Home / Fantasi / Detective Devil / Bab 1 Morgen Fur Verlierer

Share

Detective Devil
Detective Devil
Author: devina putri

Bab 1 Morgen Fur Verlierer

Author: devina putri
last update Huling Na-update: 2021-04-28 18:22:43

"Jangan ... jangan lakukan itu!" jerit Cologne, "Kumohon jangan! Heilige Potsdam!" Tak henti-hentinya Cologne, berusaha melarang sahabatnya yang kini tengah bergulat dengan maut.

Laki-laki berambut coklat itu tersenyum. Dia sama sekali sudah tidak memikirkan, nasibnya lagi. Dirinya sudah terlalu yakin bahwa kematian sebentar lagi akan menjemputnya. Karena itu dirinya terlihat sangat begitu tenang.

“Jangan memaksakan dirimu Cologne … aku ini sudah hampir dijemput kematian,” katanya dengan raut wajah yang terlihat sangat tenang.

Cologne menggeram, "Grrr … dasar bodoh!" Laki-laki itu masih berusaha menyelamatkan Heilige sahabatnya namun apa daya, Cologne sendiri tidak menyadari pergerakan tangan Heilege yang sangat cepat saat menarik pelatuk pistol.

DOR

Cipratan darah mengenai wajah Cologne. Dengan tubuh bergetar hebat, Cologne mencoba untuk menatap ke arah depan.

"Tidak ... tidak ... mungkin .... " Cologne langsung terjatuh begitu mendapati sahabatnya telah merengang nyawa di depan matanya.

Cologne yang masih belum bisa menerima kematian sahabatnya terus mengguncang-guncang tubuh sahabatnya tersebut. "HEILIGE POTSDAM! BANGUN … BANGUN … BANGUN!" raungnya. Dia terus mencoba membangunkan sahabatnya yang telah tiada tersebut.

"Mau dibangunkan, berapa kali pun juga dia tidak akan pernah bangun," bisik seseorang di telinga Cologne.

Cologne langsung merinding. Begitu ia mendengarkan suara bisikan tersebut.

"Lihatlah sahabatmu sudah meninggal dan semua itu berkat ulahmu, kau harus menebusnya," ujar suara misterius itu terdengar semakin nyaring.

Cologne yang merasa ketakutan sekaligus kacau benar-benar merasa frustasi. Pada akhirnya dia hanya bisa, meneriaki suara misterius tersebut, "Siapa kau? Keluarlah sekarang juga!" teriak Cologne.

Setelah Cologne berteriak. Tiba-tiba saja, muncul sosok ular raksasa dengan sayap seperti seekor naga.

Cologne ketakutan setengah mati begitu ia melihat sosok dari suara misterius tersebut.

"Tidak ingin melarikan diri?" goda monster tersebut sembari menyeringai lebar.

Cologne tidak tahu harus berbuat apa. Pada akhirnya ia memutuskan untuk membawa tubuh Heilige bersamanya. Dan ketika, ia akan mencoba membawa tubuh sahabatnya tersebut. Cologne amat terkejut, begitu mendapati tubuh Heilige, kini hanya tersisa bagian tengkoraknya saja.

"Heiligeeee!" jerit Cologne lemas. Kini semua tenaganya telah lenyap begitu saja, ketika mendapati tubuh sahabatnya tersebut hanya tersisa tulang-belulang saja.

Monster itu tertawa puas. Dia lalu turun ke bawah, menapakkan kakinya yang mirip seperti kaki milik manusia normal pada umumnya.

"Neraka sudah menunggumu. Ikutlah bersama denganku ke neraka!" Monster itu kemudian menangkap Cologne sekaligus mencekiknya dengan menggunakan ekor miliknya.

Cologne tidak bisa bergerak dan hanya bisa pasrah. Sebentar lagi, monster itu benar-benar akan membawa jiwanya ke neraka.

***

"Hei, Manusia Sialan cepat bangun!" sosok bayangan hitam itu melayang-layang di atas tubuh Cologne.

Tidak ada balasan dan tampaknya pemuda bernama Cologne itu masih belum terbangun juga. Bahkan laki-laki itu terus meracau tidak jelas dalam tidurnya.

