04:00 AM
Perry merasa sedikit susah untuk bernafas, tersadar bahwa tubuhnya tertindih oleh tubuh Charles. "Aku membencimu Charles," ucap Perry sembari mencoba mendorong tubuh Charles.
Tak berhasil, Charles malah memeluk erat tubuh Perry semakin erat. Namun ada sebuah tangan kekar mencoba menjauhkan tubuh Charles disana. "Bangunlah Charles," ucap Sam menyampingkan Charles yang tak kunjung bangun.
Kini Perry harus menahan malu bertatapan dengan Sam, bagaimana tidak, wanita itu tanpa sehelai benangpun dan berposisi kian menggoda di depan mata Sam.
Sam mengendong tubuh Perry ala bridal style disana, Perry mencoba sedikit memberontak ketika Sam berhasil mendekap tubuh mungilnya di dada bidang Sam. "Diamlah Kyle! Diamlah atau aku akan memerkosa mu," bentak Sam mampu membuat Perry terdiam detik itu juga.
Sam menidurkan wanita itu di atas sofa yang empuk, lalu pria itu pergi membawa handuk kecil berisi air hangat di dalam baskom dan duduk di samping Perry, perlahan Sam memeras handuk kecil yang terendam air hangat tersebut, memerasnya dan mengelap selangkangan Perry dengan hati-hati. "Pergilah kau pria brengsek, pria bejat, pria jahat, pria yang aku tak mengerti siapa dan darimana asal mu," ucap Perry mencoba bangkit meraih handuk itu dan membuang ke lantai.
Perry merasakan sakit di hatinya, sakit itu jauh lebih dalam saat Sam mencoba menggoreskan benda tajam di payudaranya, sakit itu jauh lebih sakit saat Perry dipaksa begitu saja oleh Charles. Entahlah, Perry merasa kehilangan sesuatu yang benar-benar berharga saat menatap wajah Sam. "Untuk apa kau menolong ku? Kau menolong ku lalu kau akan memperkosa ku seperti teman mu itu? Kau membersihkan tubuhku lalu kau akan memaksaku untuk melayanimu seperti Charles lakukan padaku, katakan padaku! Untuk apa kau lakukan semua ini?" Teriak Perry dengan nafas terengah-engah.
Sam menatap jengah wanita yang mulai menangis itu, Sam takkan kasihan pada wanita yang sudah meludahi ia begitu saja. "Kau harus ingat Kyle, bagaimana kau meludahiku di depan ibuku, di depan ayah ku, aku kehilangan harga diriku Kyle, pernahkah kau berpikir sejauh itu," balas Sam menekan kasar rahang Perry.
Sam berdiri mengambil pakaian wanita berbentuk dress di atas meja dan melemparkan tepat di wajah Perry. "Pakai pakaian itu, tutupi tubuh kotormu, aku akan mengantar mu kembali ke apartemen," ucap Sam mengambil napas panjang dan mendongakkan kepalanya di atas. Sam benci melihat wanita menangis, tapi entahlah, kali ini rasa kasihan itu benar-benar mati di dalam jiwa Sam.
Perry memakai pakaian itu tanpa menggenakan bra dan celana dalam, Perry mencoba berdiri sendiri, tetapi saat beberapa detik ia berdiri sempurna tiba-tiba Perry merasakan linu bercampur nyeri di bagian selangkangan. "Ahm," ucap Perry terdengar seperti suara desahan yang disembunyikan.
Ya, Perry memang mencoba menahan rasa sakit itu, Perry tak ingin Sam merasa puas atas penderitaan yang sudah pria itu berikan. Sam melihat raut wajah Perry mulai sedikit pucat namun wanita itu tetap memaksa melangkahkan kakinya.
"Kau wanita arogan rupanya," tawa kecil Sam melihat rasa sakit yang di sembunyikan oleh Perry.
Bag
Perry terjatuh berusaha mencoba berdiri namun dengan sigap Sam mengangkat tubuh Perry dan menggendongnya. "Lepaskan aku! Lepaskan!" Tangan kecil Perry terus memukul dada bidang Sam.
"Apa yang kau pikirkan? Kau kira aku akan memperkosa mu lagi? Tenanglah Kyle, aku tak ingin kau mati dengan cepat, aku hanya ingin kau merasakan rasa sakit dengan perlahan," tindas Sam begitu angkuh lalu berjalan menuju mobil.
________******______
Sam berjalan memasuki apartemen milik ayah nya yakni apartemen Geoffrey, apartemen dimana Perry saat ini tinggal. Para tamu terkejut melihat pemandangan seperti itu, seorang pria tampan mengendong wanita kusut tak bertenaga ala bridal style.
"Siapa dia?"
"Kau mengenalnya?"
"Astaga dia sangat tampan,"
Seperti itulah ricauan para tamu memandangnya.
"Tuan," seorang pria memakai setelan jas hitam mendekati Sam dan memberi hormat.
Sam hanya mengangguk satu kali, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. "Berapa nomor kamar mu?" Tanya Sam, Perry hanya diam.
