapnya
Bab 5 : KELAS MEMASAK
Maura mematikan kompor karena masakannya telah matang.Dia segera mencuci tangannya dan menghampiri wanita tua itu sambil melepaskan celemek dan meninggalkan oseng daging sayuran di wajan."Ha, ha, ha .... Aku becanda, Oma," ujar Maura sambil tertawa canggung. "Jangan dianggap serius. Sini, Oma. Duduk sini."Maura meraih lengan wanita tua itu dan membawanya duduk di salah satu kursi dapur sambil melirik ekspresi wajah Dewangga yang mulai kembali datar."Dasar, anak nakal. Oma sampai kaget. Kirain oma kamu betulan gak kenal lagi sama oma, udah pikun di usia muda," gerutu Oma Ambar sambil duduk, walaupun begitu dia tak segan memperlihatkan rasa sayangnya pada Maura."He, he, he ...." Maura kembali tertawa. Dia lega karena sepertinya dia tak melakukan kesalahan fatal. "Oma datang sama siapa ke sini? Gimana kabar Oma?""Oma baik. Oma datang sama Yanti, diantar sopir taksi online," jawab wanita tua itu sambil menunjuk seorang wanita muda berpenampilan sederhana yang menenteng sebuah tas mil
Baca selengkapnya
Bab 6 : SEPOTONG INGATAN
"Dia jemput kamu?""Kayaknya iya." Maura mengangguk. "Aku pulang duluan, ya.""Baiklah. Hati-hati," kata Andreas.Maura mengangguk lagi sambil beranjak menenteng tasnya dan meninggalkan sesuatu di meja."Maura," panggil Andreas ketika Maura hampir mencapai pintu ruangan. "Masakan kamu ketinggalan."Maura menoleh. Andreas berjalan cepat sambil menyodorkan rantang susun plastik berukuran sedang milik Maura yang berisi gulai ayam khas Minang yang baru dipelajarinya hari ini.Kelas memasak itu memang memperbolehkan pesertanya membawa pulang masakan yang sudah mereka buat, karena itulah biayanya lumayan mahal bagi Maura."Terima kasih banyak," kata Maura sambil menerima rantang susunnya dan tersenyum lebar. "Sampai jumpa nanti." Maura melambaikan tangan."Ya, hati-hati di jalan."Dewangga menatap tajam Maura dan Andreas bergantian. Hatinya diliputi rasa tak nyaman, kemudian menarik tangan Maura dan pergi begitu saja.Andreas menatap kepergian Maura bersama pria yang menjemputnya. Tak ada pe
Baca selengkapnya
Bab 7 : RUANG KERJA DEWANGGA
"Maura, kamu gak apa-apa, Nak?? Maura? Maura?" Panggilan lembut beberapa kali membuat Maura membuka matanya perlahan.Dia menatap langit-langit kamar asing dan mulai teringat bahwa sebelum terjatuh dia berada di sisi ranjang Dewangga. Di sampingnya, oma Ambar duduk menggenggam tangannya dengan wajah khawatir.Kemudian Maura merasakan pijatan lembut dan hangat di kakinya. Mia ada di ujung ranjang sambil mengoleskan minyak dan memijat kakinya, sementara Yanti datang membawa teh hangat."Syukurlah kamu udah sadar." Kekhawatiran di wajah oma Ambar sedikit berkurang. "Kamu kenapa? Bagian mana yang sakit?""Oma?" Maura mencoba bangkit untuk duduk, kepalanya masih sedikit pusing ditambah sakit akibat benturan."Jangan bergerak terlalu banyak. Kamu minum dulu. Dewangga lagi telepon dokter," kata oma Ambar sambil menyodorkan teh yang dibawa Yanti.Maura menoleh ke tempat lain, kemudian meminum setengah cangkir. Di dekat jendela, Dewangga masih berbicara."Saya tunggu, Dok," ujar pria itu mengak
Baca selengkapnya
bab 8 : JANJI TEMU
Lontaran pertanyaan dari Alena membuat Maura gugup.Mungkin dia telah melakukan kesalahan di masa lalu. Tapi sekarang, jangan sampai dia membuat Dewangga dan Alena bertengkar karenanya."Maaf, Alena. Aku bisa jelasin," kata Maura tak enak hati sambil berdiri.Wanita itu benar-benar mengira ada hubungan khusus antara Dewangga dengan Alena."Duduk, Maura. Kakimu harus istirahat," ujar Dewangga menekan pundak Maura sehingga wanita itu kembali duduk. "Diam di sini. Tak ada yang perlu dijelaskan," lanjut pria itu dengan tegas. Dia mengerti dengan jelas maksud perkataan Maura yang mengira dirinya ada hubungan khusus dengan Alena."Tapi Dewang—""Saya yang membawa Maura ke sini." Dewangga memotong ucapan Maura sambil berdiri tegak, sekaligus menjawab pertanyaan Zefan dan Alena.Zefan maupun Alena semakin terkejut. Keduanya saling melempar pandang, sementara Maura semakin tak enak hati."Maura, kamu tunggu di sini. Aku akan memastikan pertemuan ini tak akan lebih dari satu jam," kata Dewangga
Baca selengkapnya
Bab 9 : PERASAAN ALENA
Maura menoleh menatap Zefan, mempertanyakan apa yang Dewangga katakan."Oh, itu ... jadwalnya udah ditetapkan, Nyonya. Jam empat sore nanti Nyonya harus udah tiba di sana," kata Zefan."Kenapa kamu gak tanya dulu ke saya? Saya belum menyetujui apapun," protes Maura. "Sore ini saya ada kelas memasak.""Maaf, Nyonya. Saya yang salah. Saya gak tahu kalau nyonya udah ada rencana. Tapi ... gak mudah bikin janji sama psikolog ini, Nyonya." Zefan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia sudah terbiasa menjadi kambing hitam bosnya, tetapi kejadian hari ini sedikit membuatnya kesal."Saya gak mau pergi ke psikolog hari ini," tolak Maura. "Jadwalnya ganti aja jadi besok pagi. Saya mau ikut kelas memasak.""Tidak bisa. Kakimu terkilir. Pastikan kondisi kakimu baik dulu baru ikut kelas memasak lagi," ujar Dewangga tegas, kemudian tatapannya berubah mengancam. "Jangan membuat oma selalu mencemaskanmu, Maura."Maura menarik napasnya. Ya, oma Ambar pasti akan semakin mencemaskannya. Bahkan mungkin sa
Baca selengkapnya
Bab 10 : HANYA TEMAN
Alena dengan cepat menguasai perasaannya."Jangan menuduhku sembarangan, Zefan. Itu bisa menjadi fitnah," kata Alena dengan sikap yang tenang sambil memperbaiki dasi Zefan yang sedikit miring. "Apa kamu punya buktinya?"Zefan mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa Alena mampu menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya."Aku belum memiliki bukti apapun. Tapi, kalau benar itu perbuatanmu, bukti akan mengarah padamu," jawab Zefan sambil menyingkirkan tangan Alena."Kalau begitu, cari aja dulu buktinya," kata Alena sambil tersenyum. "Tapi bukti itu tak akan pernah ada karena memang aku tak melakukan apapun."Alena berlalu dari sana dengan tenang seolah tak pernah terjadi apapun, sementara Zefan mematung memikirkan hal yang baru saja Alena katakan."Semakin menyangkal, semakin besar dugaannya," gumam Zefan perlahan sambil menatap kepergian Alena.Alena duduk di kursi kerjanya sambil bersandar. Empat tahun lamanya dia bekerja untuk Dewangga dimulai dari posisi sebagai karyawan biasa sampai dia
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status