"Cih. Pantas saja manusia, mudah sekali terkena godaan 'Si Pemalas' itu." Bayangan itu menjentikkan jarinya sekali. Dan tiba-tiba saja muncul kobaran api, membakar selimut milik Cologne.

"Verdammt, du Teufel!" umpat Cologne. Dia langsung bangun dan melemparkan selimutnya ke sembarang arah.

"Bangun juga akhirnya, kau pemalas," ujar Bayangan tersebut dengan lega.

Cologne menunjukkan jari tengahnya, pada bayangan tersebut. "Kau ingin membangunkanku di neraka! Itu maksudmu, bukan?" Cologne kemudian mengambil selimutnya. Selimut itu tidak benar-benar terbakar. Namun efek panas dan kobaran tadi bukanlah ilusi semata karena dirinya bisa benar-benar merasakan sensasi panas terbakar oleh api.

"Kalau kau berpikiran seperti itu, aku benar-benar senang. Tapi untuk sementara, aku akan menahan diri." Bayangan tersebut kemudian terbang melewati Cologne. Lalu ia membuka pintu kamar Cologne.

Cologne yang melihat aksinya itu, lalu lantas berkata seperti ini padanya, "Cih, makhluk halus sepertimu bisa-bisanya membuka pintu," ledek Cologne.

Bayangan itu tampak acuh saja. Dia lalu mendorong tubuh Cologne untuk segera keluar dari kamarnya. "Cepat siapkan sarapan untukku!" perintahnya.

Cologne mendecak sebal, "Ck. Pakai saja sihirmu itu!" Dia menunjuk ke arah bayangan tersebut dengan perasaan kesal sekaligus tidak terima.

Bayangan itu berputar-putar, lalu mendarat tepat di hadapan Cologne. "Dagingmu itu tampaknya terlihat enak juga, meskipun aku lebih suka menyantap jiwa manusia tapi tampaknya, aku sama sekali tidak bisa membiarkan daging sedap sepertimu untuk tetap terus mengoceh di depanku."

Cologne menelan air liurnya sendiri dengan paksa. Ia lalu berbalik dan segera pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Melihat Cologne telah pergi. Bayangan tersebut tertawa puas, "Hahaha … senang sekali rasanya, mengerjai Manusia Sialan itu, hahahaha .... " Setelah puas mentertawakan Cologne, bayangan tersebut lantas menghilang begitu saja.

***

Di Ruang Makan

“Begini-begini juga, aku itu sangat membantumu rupanya,” ujar Bayangan itu sembari melayang-layang di depan mata Cologne. Dia memainkan sebuah apel busuk di tangannya.

“Kau selalu membuatku merasa rugi,” keluh Cologne sembari mengoleskan mentega ke atas roti tawar miliknya.

“Rugi? Kenapa? Hei aku sudah berbaik hati, mau membantumu,” katanya tidak merasa bersalah sama sekali. Bayangan itu masih melayang-layang di atas sana dan sesekali tersenyum nakal. Dia sama sekali tidak mau memikirkan, mengenai kesulitan yang dialami oleh lawan bicaranya tersebut.

BRUAK

“Inilah alasan mengapa aku tidak mau, bernegosiasi dengan iblis! Kepalaku itu hampir pecah karena ulahmu!” Pria itu benar-benar merasa marah. Dia mengomel sembari mengacung-acungkan pisau roti miliknya.

“Santai saja. Hei, kau terlalu berlebihan! Buktinya kepalamu tidak bocor.” Bayangan itu tampak santai dan tidak mempermasalahkan kejadian tempo hari.

Mendengar ucapan lawan bicaranya seperti itu, benar-benar membuat Cologne naik pitam. “Kau buta?! Lihat kepalaku ini!” tunjuk Cologne ke arah kepalanya sendiri yang kini tengah terbalut dengan perban.

“Santai … toh buktinya, kau tidak mati juga.” Bayangan itu kemudian, merubah apel busuk yang berada di tangannya menjadi segar kembali. Setelah merubah apel itu menjadi segar kembali, ia lalu memakannya dengan sangat lahap.