"Kyle berapa nomor kamar mu?" Tanya Sam kembali.
"Aku bukan Kyle, aku bukan Kyle," suara pelan Perry dengan tangan terus memukul pundak Sam.
"Baiklah," Sam menarik napas panjang, "berapa nomor kamar mu?" Ucap Sam tanpa menoleh ke arah wanita yang sedang menangis, membuat bajunya kini basah.
"307," balas Perry.
Segera Sam menekan tombol lift dengan sikut kanan karena kedua tangannya harus menahan tubuh Perry.
Sam mengangkat satu kakinya dan menempelkan pada dinding apartemen untuk menahan tubuh Perry, pria itu mengambil sebuah kartu di saku guna membuka pintu kamar Perry.
Dengan kasar Sam melempar tubuh Perry di atas kasur, pria itu melemparkan kartu yang ia pegang di wajah Perry. "Besok kau harus kerja Kyle, aku tak ingin kau terlambat," ucap Sam tanpa belas kasihan.
"Aku membencimu, aku membencimu, apa kau dengar ini? Aku membencimu," teriak Perry melempar bantal di wajah Sam, namun dengan mudah Sam menepis.
Perry berdiri menunjuk sebuah foto besar di dinding dimana itu adalah foto Kyle. "Kau lihat ini? Ini adalah Kyle, ini adalah Kyle, apa kau buta? Dia adalah kakak ku, dan aku adalah Perry," teriak Perry namun Sam hanya memandang konyol, tentu saja hal itu membuat Sam merasa konyol, karena foto itu memang wajah Kyle yang sangat mirip persis seperti Perry.
Sam mendekati Perry dan merangkul pinggulnya. "Tidurlah Kyle, karena kau takkan pernah tahu yang aku lakukan padamu keesokan harinya." Bisik Sam lalu mencium bibir Perry.
Plak!
Perry menampar pipi Sam. "Inikah yang ayahmu ajarkan? Pria macam apa kau? Kau bahkan lebih rendah dari yang aku bayangkan," ucap Perry benar-benar marah.
Sam meraih lengan Perry dan mendekatkan wajahnya begitu dekat di wajah Perry. "Aku bisa saja membunuhmu sekarang Kyle, aku hanya ingin kau merasakan kesakitan di sisa hidup mu, akui saja Kyle, bermain dengan dua orang pria sekaligus adalah hal yang kau suka bukan?" Hinaan Sam membuat Perry tak bisa berkata apa-apa lagi.
Perry mengedipkan matanya berulang kali berharap air mata itu tak jatuh. "Kenapa kau diam? Kau ingin menangis? Kau berharap aku kasihan pada wanita yang sudah meludahiku? Kenapa aku melihat matamu berkaca-kaca Kyle? Kau takut? Dan..." Sam mengantung kata-katanya, "aku sungguh bahagia mengambil keperawanan mu, aku yakin kau takkan bisa melupakan itu," ucap Sam tersenyum licik, pria itu lalu pergi meninggalkan Perry.
Perry berjalan pelan menuju kamar mandi, ia menyalakan shower dan berdiri di bawah sana. "Tuhan katakan ini hanya mimpi," ucap pelan Perry.
"Aku bisa saja membunuhmu sekarang Kyle, aku hanya ingin kau merasakan kesakitan di sisa hidup mu, akui saja Kyle, bermain dengan dua orang pria sekaligus adalah hal yang kau suka bukan?"
Hanya kata itu, hanya kata itu yang selalu Perry dengar saat ini.
_______________________________________
Vote dan Komentar yaaa....
Mau sampe tamat gak yaa.
Udah lama ga up nih hahahaha.....
I*: Hes_Ree
Makasih yang udah mau bacaaa....
Love you....
