Home / Fantasi / Detective Devil / Bab 3 Shitty Talk

Share

Bab 3 Shitty Talk

Author: devina putri
last update Last Updated: 2021-04-28 18:26:29

Setelah mengobrol hampir selama dua jam, Cologne ingin pamit untuk pulang ke rumahnya.

“Ah, benar-benar sangat menyenangkan setiap kali mengobrol dengan Anda. Rasanya sedikit  beban di hatiku ini telah terangkat,” ucap Cologne dengan jujur.

Tuan Ash tersenyum. “Kalau begitu sering-seringlah datang kemari. Aku juga sangat berterima kasih karena kau sudah mau datang kemari untuk mengunjungi orang tua yang kesepian ini,” kata Tuan Ash  yang menyelipkan sedikit candaan di sana.

“Akan aku usahakan.” Cologne bangkit berdiri dari sofa yang diikuti juga oleh Tuan Ash yang mengetahui bahwa pemuda itu sebentar lagi akan pulang. “Terima kasih, Tuan Ash untuk jamuannya. Aku akan pulang,” ucap Cologne sembari meraih jaketnya yang ia sampirkan di sofa milik Tuan Ash.

Tuan Ash mengangguk dan mengantarkan pemuda tersebut sampai di depan pintu rumahnya. Namun sebelum melihat pemuda itu benar-benar pergi meninggalkan rumahnya, Tuan Ash sempat bertanya seperti ini pada pemuda tersebut, “Nak, tampaknya aku merasakan ada sesuatu yang buruk tengah mengikutimu, apa kau merasa baik-baik saja?” tanya Tuan Ash cemas. Pria tersebut bisa merasakan hawa jahat yang terus mengikuti keberadaan Cologne. Dia pikir pemuda tersebut baru saja mengalami ‘ketempelan roh jahat’ yang berbahaya.

Cologne tersenyum kecut. “Sungguh, aku baik-baik saja. Tuan tidak perlu merasa cemas,” jawabnya sedikit gugup. Tampaknya Cologne merasa sedikit takut bahwa Tuan Ash bisa saja mengetahui sesuatu yang telah dengan sengaja ia sembunyikan dari pria tersebut.

Tuan Ash merogoh saku celana kain hitamnya lalu mengeluarkan sebuah botol kecil berisikan air suci untuk diberikan pada Cologne. “Ambil ini. Aku harap benda ini dapat sedikit membantumu. Dan sering-seringlah berdoa agar kau selalu dilindungi Tuhan,” pinta Tuan Ash yang mencemaskan keadaan Cologne.

Cologne mengambil botol kecil tersebut dengan sedikit ragu. Dia sebenarnya ingin menolak. Dia berpikir meskipun Tuan Ash mencoba ingin melindunginya pada akhirnya hanya akan berakhir menjadi sia-sia saja karena iblis semacam Berlin tentu saja tidak akan  pernah mempan dengan menggunakan air suci dalam jumlah yang sangat sedikit.

Tersenyum setelah menerima botol pemberian Tuan Ash, Cologne kemudian benar-benar pergi dari rumah tersebut dengan perasaan sedikit tidak nyaman di hatinya.

***

“Hei …. ” panggil Berlin yang tiba-tiba saja muncul di samping tubuh Cologne dalam wujud asap.

“Apa?” tanya Cologne dengan suara yang terdengar sedikit ketus.

“Aku pikir kau melewatkan sedikit bagian dari rencana perjalananmu,” kata Berlin tiba-tiba.

“Jangan sok tahu!” balas Cologne acuh.

Meskipun, Berlin tahu bahwa Cologne akan terus berusaha mengacuhkan dirinya atau mencoba untuk tidak berbicara lebih banyak. Dirinya tahu, bahwa Cologne tentu saja tidak akan bisa mengabaikan satu hal ini.