“Cih dasar, makhluk asal neraka,” sarkas Cologne. Setelah melontarkan bahasa sarkasnya Cologne melirik sebentar ke arah bayangan. “Hei Pembuat Onar! Sebaiknya aku memanggilmu dengan nama panggilan apa?” Cologne merasa penasaran dengan panggilan apa yang bisa ia berikan untuk bayangan yang merupakan jelmaan iblis di depannya saat ini. Lagi pula sudah tidak terasa ia tinggal bersama iblis ini selama dua minggu lebih. Dan sampai sekarang juga, dirinya tidak pernah memanggil dengan jelas nama dari si iblis.

Bayangan itu memandang datar ke arah manusia yang tengah bertanya nama panggilan dirinya tersebut. “Panggil saja aku Berlin,” katanya dengan acuh.

Cologne mengerutkan dahinya. “Kenapa, kau memilih nama seperti itu? Seharusnya kau bisa, menggunakan nama yang lebih merujuk pada eksistensimu saat ini. Kau bisa menggunakan panggilan seperti Lucifer, Devil, atau semacamnya?"

"Karena sekarang aku tinggal di Jerman. Dan kebetulan juga sekarang aku tinggal di Berlin. Jadi aku mau, kau memanggilku dengan nama panggilan Berlin," ucap iblis itu santai.

Cologne benar-benar tidak menyangka, bahwa iblis memiliki pemikiran seperti itu. Dia pikir, iblis yang satu ini akan menamai dirinya dengan nama yang sangat menyeramkan. Namun yang ia dapatkan malah justru kebalikannya. Apakah iblis yang satu ini adalah tipekal iblis yang tidak mau repot atau semacamnya Cologne benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirnya yang terkesan sederhana tersebut. Dengan malas dirinya menatap ke arah iblis tersebut. "Terserah kau saja," ujarnya malas. Cologne kemudian menyodorkan sepiring Pretzel untuk Berlin. "Makanlah ini, aku lihat kau sangat menyukai kue ini bukan?" katanya menawarkan kue tersebut pada Berlin.

Berlin tersenyum senang. Memang benar bahwa kue ini merupakan kue terenak yang pernah ia santap karena itu ia terlihat sangat gembira. "Hei manusia, ternyata kaum kalian juga cukup pandai untuk membuat makanan dengan rasa yang pas untuk iblis," puji Berlin kesenangan mendapatkan Pretzel dari Cologne.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Detective Devil   Bab 21 Beautiful Mannequin

    Terima kasih karena sudah membantuku,” ucap Xiao tulus. Dia benar-benar merasa beruntung bertemu dengan Cologne. “Tidak masalah. Ngomong-ngomong apa kau sudah lama bekerja di sana? Maksudku mengenai agensi itu,” tanya Cologne penasaran. " ... lumayan, tapi tetap saja aku tidak bisa membeli sesuatu yang berharga dengan gajiku dari bekerja di sana," keluh Xiao yang anehnya "Budaya kapitalis, aku paham itu," sahut Cologne dengan cepat. Berlin bisa merasakan bagaimana, kedua manusia yang berada di dekatnya saat ini adalah contoh nyata dari budak korporat. "Tumben sekali kau tidak berkomentar?" sindir Cologne melihat Berlin hanya diam saja tidak menanggapi seperti biasanya. "Tidak tertarik untuk merendahkan suatu hal yang sudah terlihat rendah sejak semula," kata Berlin dengan santainya. Dan dia tahu kata-kata ini terlihat seperti tanggapan bagus untuk Cologne. "Lihat aku baru saja bertanya dan kau langsung menanggapinya, luar

  • Detective Devil   Bab 20 Beautiful Mannequin

    Dan mendengar perkataan Eden, Cologne dan Berlin langsung saling memandang satu sama lain dan tampaknya keduanya memiliki pikiran yang sama. "Kenapa mulutmu tidak kami robek saja?" ucap Cologne dan Berlin serempak. Keduanya merasa setuju bahwa perkataan Eden terdengar sangat menjijikkan di telinga keduanya. "Apa aku mengatakan suatu hal yang salah?" tanya Eden yang tidak memahami situasinya saat ini. *** "Jadi apa kasus kali ini? Oh, jangan katakan aku harus menyelidiki kasus kematian kawanan anjing atau menyelamatkan anak anggota dewan dari penculikan?" cerocos Cologne dengan maksud menyindir atas kasus-kasus sebelumnya yang telah ia tangani. Eden menghela nafas kemudian menyerahkan selembar foto pada Cologne. Setelah itu dia berkata seperti ini, "Misimu kali ini adalah menyelidiki seorang wanita yang sudah cukup lama menghilang," katanya. Cologne mengambil foto tersebut dari tangan Eden. Pada awalnya, Cologne merasa tidak terlalu ter

