“Ya...tapi seharusnya itu ditangani oleh Negara ‘kan? Kenapa kau mengatakan ini padaku?”
“Karna kudengar, kau sedang menangani sebuah kasus yang menurutku berhubungan dengan pria kesayangan kita ini,” ungkap Albert.
***
Ucapan Albert semakin membuatku bingung dan tidak mengerti. Bagaimana bisa kasusku berhubungan dengan buronan Emyrat? Bahkan secara teknis aku tidak sedang menangani kasus.
“Omong kosong apa ini? Katakan saja dengan jelas dan jangan bertele-tele!” kataku dengan sedikit kesal.
“Pria yang kau temui tadi pagi, dia bekerja di sebuah pabrik kayu yang baru berdiri beberapa bulan. Kuat dugaan bahwa pabrik kayu itu adalah milik si pria buronan. Well, mungkin istilah ‘Sambil menyelam minum air’ akan tepat untukmu,”
Wow! Mengejutkan juga. Aku tidak menduga bahwa niatku yang semula hanya ingin membantu Janet, ternyata berbuntut sampai tidak kriminal internasional. Tapi entah kenapa sekarang aku jadi sedikit cemas tentang Jerry.
Mungkin ini terlalu berebihan dan bahkan tidak beralasan. Tapi kuharap, Jerry tidak terlibat hal buruk dengan buronan itu. Dan yang harus kupikirkan sekarang adalah, bagaimana cara untuk sampai pada pabrik itu. Memang bisa saja aku datang ke tempat itu kapan saja, tapi itu akan membuat kecurigaan.
Apalagi Tom yang sangat menjengkelkan itu pasti tidak akan mau membawaku ke sana. Tapi...bukankah Janet bilang bahwa Jery juga bekerja di sana? Dan ya, terpikirkan sebuah ide dikepalaku.
Keesokkan harinya aku pun mendatangi pabrik itu dengan berbekal sebuah dokument yang telah disiapkan oleh Gwen. Dan karna hal ini, hari ini terpaksa aku harus memakai setelan hitam yang sangat membosankan.
Mau bagaimana lagi, aku harus terlihat meyakinkan agar misiku berhasil. Jika kau bertanya apa yang akan kulakukan? Ya...aku akan datang sebagai seorang dari biro asuransi yang dimiliki oleh Jerry. Untung saja sedang musim dingin, jika tidak...aku pasti tidak akan sudi memakai setelan menyebalkan yang pastinya akan membuatku gerah.
Kali ini aku tidak sendiri dalam aksiku. Ya, tentu saja Gwen ikut bersamaku agar penyamaran semakin terlihat meyakinkan. Dan sepertinya bukanlah hal yang sulit bagi Gwen untuk melakukan semua ini. Astaga! Asistenku ini memang sangat piawai untuk menipu.
Tak berbeda dengan pabrik kayu pada umunya. Aku pun menanyakan keberadaan Jeryy pada beberapa buruh di sana. Dan jawaban mereka sama, sudah beberapa hari ini Jerry tidak nampak di pabrik. Namun pengakuan seorang buruh yang usianya cukup renta untuk pekerjaan kasar ini, membuatku cukup merasa aneh.
“Ya, sudah beberapa hari terakhir ini Jerry tidak bekerja. Mungkin dia sudah tidak bekerja di pabrik ini lagi. Karna terakhir ia di sini, kulihat ia bertengkar dengan Tuan Khan. Dan kudengar...Tuan Khan memecatnya saat itu,”
Pertanyaannya adalah, jika Jerry sudah dipecat dari pabrik kayu. Lalu kemana Jerry pergi? Dan...kenapa Jerry sampai bertengkar dengan pemilik pabrik ini? Kupikir ia hanya bermasalah dengan Jerry?
Ini semakin aneh. Aku dan Gwen pun mendatangu sebuah ruangan dengan bertuliskan “Pimpinan.” Dan aku sangat yakin, pria yang yang sedang dicari oleh Ricard ada dalam ruangan ini. Benar saja, seorang pria dengan tubuh kekar dan tinggi berada di balik sebuah meja kerja.
Seperti yang sudah kuduga, pria dengan wajah khas timur tengah itu adalah sang bos yang bernama Sayid Khan. Tanpa basa-basi ia pun bertanya, “Siapa kau? Apa maumu?”