“Kau sebenarnya berencana untuk pergi ke makam Jo bukan? Aku tahu hal itu karena aku bisa membaca pikiranmu. Kau tidak bisa berdalih. Dasar pengecut!” sindir Berlin.

“Cih … jangan ikut campur!” Cologne mengacungkan jari tengahnya. Sekarang dia terlihat seperti orang gila yang berbicara seorang diri. Bersyukurlah jalanan saat ini terlihat sepi, jika tidak maka jelas ia akan dianggap sebagai orang aneh yang terus berbicara sendirian di sepanjang jalan.

Berlin tertawa, “Hahaha … dasar bodoh. Kau tidak berani datang ke makam Jo karena kau masih terus merasa bersalah padanya bukan? Astaga di mana letak keberanianmu itu? Kau terlihat seperti kalkun tua yang menyedihkan,” ejek Berlin tidak ada habis-habisnya. Iblis nakal itu tidak akan pernah berhenti untuk mencoba mengganggu Cologne.

Cologne menutup kedua telinganya dan berteriak seolah-seolah ada objek yang benar-benar terlihat nyata di hadapannya saat ini, “BERISIK DIAM KAU SIALAN!” teriak Cologne murka.

“Bah. Tampaknya kejiwaan bocah ini kembali kambuh,” sindir Berlin.

***

Di Rumah

“Kau ingin tidur?” tanya Berlin saat mendapati Cologne kini telah rapi dalam balutan piayama sederhana miliknya.

Cologne menatap Berlin dengan wajah datar. “Tidak sekarang aku sedang mencoba simulasi kematian,”  jawabnya asal.

“Oh kalau begitu dengan sukarela aku akan membantumu,” kata Berlin kesenangan. Bayangan itu lalu menerbangkan pisau ke arah Cologne.

Cologne mendecak kesal, “Ck berhentilah main-main! Aku ingin istirahat,” tukasnya dengan cepat. Pemuda itu membersihkan tempat tidurnya terlebih dahulu lalu naik ke atas sana dengan perasaan nyaman. Setelah nyaman berada di posisi tersebut tiba-tiba saja Cologne bertanya pada Berlin yang kini tengah melayang-layang di atas kepalanya, “Hei menurutmu apa sebaiknya aku berhenti saja dari pekerjaan yang kumiliki sekarang?”

“Kau ingin jadi tunawisma?” cemooh Berlin.

“Sialan kau.”

“Kau yang sialan.”

Meskipun tahu bahwa Berlin tidak akan pernah memberi jawaban yang menyenangkan, Cologne tetap saja masih bertanya pada sosok iblis tersebut.

"Hei," panggil Cologne.

"Apa?"

"Apa kau tahu alasan mengapa akhir-akhir ini aku sering bermimpi buruk?" tanya Cologne yang sejujurnya tengah mencurigai Berlin. Pemuda itu berpikir bahwa penyebab dari mimpi buruk yang akhir-akhir ini ia alami berasal dari gangguan sosok iblis yang tengah menumpang di rumahnya saat ini.

"Tidak tahu. Mungkin itu pertanda bahwa sebentar lagi kau akan dikirim ke neraka," jawab Berlin dengan asal.

"Aarrghh ... bisakah kau memberi jawaban yang sedikit masuk akal?! Kau itu iblis!" jerit Cologne frustasi. Dia merasa kesal karena semua pertanyaan yang ia ajukan untuk Berlin sama sekali tidak ada yang dijawab dengan benar.

Berlin mendecak, "Ck. Kalau kau ingin mendapat jawaban yang benar, sana bertanyalah pada malaikat atau Tuhan! Kau itu bodoh atau apa? Mengharapkan jawaban yang benar dari sosok iblis?" balas Berlin tak kalah frustasinya dengan Cologne.

Cologne langsung terdiam dan menutup wajahnya dengan selimut. Diam-diam dia merasa malu sekaligus bodoh karena perkataan Berlin memang tidaklah salah. Kalau dia ingin mengharapkan jawaban yang benar mengapa ia tidak bertanya saja pada Tuhan dalam doanya?