  • Detective Devil   Bab 19 Dream

    "Tolong ... tolong ... tolong aku ...." jerit seorang wanita asing yang tengah berusaha meminta pertolongan. Wanita itu terlihat tampak kesakitan, terdapat luka di perutnya dan darah segar merembes dari sana mengotori gaun putih sederhana yang ia gunakan. Cologne yang tidak mengerti dengan keadaan yang saat ini terjadi hanya bisa diam dalam kebingungan. Apa yang terjadi? Mengapa wanita itu terlihat seperti ingin meminta tolong padaku? pikir Cologne kalut. Meskipun tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi pada saat ini. Pemuda tersebut tetap berusaha untuk menolong wanita tersebut. Dengan cepat, Cologne berlari menuju ke arah wanita asing tersebut untuk menyelamatkannya. Namun langkahnya tersebut, harus terhenti begitu dirinya menyadari bahwa sosok wanita asing yang ingin ia selamatkan tersebut mendadak menghilang begitu saja. Kemana ... kemana ... kemana dia pergi? tanya Cologne dalam hatinya. Pemuda itu tidak habis pikir men

  • Detective Devil   Bab 18 Sleep

    "Boleh kucekik lehermu?" Berlin tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang terlihat seperti taring hiu.Bukannya merasa takut, Cologne malah dengan santainya membalas seperti ini, "Kalau begitu lepaskan pakaian yang tengah kau pakai tersebut. Kau harus sadar bahwa pakaian tersebut adalah milikku," balasnya dengan acuh. Pemuda itu mencoba mengingatkan bahwa pakaian yang tengah dipakai oleh Berlin merupakan pinjaman yang berasal dari dirinya."Cih. Jujur saja pakaianmu rasanya tidak terlalu nyaman. Sayapku terasa seakan-akan mau patah hanya karena memakai pakaian sempitmu ini. Kau juga tampaknya tidak ikhlas meminjamkannya padaku," kata Berlin yang masih sempat-sempatnya melangsungkan aksi protes. Iblis itu memang tengah menggunakan pakaian hasil pinjaman dari Cologne."Aku yakin tidak akan pernah ada manusia selain aku yang mau meminjamkan pakaiannya pada sosok iblis. Ah berhentilah membahas soal pakaian dan bisakah kau jawab pertanyaanku sebelumnya!" sahut

  • Detective Devil   Bab 17 New Look

    Begitu membuka pintu rumahnya, Cologne merasa amat terkejut begitu mendapati seorang pria necis dengan jas serta kacamata hitam yang terbingkai di wajahnya berdiri di depannya.Baru saja Cologne ingin bertanya mengenai perihal identitas pria tersebut. Pria tersebut langsung mengeluarkan sayap hitamnya yang terlihat seperti sayap kelelawar namun memiliki ukuran yang sangat begitu besar. Melihat hal tersebut, Cologne langsung menyadari bahwa pria yang berada di depannya saat ini tak lain tak bukan adalah perwujudan dari sosok iblis. Dan tentu saja tak ada iblis lain yang Cologne kenal selain Berlin dalam hidupnya."BERLIN!" jerit Cologne dengan suara bak penyanyi sopran.***SREK SREK SREK"Cih, kenapa iblis itu sama sekali tidak mau membantuku!" gumam Cologne kesal.Cologne sendiri sibuk menyiapkan makan malam sementara Berlin sibuk memainkan konsol permainan miliknya di ruang keluarga.Satu Jam BerlaluCologne telah menyelesaik