Perry terbangun dari tidurnya yang masih tetap dalam dekapan Sam, selimut putih kini menutupi keduanya.Perry menamati wajah Sam yang begitu tampan, ternyata Sam jauh lebih tampan saat ia sedang tertidur.Perry menyusuri wajah Sam dengan telunjuk jarinya, dan berhenti tepat di bibir Sam, "kau sangat tampan," ucap Perry pelan tersenyum sendiri.Sesaat Sam merasa geli dan ia hendak membuka kedua matanya, dengan cepat Perry menutup mata dan berpura-pura tidur.Sam melirik ke wajah Perry, "apa kau sudah selesai dengan tidurmu yang hanya pura-pura?" Tanya Sam kini tubuhnya menghadap ke arah Perry."Hah?" Ucap Perry membuka mata."Kau tidak bisa membohongi ku Perry, jadi jangan harap kau bisa membohongiku," ucap Sam memencet hidung Perry dengan gemas."Menyebalkan," umpat Perry tersenyum penuh paksaan."Kau lelah? Kat
"Haii-haiii.. aku sudah muak dengan drama ini, mari lempar bungamu dan kita lihat siapa yang akan mendapatkannya Perry," ucap Henry tiba-tiba berdiri merangkul Jack dan Kyle di tengah."Baiklah," ucap Perry dan berbalik badan.Semua teman mereka dengan sigap berdiri di belakang mereka kecuali Zoey.123"Noooo... Meeeeeee," teriak salah satu teman mereka."Aku pasti mendapatkan nya," ucap Henry dan Bruno saling berdesakan."Jack katakan dimana bunganya? Aku akan menangkap nya," ucap Kyle mencoba menangkap bunga, walaupun sangat kecil kemungkinannya."Tenanglah Kyle, aku akan mendapatkannya untuk kuberikan padamu," batin Jack begitu sigap.BaaaaaaaaaJack meraih bouqet bunga itu lalu Jack sengaja menaruhnya di tangan Kyle, "dapat," ucap Kyle begitu gembira
2 bulan kemudian......"Sam, kita akan kemana?" Tanya Perry turun dari mobil dengan mata tertutup kain."Kau akan tahu, nanti, aku tak perlu memberitahu nya," ucap Sam terus mengandeng tangan Perry dengan mata tertutup."Sam cukup.. lepaskan ikatan mataku," pinta Perry."Aatssss, tidak Perry, kau tidak bisa melepas begitu saja," tawa Sam menahan tangan Perry yang hendak membuka ikatan matanya."Sini, kau harus tepat berdiri disini," pinta Sam.Dengan perlahan Sam membuka ikatan mata Perry, "tadaaaa, pantaiii," ucap Sam melepas seluruh ikatan mata Perry.Perry kini tersadar ia berdiri di sebuah pantai, di depan Perry sudah ada seluruh keluarganya, Tiffany sang ibu, Eza ayahnya, dan Kyle yang sedang berdiri hanya memegang tongkat di samping Jack.Perry juga melihat kedua orang tua Sam, di sebelahnya terlihat Zoey dengan
"SAMMMMM, kau tak bisa membuatku terpenjara seperti ini, SAMMM!!! aku akan membalas semua perlakuan mu kepadaku," teriak Gilson di balik jeruji besi.Sam hanya tertawa bersendekap dada, "bagaimana kau bisa membalasnya Gilson? Kau telah terkena hukuman seumur hidup, itu adalah gugatan ku, itu adalah hukuman kau membunuh Charles, kau mencelakai Perry, dan kau juga adalah dalang alasan Kyle menjadi buta," balas Sam dengan santai di depan Gilson."Lepaskan aku SAMM!! wanita murahan itu berhutang banyak padaku, kau harus melepaskan aku Sammm!" Teriak Gilson menghentak jeruji besi, dan semua itu hanya percuma.Sam mengambil sebuah debit card di sakunya, "ambillah ini Gilson, bahkan kau bisa membeli rumah dengan uangku yang ada di atm, ambillah, aku memberikannya padamu," tawa Sam penuh mengejek.Bagaimana Gilson bisa mengambil uang itu, dia saja saat ini di dalam penjara, sungguh konyol.
3 bulan kemudian......Perry terbaring di tempat tidur, usai operasi, Perry butuh waktu beberapa bulan untuk menyembuhkan masa kebutaan nya dari masa transplantasi."Perry apa kau sudah bisa melihatku seperti dulu?" Tanya Sam tepat di hadapan Perry."Sam, Sam... Dimana kakakku Kyle?" Tanya Perry mencari-cari Kyle."Kau tenang saja Perry, Kyle aman bersama suster Rena, Rena merawat Kyle dengan baik, aku menempatkan Kyle di sebuah apartemen," balas Sam menyingkirkan selimut yang menutup tubuh Perry."Sam bawa sekarang aku ke apartemen kakakku," pinta Perry memohon."Perry, kau belum sembuh sepenuhnya, aku harus merawat mu terlebih dahulu," ucap Sam memberi Perry segelas minum."Sam aku sudah membaik setelah tiga bulan, aku harus bertemu kakakku," ucap Perry tak sabar ingin bertemu dengan Kyle."Baiklah, kita akan ke apa
"bereskan mayat Charles dengan baik, kau harus memberikannya pada Zoey, biar Zoey memakamkan mayat Charles dengan baik," ucap Gilson di depan Brian, Brian adalah anak buah Gilson."Baik tuan," jawab Brian pergi dan membawa jasad Charles yang sudah ia masukan dalam plastik mayat."Gilson!!! Apa yang terjadi?" Ucap seorang wanita yang baru saja sampai di depan pintu.Dia adalah Luna, Luna adalah wanita yang dekat dengan Gilson selama beberapa bulan ini, Luna adalah mantan seorang pelacur.Tentu Gilson mendekati Luna hanya untuk memuaskan hasrat Sex nya, sedangkan Luna hanya ingin mengambil uang Gilson."Kekasihku," ucap Gilson langsung mencium bibir Luna."Gilson aku mempunyai kabar baik," ucap Luna langsung duduk di sofa."Oh ya? Katakan! Apa itu?" Balas Gilson."Aku hamil," ucap Luna tertawa menunjuk sebuah tespek yan