***

Berlin menghembuskan nafasnya secara kasar dan merasa sedikit frustasi karena sudah meladeni tingkah laku konyol dari Cologne. Iblis itu sejenak merasakan kepintaran yang ia miliki mendadak turun drastis setelah berbicara dengan manusia aneh seperti Cologne.

"Sialan mengapa aku harus terlibat dengan manusia aneh seperti dirinya?" keluhnya kesal.

"Dia memang sedikit aneh tapi dia adalah sosok yang cerdas yang pernah kutemui," ujar seseorang yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Berlin.

Berlin yang mendengarkan suara tersebut langsung mendongkak. Dan setelah berhasil melihat sosok tersebut lebih jelas, Berlin merasa semakin kesal. "Kenapa baru muncul sekarang?" tanyanya ketus.

Sosok tersebut yang tak lain tak bukan adalah arwah dari Heilige Potsdam atau Jo yang merupakan sahabat Cologne yang telah tiada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Detective Devil   Bab 21 Beautiful Mannequin

    Terima kasih karena sudah membantuku,” ucap Xiao tulus. Dia benar-benar merasa beruntung bertemu dengan Cologne. “Tidak masalah. Ngomong-ngomong apa kau sudah lama bekerja di sana? Maksudku mengenai agensi itu,” tanya Cologne penasaran. " ... lumayan, tapi tetap saja aku tidak bisa membeli sesuatu yang berharga dengan gajiku dari bekerja di sana," keluh Xiao yang anehnya "Budaya kapitalis, aku paham itu," sahut Cologne dengan cepat. Berlin bisa merasakan bagaimana, kedua manusia yang berada di dekatnya saat ini adalah contoh nyata dari budak korporat. "Tumben sekali kau tidak berkomentar?" sindir Cologne melihat Berlin hanya diam saja tidak menanggapi seperti biasanya. "Tidak tertarik untuk merendahkan suatu hal yang sudah terlihat rendah sejak semula," kata Berlin dengan santainya. Dan dia tahu kata-kata ini terlihat seperti tanggapan bagus untuk Cologne. "Lihat aku baru saja bertanya dan kau langsung menanggapinya, luar

  • Detective Devil   Bab 20 Beautiful Mannequin

    Dan mendengar perkataan Eden, Cologne dan Berlin langsung saling memandang satu sama lain dan tampaknya keduanya memiliki pikiran yang sama. "Kenapa mulutmu tidak kami robek saja?" ucap Cologne dan Berlin serempak. Keduanya merasa setuju bahwa perkataan Eden terdengar sangat menjijikkan di telinga keduanya. "Apa aku mengatakan suatu hal yang salah?" tanya Eden yang tidak memahami situasinya saat ini. *** "Jadi apa kasus kali ini? Oh, jangan katakan aku harus menyelidiki kasus kematian kawanan anjing atau menyelamatkan anak anggota dewan dari penculikan?" cerocos Cologne dengan maksud menyindir atas kasus-kasus sebelumnya yang telah ia tangani. Eden menghela nafas kemudian menyerahkan selembar foto pada Cologne. Setelah itu dia berkata seperti ini, "Misimu kali ini adalah menyelidiki seorang wanita yang sudah cukup lama menghilang," katanya. Cologne mengambil foto tersebut dari tangan Eden. Pada awalnya, Cologne merasa tidak terlalu ter

