"ibu sudah berapa kali aku bilang, aku tidak ingin berkencan dengan wanita yang tidak aku suka ibu," ucap Sam duduk di sofa bersama Livy sang ibu.
"Kali ini kau harus menuruti perintah ibu Sam, ibu tidak ingin terulang kembali kejadian memalukan itu," tegas Livy menutup kasar majalah yang berada di pangkuannya.
"Ibu aku tidak bisa, mengertilah ibu," ucap Sam penuh permohonan.
"Kau harus bertemu dengan Paula, jam 9 malam Sam, ibu harap kau mengingat itu," ucap Livy dan berlalu pergi.
"Andai saja kau tidak menolak ku seperti ini Kyle, mungkin semua kejadian ini takkan terjadi," kata Sam pelan sembari memegang kepala.
Sam mengambil ponsel dan menelpon Charles.
"Charles dimana wanita itu?" Tanya Sam.
"Dia masih bersamaku di apartemen, dia tidak bisa berhenti menangis Sam, tapi aku memberinya makanan dan obat tidur, setidaknya biarkan ia tidur sejenak," balas Charles di telpon.
"Aku akan menyusul mu di apartemen,"
"Baiklah Sam,"
Sam mematikan ponselnya dan segera pergi ke apartemen, sesampai di apartemen Sam melihat Perry sedang tertidur tanpa busana hanya mengenakan selimut tipis.
"Charles apa kau gila? Kau membiarkannya tanpa memakai pakaian seperti ini?" Ucap Sam memarahi Charles.
"Sam, tenanglah! Aku hanya menikmati setiap jengkal keindahan tubuh Kyle," tawa Charles tersenyum seringai.
Sam membuka lemari dan mengambil beberapa pakaian, lalu memakainya perlahan di tubuh Perry. "Kakak... kakak... kakak kau dimana?" Suara pelan dari bibir Perry meskipun wanita itu sedang menutup mata.
"Kyle bangunlah!" Ucap Sam menepuk pelan pipi Perry.
Perry membuka perlahan matanya, sejenak ia tersadar bahwa pria di hadapannya itu pria brengsek yang dengan sengaja melukai hatinya. "Pergi kau! Pergilah kalian! Tolonglah menghindar dari kedua mataku! Kumohon jangan biarkan aku menatapmu sekarang! Kumohon! Aku ingin hidupku berjalan dengan normal," Perry menarik napas panjang, ia merasa setengah sakau setelah semua kejadian tak wajar bertubi-tubi di rasakan.
"Kyle! Berani-beraninya kau berbicara seperti itu, apa yang sedang kau banggakan Kyle? Kau ingin membanggakan kehormatan mu? Kehormatan mu sudah hancur Kyle," teriak Charles begitu keras, sedangkan Perry menutupi telinganya sendiri, ia tak ingin mendengar kata-kata itu sekarang.
Bugh
Sam meninju rahang Charles cukup keras membuat Charles hampir memuntahkan darah. "Hentikan Charles!" Bantah Sam sangat tegas.
Charles mengelap darah di bibirnya. "Mengapa kau memukul ku Sam? Kau membela nya sekarang? Kau kasihan melihat wanita itu?" Tangan Sam menunjuk arah Perry, "kau kasihan hanya dia menangis seperti itu?" Charles menggeleng tak habis pikir.
"Kau menyakitinya Charles," balas Sam.
Charles tertawa lebar. "Lalu apa yang ada dalam pikiranmu Sam? Kau pikir kau tak menyakiti jalang itu? Kau pikir memperkosanya itu adalah hal yang benar?" Bantah Charles menatap Sam.
"Charles pergilah! Aku tak ingin berkelahi saat ini," ucap Sam menarik kerah baju Charles, Charles pun pergi menuruti perintah Sam.
Sam melirik kearah Perry, dilihatnya wanita itu cukup lama, Perry sama sekali tak memiliki keberanian untuk menatap kedua mata Sam. "Kau takut padaku Kyle?" Tanya Sam.
Sam mengusap wajahnya sendiri, tak ada jawaban dari bibir Perry. "Kyle," panggil Sam.
"Aku sudah katakan padamu, namaku Perry,bukan Kyle, apa kau tuli?" Bentak Perry membuat Sam sedikit terkejut.
"Ada luka di punggung mu Kyle, biarkan aku mengobati mu," ucap Sam mencoba mendekat namun Perry memundurkan tubuhnya.
Sam tak ingin menunggu terlalu lama, Sam membopong tubuh Perry lalu membawanya pergi dari apartemen.
_______________*******_____________
"Sam punggungnya penuh dengan cakaran kuku, tapi tenanglah luka itu akan segera sembuh setelah aku memberimu obat ini," ucap seorang dokter Jackson di sebuah rumah sakit sembari menulis di atas kertas.
"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Sam.
Jackson tak menjawab pertanyaan Sam. "Sebaiknya kau lebih lembut jika melakukan hubungan intim Sam," ucap Jackson membuat wajah Sam tertunduk malu.