“Well, kami dari biro asuransi jiwa atas nama Jerry Thompson. Dan ya, tidak seperti biasanya dia sangat terlambat membayarkan tagihan asuransinya. Istrinya berkata bahwa sudah beberapa hari Tuan Thompson tidak di rumah. Jadi...aku datang ke sini untuk bertemu dengannya,”
“Memangnya kau pikir aku ini pengasuhnya Thompson?! Pria menjengkelkan itu bahkan sudah beberapa hari tidak masuk kerja tanpa memberi kabar sama sekali!!” bentak Sayid Khan.
“Wow! Santai saja kawan. Kenapa sepertinya kau sangat membenci Tuan Thompson? Bukankah hal yang wajar jika mencarinya di tempat kerjanya?”
Wajah pria timur tengah itu seketika merah padam karna marah. Aku tidak mengerti kenapa ia sangat marah dan membenci Jerry. Namun sebelum ia sempat meluapkan makiannya padaku, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan memaksanya untuk mengangkat panggilan masuk itu.
Gerak-gerik Sayid terlihat sangat mencurigakan ketika ia mengangkat panggilan dari ponselnya. Sampai-sampai ia harus menjauh dariku dan juga Gwen ketika ia berbicara dengan seseorang yang sedang menelponnya itu.
Karna tingkahnya yang mencurigakan itu, Gwen terus menatapnya dengan tajam walau aku sudah berusaha memperingatkan Gwen agar bersikap santai. Sayid pun akhirnya buru-buru mengakhiri telponnya karna sadar bahwa kami sedang mengawasinya.
“Um..um...ma-maaf. Sebenarnya aku sangat sibuk hari ini. Dan kurasa yang kukatakan pada kalian sangat cukup untuk menjawab semua yang kalian pikirkan. Jadi tolong keluarlah dari kantorku!” ucap Sayid tiba-tiba.
Ya, sebagai petugas dari biro asuransi memang tidak ada yang bisa kami lakukan selain pergi dari tempat itu. Karna tidak mungkin bagi kami untuk memaksa dan terus menginterogasi Sayid karna jika ia curiga, maka kami akan kehilangan banyak barang bukti yang bahkan saat ini masih coba kami cari.
Apa boleh buat, akhirnya aku dan Gwen pun kembali dan memutar mobil untuk kembali. Tapi sepertinya Gwen sangat kesal sekarang. Ya, itu terlihat dengan sangat jelas dari caranya membanting pintu mobilku.
Bahkan sepanjang perjalanan dia terus saja mengumpat dan memaki. “Ada apa dewnganmu Draco?! Kau pikir kita ini petugas asuransi sungguhan! Kenapa kau tidak menginterogasi pria itu sama sekali?!”
“Astaga, Gwen! Jika kau terus berteriak seperti ini maka gendang telingaku bisa pecah! Lagipula aku tidak sebodoh itu, sayang...”
“Apa maksutmu?! Dan satu lagi, jangan berani memanggilku dengan sebutan sayang! Menjijikkan!” maki Gwen.
“Oh ayolah Gwen! Aku sudah memasang alat penyadap mini dalam laptop Tuan Khan. Itu artinya, kita sudah menyelesaikan pekerjaan dengan baik hari ini,”
“Benarkah? Kapan kau memasang benda itu? Kenapa aku tidak tau?”
“Tentu saja kau tidak tau! Kau sibuk memelototi pria itu dari tadi!”
Well, seperti yang kukatakan pada Gwen. Karna aku sudah memasang alat penyadap pada laptop Sayid. Maka malam ini aku pun mulai mengintai pergerakan yang dilakukan oleh Sayid. Alat penyadap yang kupasang itu terhubung secara langsung pada semua gawai milikku.
Aku pun mulai menjelajahi semua isi dalam laptop Sayid termasuk semua akun yang ia miliki. Dan jika masalah meretas, itu adalah hal yang sangat mudah bagiku. Dan benar saja, pria ini benar-benar sangat licik.
Ia memasang nama yang berbeda pada setiap akun yang ia miliki. Bahkan akun bank pun memiliki nama yang berbeda-beda. Dan aku sama sekali idak terkejut, jika jumlah uang dalam setiap rekening jumlahnya sangat fantastis.