  • Detective Devil   Bab 19 Dream

    "Tolong ... tolong ... tolong aku ...." jerit seorang wanita asing yang tengah berusaha meminta pertolongan. Wanita itu terlihat tampak kesakitan, terdapat luka di perutnya dan darah segar merembes dari sana mengotori gaun putih sederhana yang ia gunakan. Cologne yang tidak mengerti dengan keadaan yang saat ini terjadi hanya bisa diam dalam kebingungan. Apa yang terjadi? Mengapa wanita itu terlihat seperti ingin meminta tolong padaku? pikir Cologne kalut. Meskipun tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi pada saat ini. Pemuda tersebut tetap berusaha untuk menolong wanita tersebut. Dengan cepat, Cologne berlari menuju ke arah wanita asing tersebut untuk menyelamatkannya. Namun langkahnya tersebut, harus terhenti begitu dirinya menyadari bahwa sosok wanita asing yang ingin ia selamatkan tersebut mendadak menghilang begitu saja. Kemana ... kemana ... kemana dia pergi? tanya Cologne dalam hatinya. Pemuda itu tidak habis pikir men

  • Detective Devil   Bab 18 Sleep

    "Boleh kucekik lehermu?" Berlin tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang terlihat seperti taring hiu.Bukannya merasa takut, Cologne malah dengan santainya membalas seperti ini, "Kalau begitu lepaskan pakaian yang tengah kau pakai tersebut. Kau harus sadar bahwa pakaian tersebut adalah milikku," balasnya dengan acuh. Pemuda itu mencoba mengingatkan bahwa pakaian yang tengah dipakai oleh Berlin merupakan pinjaman yang berasal dari dirinya."Cih. Jujur saja pakaianmu rasanya tidak terlalu nyaman. Sayapku terasa seakan-akan mau patah hanya karena memakai pakaian sempitmu ini. Kau juga tampaknya tidak ikhlas meminjamkannya padaku," kata Berlin yang masih sempat-sempatnya melangsungkan aksi protes. Iblis itu memang tengah menggunakan pakaian hasil pinjaman dari Cologne."Aku yakin tidak akan pernah ada manusia selain aku yang mau meminjamkan pakaiannya pada sosok iblis. Ah berhentilah membahas soal pakaian dan bisakah kau jawab pertanyaanku sebelumnya!" sahut

  • Detective Devil   Bab 17 New Look

    Begitu membuka pintu rumahnya, Cologne merasa amat terkejut begitu mendapati seorang pria necis dengan jas serta kacamata hitam yang terbingkai di wajahnya berdiri di depannya.Baru saja Cologne ingin bertanya mengenai perihal identitas pria tersebut. Pria tersebut langsung mengeluarkan sayap hitamnya yang terlihat seperti sayap kelelawar namun memiliki ukuran yang sangat begitu besar. Melihat hal tersebut, Cologne langsung menyadari bahwa pria yang berada di depannya saat ini tak lain tak bukan adalah perwujudan dari sosok iblis. Dan tentu saja tak ada iblis lain yang Cologne kenal selain Berlin dalam hidupnya."BERLIN!" jerit Cologne dengan suara bak penyanyi sopran.***SREK SREK SREK"Cih, kenapa iblis itu sama sekali tidak mau membantuku!" gumam Cologne kesal.Cologne sendiri sibuk menyiapkan makan malam sementara Berlin sibuk memainkan konsol permainan miliknya di ruang keluarga.Satu Jam BerlaluCologne telah menyelesaik

  • Detective Devil   Bab 16 Cat Final

    “Baron, aku ingin kau cepat menyelesaikan ini semua. Kau tahu, bisnis kita tidak boleh terhenti di sini saja.” Terdengar seperti suara orang lain tampaknya dia adalah rekan kerja Baron.Cologne menggeram. Dia mencoba memikirkan segala cara untuk keluar dari sini. Pemuda itu mencoba bangkit berdiri kemudian mengendap-endap secara perlahan. Begitu dirinya memikirkan hal yang sulit untuk kabur dari tempat ini, namun yang terjadi justru sebaliknya. Pemuda itu malah menemukan sebuah pintu yang tidak dijaga oleh siapa pun dan langsung mengarah keluar dari ruangan.“Mustahil untuk keluar semudah ini …. ” keluh Cologne. Pria muda itu merasa curiga meskipun saat ini dirinya sudah berdiri tidak jauh dari pintu keluar.“Dan memang benar kalau kau tidak bisa keluar dari sini semudah itu,” ujar seseorang yang tiba-tiba saja muncul dari depan menghalangi Cologne.“Ap—“ Cologne terkejut sekaligus panik mendapa