"Bagaimana kau-?" Ucap Sam terpotong.
"Tentu aku tahu Sam," balas Jackson begitu cepat.
Sam segera mendekati Perry setelah menerima selembar kertas yang diberikan Jack, Sam mengendong tubuh Perry perlahan, Perry pun terdiam seakan tak menolak sentuhan tangan Sam menyentuh tubuhnya.
"Apakah kau menerima tawaran ku jika aku mengajakmu makan malam Kyle?" Tanya Sam di dalam mobil.
Drt...drt...drt... dering ponsel Sam berbunyi.
"Ibu, bisakah ibu tidak memaksa ku?" Ucap Sam membalas telepon ibunya.
"Baiklah, aku akan datang ibu," balas Sam lalu mematikan teleponnya.
Selang beberapa menit kemudian..
"Sam? Kurasa kau lebih tampan dibandingkan dengan foto yang ibu mu berikan padaku," tawa Paula memegang segelas kopi di tangan kanan.
Ya, Paula adalah gadis yang cantik, rambut pirangnya terurai indah, namun itu tak cukup membuat Sam jatuh hati dengan gadis pilihan ibunya.
"Kyle apa kau lelah?" Tanya Sam melirik Perry yang duduk di sebelah.
"Emm, Sam, bisakah lain kali kau tak mengajak wanita itu," ucap Paula memandang rendah ke arah Perry.
"Paula diamlah!" Bentak Sam memukul meja makan.
Paula tersentak kaget, ia tak menyangka jika Sam melakukan hal itu. "Sam apa yang kau lakukan," Tanya Paula.
"Maafkan aku Paula, tapi aku benar-benar tak bermaksud menyakiti perasaan mu," ucap Sam menarik tangan Perry untuk segera pergi dari sana.
Sam terus mengandeng tangan Perry di sepanjang perjalanan. "Lepaskan aku!" Teriak Perry sedikit jauh dari restauran yang baru saja ia masuki.
"Kau kira kau siapa? Kau menahan ku seakan aku adalah tahanan, kau menuntut ku untuk menuruti mu seolah aku adalah budak, aku tak mengenal mu Sam, aku bersumpah aku tak mengenal mu, dan orang yang kau maksud adalah kakak ku Kyle," Perry sudah lelah menjelaskan ini semua, namun ia tak ingin dirinya semakin tersiksa.
"Kyle mengapa kau memiliki dua sifat yang berbeda? Mengapa kau membuatku binggung dengan semua ini," ucap Sam menangkap kedua tangan Perry.
"Andai kau menerima cintaku Kyle, dan andai saja kau tak mempermalukan ku di depan semua orang, aku takkan pernah segila ini," ucap Sam menekan pergelangan tangan Perry.
"Kyle adalah kakakku Sam, dan aku adalah Perry, wajahku sama persis dengan kakakku," ucap Perry begitu pelan menatap kedua bola mata Sam.
"Aku tidak percaya ini Kyle, jika memang kalian benar-benar dua orang yang berbeda, bisakah kau memberiku sebuah bukti," ucap Sam begitu serius di malam hari itu.
"Aku akan membuktikan itu Sam, percayalah," ucap Perry mencoba melepaskan cengkraman tangannya dari Sam.
"Kau harus membuatku menyaksikan sendiri dengan mata kepala ku," ucap Sam berganti menjambak rambut Perry, "jika kau berbohong Kyle, tubuhmu akan menjadi pengganti atas semua kebohongan mu," ancam Sam terdengar mengerikan di telinga Perry.