Ia memasang nama yang berbeda pada setiap akun yang ia miliki. Bahkan akun bank pun memiliki nama yang berbeda-beda. Dan aku sama sekali idak terkejut, jika jumlah uang dalam setiap rekening jumlahnya sangat fantastis.***Dan dari data yang berhasil kuretas, ternyata pabrik kayu itu bukanlah satu-satunya perusahaan yang ia dirikan di London. Dan Albert benar, beberapa perusahaan bahkan sudah beridiri di London selama 10 tahun terakhir.Pertanyaannya, kenapa nama Jerry Thompson ada dalam daftar investor yang ditanam untuk pabrik kayu? Dan ini sungguh di luar dugaanku. Aku tidak menyangka jika ternyata Jerry terlibat cukup jauh dengan perusahaan itu.Bahkan jika dipikir, seorang Jerry Thompson yang sangat sederhana dengan peternakan kecilnya. Ternyata memiliki saham sebesar 50 persen, yang artinya ia memiliki uang yang sangat banyak. Ya...lagi-lagi fakta mencengangkan tentang keluarga Thompson.Kuputuskan untuk kembali menemui Janet dan memastikan t
Kalau saja aku tau akan pergi ke hutan sejak awal. Maka suadah pasti aku akan memakai sepatu boot. Bukan apa-apa, tumpukkan salju di hutan sangat tebal dan menyulitkan langkah kami.***Di tengah dinginnya udara dan tumpukkan salju. Kami berusaha untuk mencari dan menemukan sesuatu yang entah apa itu. Mungkin ini terlihat bodoh dan konyol. Tanpa tau apa yang kami cari, kami nekat menerobos hutan di saat salju sedang turun dengan lebat.Konyolnya lagi, bahkan sudah hampir satu jam kami mengitari hutan sekitar pabrik kayu. Tapi kami tidak juga menemukan sesuatu atau apapun yang terlihat mencurigakan. Dan yang sebenarnya, aku sangat khawatir dengan wanita tua keras kepala ini.Jelas-jelas sekarang ini dia sangat kedinginan. Tapi tetap saja ia menolak ketika kuminta untuk masuk dan menunggu di dalam mobil saja. Hampir putus asa dan aku bahkan berencana akan kembali dan melanjutkan pencarian esok hari. Aku benar-benar tidak sanggup lagi melihat Janet yang sebe
Karna terus memikirkan Janet, tanpa sadar ternyata kulajukan mobilku menuju rumah Gwen. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menuju pada Gwen? Entahlah. Mungkin saja, dengan bersamanya akan sedikit meredakan rasa sesak di hatiku.***Sebenarnya, setiap kali menyelesaikan kasus sering kali kuhabiskan waktu di rumah Gwen. Bukan karna karna ingin ditemani olehnya, tapi karna semua berkas-berkas yang kubutuhkan ada di sana. Tapi kali ini, sebenarnya aku bahkan tidak membutuhkan berkas apapun...Entahlah. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa aku mulai menjadi emosional seperti ini. Bahkan ini adalah pertama kalinya perasaanku ikut bermain.Gwen nampak sedikit heran ketika melihat kedatanganku dengan wajah kusut dan sedikit galau. Tapi Gwen selalu tau apa yang kurasakan meski aku tidak mengatakan apapun padanya. Kusandarkan diriku pada sofa di ruang tamu dan berusaha untuk kembali menetralkan perasaanku.Tapi ternyata semua itu tidak mudah. Ekspresi histe
Bagus! Gwen memang selalu bisa kuandalkan. Kulajukan mobilku menyusuri jalanan London yang cukup licin akibat salju yang turun semalam. Dan sesampainya di sana, Albert pun segera menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat padaku.***“Apa ini?” tanyaku dengan bingung.“Buka saja!” jawab Albert dengan singkat.Amplop itu pun kubuka dengan cepat kemudian kutumpahkan semua isi di dalamnya di atas meja kerja Albert. Dan ternyata, isi dari amplop itu adalah beberapa dokumen bukti dari hasil otopsi jenazah Jerry.Dari hasil otopsi yang dilakukan oleh tim forensik menyatakan, Jerry telah meninggal 5 hari yang lalu. Dan itu artinya, hari ketika pertama kali Janet datang padaku untuk mencari suaminya. Pada saat itu Jerry memang sudah meninggal.Laporan otopsi itu juga menyatakan bahwa penyebab dari kematian Jerry adalah akibat jeratan di leher yang membuatnya tercekik. Dan itu bisa kulihat dengan sangat jelas dari foto yang men