  • Detective Devil   Bab 15 Cat

    “Ya. Dan karena aku tahu bahwa masalah itu bukanlah sekedar rumor belaka, makanya aku menyerahkan tugas ini padamu. Lagi pula laporan itu sudah kudapatkan satu bulan yang lalu. Hanya saja aku tidak sempat untuk menyelesaikannya. Dan bukankah di masa-masa itu kau juga masih mengurung dirimu di dalam rumah?” Dan entah mengapa Eden malah terlihat seperti berusaha menyindir Cologne.“Tolong jangan mempermasalahkan segala sesuatu yang sudah terlewat. Senior harusnya memberi dukungan untukku jika ingin melihatku menyelesaikan masalah ini dengan baik,” kata Cologne mencoba memperingatkan.Eden mengangkat bahunya lalu tersenyum usil. “Itu kesalahanmu sendiri,” ujarnya tanpa rasa bersalah sama sekali.Cologne terdiam dia sadar tidak akan ada gunanya jika dia terus berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terserah,” tanggap Cologne dengan singkat. Dia memilih untuk tidak terlibat lebih jauh dengan percakapan yan

  • Detective Devil   Bab 14 Cat

    Jika saja, Cologne memiliki keberanian besar mungkin pemuda itu akan tertawa terbahak-bahak di depan pria tersebut karena aksinya yang tergolong sangat feminin. Terlihat seperti seorang ibu bertubuh kekar yang tengah menggendong bayi kecilnya. Mungkin akan terlihat semakin cocok jika saja pria itu menggunakan celemek berwarna merah jambu.Setelah melihat kepergian pria bertubuh kekar tersebut, Cologne hanya bisa menatapnya dengan rasa tidak percaya. Pemuda itu bahkan sekarang mengabaikan pesanannya yang kini telah tersaji rapi di hadapannya. Di kepalanya terus bermunculan pikiran-pikiran aneh yang sama sekali tidak bisa ia tepis.Aku harus mencari tahu soal ini! ujarnya dalam hati.***Sekembalinya Dari KedaiSetelah menyelesaikan makan siangnya, Cologne memilih untuk tidak langsung kembali ke kantornya. Setelah keluar dari kedai, pemuda itu melihat pria bertubuh kekar yang sebelumnya sempat bertemu dengannya tadi, kembali ia lihat berada

  • Detective Devil   Bab 13 Cat

    Dengan terpaksa Berlin kemudian meletakkan tangannya di wajah Cologne. Setelah meletakkan tangannya di sana, perlahan-lahan luka di wajah Cologne terlihat mulai membaik."Kau benar-benar merepotkanku dan kenapa aku harus menjaga manusia bodoh sepertimu, aku menyesal," gumam Berlin dengan suara pelan.***Keesokan PaginyaDRING DRING DRINGPonsel milik Cologne bergetar dan memunculkan pemberitahuan adanya pesan masuk di layarnya sana.Cologne yang baru bangun dengan terpaksa mengambil ponsel miliknya tersebut, kemudian membaca pesan yang telah masuk di sana.“Pembunuhan kucing-kucing liar?” gumamnya. Pemuda itu tampak terlihat sedikit penasaran begitu mendapatkan kabar mengenai maraknya pembunuhan yang ditemukan pada kucing-kucing liar. Akhir-akhir ini marak tengkorak kepala kucing bertebaran di mana-mana. Dan seperti biasa Cologne mendapatkan bagian tugasnya untuk menyelidiki kasus ini.PLUK

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status