_______________________________________
Perry terbangun dari tidurnya yang masih tetap dalam dekapan Sam, selimut putih kini menutupi keduanya.Perry menamati wajah Sam yang begitu tampan, ternyata Sam jauh lebih tampan saat ia sedang tertidur.Perry menyusuri wajah Sam dengan telunjuk jarinya, dan berhenti tepat di bibir Sam, "kau sangat tampan," ucap Perry pelan tersenyum sendiri.Sesaat Sam merasa geli dan ia hendak membuka kedua matanya, dengan cepat Perry menutup mata dan berpura-pura tidur.Sam melirik ke wajah Perry, "apa kau sudah selesai dengan tidurmu yang hanya pura-pura?" Tanya Sam kini tubuhnya menghadap ke arah Perry."Hah?" Ucap Perry membuka mata."Kau tidak bisa membohongi ku Perry, jadi jangan harap kau bisa membohongiku," ucap Sam memencet hidung Perry dengan gemas."Menyebalkan," umpat Perry tersenyum penuh paksaan."Kau lelah? Kat
"Haii-haiii.. aku sudah muak dengan drama ini, mari lempar bungamu dan kita lihat siapa yang akan mendapatkannya Perry," ucap Henry tiba-tiba berdiri merangkul Jack dan Kyle di tengah."Baiklah," ucap Perry dan berbalik badan.Semua teman mereka dengan sigap berdiri di belakang mereka kecuali Zoey.123"Noooo... Meeeeeee," teriak salah satu teman mereka."Aku pasti mendapatkan nya," ucap Henry dan Bruno saling berdesakan."Jack katakan dimana bunganya? Aku akan menangkap nya," ucap Kyle mencoba menangkap bunga, walaupun sangat kecil kemungkinannya."Tenanglah Kyle, aku akan mendapatkannya untuk kuberikan padamu," batin Jack begitu sigap.BaaaaaaaaaJack meraih bouqet bunga itu lalu Jack sengaja menaruhnya di tangan Kyle, "dapat," ucap Kyle begitu gembira
2 bulan kemudian......"Sam, kita akan kemana?" Tanya Perry turun dari mobil dengan mata tertutup kain."Kau akan tahu, nanti, aku tak perlu memberitahu nya," ucap Sam terus mengandeng tangan Perry dengan mata tertutup."Sam cukup.. lepaskan ikatan mataku," pinta Perry."Aatssss, tidak Perry, kau tidak bisa melepas begitu saja," tawa Sam menahan tangan Perry yang hendak membuka ikatan matanya."Sini, kau harus tepat berdiri disini," pinta Sam.Dengan perlahan Sam membuka ikatan mata Perry, "tadaaaa, pantaiii," ucap Sam melepas seluruh ikatan mata Perry.Perry kini tersadar ia berdiri di sebuah pantai, di depan Perry sudah ada seluruh keluarganya, Tiffany sang ibu, Eza ayahnya, dan Kyle yang sedang berdiri hanya memegang tongkat di samping Jack.Perry juga melihat kedua orang tua Sam, di sebelahnya terlihat Zoey dengan
"SAMMMMM, kau tak bisa membuatku terpenjara seperti ini, SAMMM!!! aku akan membalas semua perlakuan mu kepadaku," teriak Gilson di balik jeruji besi.Sam hanya tertawa bersendekap dada, "bagaimana kau bisa membalasnya Gilson? Kau telah terkena hukuman seumur hidup, itu adalah gugatan ku, itu adalah hukuman kau membunuh Charles, kau mencelakai Perry, dan kau juga adalah dalang alasan Kyle menjadi buta," balas Sam dengan santai di depan Gilson."Lepaskan aku SAMM!! wanita murahan itu berhutang banyak padaku, kau harus melepaskan aku Sammm!" Teriak Gilson menghentak jeruji besi, dan semua itu hanya percuma.Sam mengambil sebuah debit card di sakunya, "ambillah ini Gilson, bahkan kau bisa membeli rumah dengan uangku yang ada di atm, ambillah, aku memberikannya padamu," tawa Sam penuh mengejek.Bagaimana Gilson bisa mengambil uang itu, dia saja saat ini di dalam penjara, sungguh konyol.
3 bulan kemudian......Perry terbaring di tempat tidur, usai operasi, Perry butuh waktu beberapa bulan untuk menyembuhkan masa kebutaan nya dari masa transplantasi."Perry apa kau sudah bisa melihatku seperti dulu?" Tanya Sam tepat di hadapan Perry."Sam, Sam... Dimana kakakku Kyle?" Tanya Perry mencari-cari Kyle."Kau tenang saja Perry, Kyle aman bersama suster Rena, Rena merawat Kyle dengan baik, aku menempatkan Kyle di sebuah apartemen," balas Sam menyingkirkan selimut yang menutup tubuh Perry."Sam bawa sekarang aku ke apartemen kakakku," pinta Perry memohon."Perry, kau belum sembuh sepenuhnya, aku harus merawat mu terlebih dahulu," ucap Sam memberi Perry segelas minum."Sam aku sudah membaik setelah tiga bulan, aku harus bertemu kakakku," ucap Perry tak sabar ingin bertemu dengan Kyle."Baiklah, kita akan ke apa
"bereskan mayat Charles dengan baik, kau harus memberikannya pada Zoey, biar Zoey memakamkan mayat Charles dengan baik," ucap Gilson di depan Brian, Brian adalah anak buah Gilson."Baik tuan," jawab Brian pergi dan membawa jasad Charles yang sudah ia masukan dalam plastik mayat."Gilson!!! Apa yang terjadi?" Ucap seorang wanita yang baru saja sampai di depan pintu.Dia adalah Luna, Luna adalah wanita yang dekat dengan Gilson selama beberapa bulan ini, Luna adalah mantan seorang pelacur.Tentu Gilson mendekati Luna hanya untuk memuaskan hasrat Sex nya, sedangkan Luna hanya ingin mengambil uang Gilson."Kekasihku," ucap Gilson langsung mencium bibir Luna."Gilson aku mempunyai kabar baik," ucap Luna langsung duduk di sofa."Oh ya? Katakan! Apa itu?" Balas Gilson."Aku hamil," ucap Luna tertawa menunjuk sebuah tespek yan