Kami pun duduk di sudut kedai sembari menunggu Frank meracik kopi untuk kami. Dan tiba-tiba Gwen bertanya, “Aku cukup terkejut kau mau datang di acara pemakaman Tuan Thompson. Kenapa kau lakukan itu?”***“Apa maksudmu? Kenapa kau bertanya pertanyaan aneh seperti itu?”“Tentu saja tidak! Sejak aku mengenalmu, tidak pernah sekalipun kau datang di sebuah acara pemakaman. Kau bahkan selalu punya banyak alasan!” ucap Gwen.Wajar saja jika Gwen bertanya seperti itu. Bahkan aku sendiri merasa sangat aneh. Dan bagaimana bisa kujelaskan semuanya pada Gwen.“Kau tau? Jika saja kau tidak terus bertanya maka aku tidak akan mengatakannya. Ini sangat...sangat menyakitkan...”“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti,” desak Gwen.“Well, 20 tahun yang lalu dan saat itu usiaku baru menginjak 10 tahun. Tapi di saat itulah aku kehilangan semua dalam hidupku. Kedua orangtuaku mengalami kecelakaa
Penjahat itu membuatku sangat geram dan akan kupastikan dia harus membayar untuk semua ini. Seolah mendapat kekuatan berlipat, kucengkeram leher pria yang membuat wajahku menjadi memar. Kutinju wajahnya dengan membabi buta dan kurasa aku telah mematahkan tulang hidungnya.***Tapi mereka bukanlah penjahat kelas teri. Satu berhasil kulumpuhkan dan yang dua kini menodongkan pistol padaku. Okay, kali ini mereka menang lagi dan berhasil membuatku tak bergerak.Dengan pistol di tangan, kedua penjahat yang tersisa berusaha untuk semakin mendekat padaku. Dan ketika mereka semakin dekat padaku, tiba-tiba saja Gwen melemparkan sepatu high hells nya dan tepat mengenai kepala salah satu dari mereka.Kabar baiknya, kedua penjahat itu akhirnya berpaling pada Gwen. Artinya kini kesempatan untukku membalikkan serangan. Secepat kilat kulepas jaket kulitku dan dengan gesit kulilitkan pada tangan salah satu dari mereka dan memelintir ke belakang tubuhnya.Dengan beg
“Bagaimana? Kau sudah dapat sesuatu dari mereka?” tanyaku pada Albert.“Tidak! Entah apa yang dijanjikan oleh bos mereka. Meski sudah babak belur begini, mereka tetap tidak mau memberi informasi apapun!” ucap Albert dengan kesal.***Kebetulan sekali aku sedang sangat kesal. Dan seprtinya mereka adalah sasaran yang bagus untuk meluapkan kekesalanku. “Well...budak yang setia ya? Kalian tau? Aku sedang sangat kesal sekarang. Saranku bekrjasamalah dan jangan membuatku marah!”Tapi apa ini? Bukannya ketakutan mereka bertiga malah menatapku dengan tajam seolah kini akulah penjahatnya. “Katakan padaku, kenapa hari ini bos kalian membuatku kesal?! Dia datang sangat terlambat dari waktu yang dijanjikan, lalu pergi dengan sangat cepat. Jadi...sebaiknya kalian katakan dimana bos kalian sekarang?!” bentakku.Mendengar ucapanku, salah satu dari mereka malah tertawa terbahak-bahak. Dan kemudian ia pun berkata, &ld
“Tidak masalah. Tapi, aku tidak janji bisa menemanimu setiap saat. Tapi...apa yang kau lakukan di London?”“Um...study. Maksudku, aku sedang melanjutkan study di sini. Dan Hei! Apa kau sering naik itu, Draco?” tanya Myra tiba-tiba seraya menunjuk pada gondola raksasa kebanggaan London.***“Maksudmu gondola raksasa? Sebenarnya...tidak pernah,” jawabku.“Serius? Yang benar saja! Kau hidup di London tapi tidak pernah naik roda besar itu? Lalu apa yang kau lakukan?” kata Myra terkejut.Dia tidak tau saja. Mana sempat aku naik gondola. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali aku bermain. Mungkin 15 tahun yang lalu ketika kubuat Calvin menangis karna kutinggalkan dia sendirian di taman bermain.“Jadi, kenapa kita tidak naik bersama saja!”“Apa? Sekarang? Kau lupa kalau sekarang sedang musim dingin?” kataku heran.“Memang kenapa? Gondolanya ditutup ya?&rd