  • Detective Devil   Bab 16 Cat Final

    “Baron, aku ingin kau cepat menyelesaikan ini semua. Kau tahu, bisnis kita tidak boleh terhenti di sini saja.” Terdengar seperti suara orang lain tampaknya dia adalah rekan kerja Baron.Cologne menggeram. Dia mencoba memikirkan segala cara untuk keluar dari sini. Pemuda itu mencoba bangkit berdiri kemudian mengendap-endap secara perlahan. Begitu dirinya memikirkan hal yang sulit untuk kabur dari tempat ini, namun yang terjadi justru sebaliknya. Pemuda itu malah menemukan sebuah pintu yang tidak dijaga oleh siapa pun dan langsung mengarah keluar dari ruangan.“Mustahil untuk keluar semudah ini …. ” keluh Cologne. Pria muda itu merasa curiga meskipun saat ini dirinya sudah berdiri tidak jauh dari pintu keluar.“Dan memang benar kalau kau tidak bisa keluar dari sini semudah itu,” ujar seseorang yang tiba-tiba saja muncul dari depan menghalangi Cologne.“Ap—“ Cologne terkejut sekaligus panik mendapa

  • Detective Devil   Bab 15 Cat

    “Ya. Dan karena aku tahu bahwa masalah itu bukanlah sekedar rumor belaka, makanya aku menyerahkan tugas ini padamu. Lagi pula laporan itu sudah kudapatkan satu bulan yang lalu. Hanya saja aku tidak sempat untuk menyelesaikannya. Dan bukankah di masa-masa itu kau juga masih mengurung dirimu di dalam rumah?” Dan entah mengapa Eden malah terlihat seperti berusaha menyindir Cologne.“Tolong jangan mempermasalahkan segala sesuatu yang sudah terlewat. Senior harusnya memberi dukungan untukku jika ingin melihatku menyelesaikan masalah ini dengan baik,” kata Cologne mencoba memperingatkan.Eden mengangkat bahunya lalu tersenyum usil. “Itu kesalahanmu sendiri,” ujarnya tanpa rasa bersalah sama sekali.Cologne terdiam dia sadar tidak akan ada gunanya jika dia terus berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terserah,” tanggap Cologne dengan singkat. Dia memilih untuk tidak terlibat lebih jauh dengan percakapan yan

  • Detective Devil   Bab 14 Cat

    Jika saja, Cologne memiliki keberanian besar mungkin pemuda itu akan tertawa terbahak-bahak di depan pria tersebut karena aksinya yang tergolong sangat feminin. Terlihat seperti seorang ibu bertubuh kekar yang tengah menggendong bayi kecilnya. Mungkin akan terlihat semakin cocok jika saja pria itu menggunakan celemek berwarna merah jambu.Setelah melihat kepergian pria bertubuh kekar tersebut, Cologne hanya bisa menatapnya dengan rasa tidak percaya. Pemuda itu bahkan sekarang mengabaikan pesanannya yang kini telah tersaji rapi di hadapannya. Di kepalanya terus bermunculan pikiran-pikiran aneh yang sama sekali tidak bisa ia tepis.Aku harus mencari tahu soal ini! ujarnya dalam hati.***Sekembalinya Dari KedaiSetelah menyelesaikan makan siangnya, Cologne memilih untuk tidak langsung kembali ke kantornya. Setelah keluar dari kedai, pemuda itu melihat pria bertubuh kekar yang sebelumnya sempat bertemu dengannya tadi, kembali ia lihat berada

  • Detective Devil   Bab 13 Cat

    Dengan terpaksa Berlin kemudian meletakkan tangannya di wajah Cologne. Setelah meletakkan tangannya di sana, perlahan-lahan luka di wajah Cologne terlihat mulai membaik."Kau benar-benar merepotkanku dan kenapa aku harus menjaga manusia bodoh sepertimu, aku menyesal," gumam Berlin dengan suara pelan.***Keesokan PaginyaDRING DRING DRINGPonsel milik Cologne bergetar dan memunculkan pemberitahuan adanya pesan masuk di layarnya sana.Cologne yang baru bangun dengan terpaksa mengambil ponsel miliknya tersebut, kemudian membaca pesan yang telah masuk di sana.“Pembunuhan kucing-kucing liar?” gumamnya. Pemuda itu tampak terlihat sedikit penasaran begitu mendapatkan kabar mengenai maraknya pembunuhan yang ditemukan pada kucing-kucing liar. Akhir-akhir ini marak tengkorak kepala kucing bertebaran di mana-mana. Dan seperti biasa Cologne mendapatkan bagian tugasnya untuk menyelidiki kasus ini.PLUK

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status