Share

Pesan Dalam Sebuah Botol

Ia memasang nama yang berbeda pada setiap akun yang ia miliki. Bahkan akun bank pun memiliki nama yang berbeda-beda. Dan aku sama sekali idak terkejut, jika jumlah uang dalam setiap rekening jumlahnya sangat fantastis.

***

Dan dari data yang berhasil kuretas, ternyata pabrik kayu itu bukanlah satu-satunya perusahaan yang ia dirikan di London. Dan Albert benar, beberapa perusahaan bahkan sudah beridiri di London selama 10 tahun terakhir.

Pertanyaannya, kenapa nama Jerry Thompson ada dalam daftar investor yang ditanam untuk pabrik kayu? Dan ini sungguh di luar dugaanku. Aku tidak menyangka jika ternyata Jerry terlibat cukup jauh dengan perusahaan itu.

Bahkan jika dipikir, seorang Jerry Thompson yang sangat sederhana dengan peternakan kecilnya. Ternyata memiliki saham sebesar 50 persen, yang artinya ia memiliki uang yang sangat banyak. Ya...lagi-lagi fakta mencengangkan tentang keluarga Thompson.

Kuputuskan untuk kembali menemui Janet dan memastikan tentang data yang kumiliki. Dan aku cukup terkejut dengan wajah panik Janet ketika aku datang ke rumahnya. “Tuan Black? Untung kau datang. Aku baru saja akan pergi menemuimu,”

“Menemuiku? Tapi...ada apa? Kenapa kau terlihat cemas begitu?” tanyaku penasaran.

“Jadi...semalam Tom datang. Dan dia berkata jika sebaiknya aku memintamu untuk mencari Jerry secepatnya karna sepertinya...Jerry dalam bahaya!”

“Apa? Kenapa Tom berkata begitu? Bukankah terakhir kali ia berkata bahwa ia tidak tau apapun tentang Jerry?” tanyaku.

“Sebenarnya aku juga tidak tau, tapi semalam Tom terlihat sangat terburu-buru. Dia bahkan pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu...”

“Well, ini sangat aneh. Sebaiknya kita temui Tom di rumahnya,”

Akhirnya aku dan Janet pun pergi menuju rumah Tom dan berharap akan mendapat penjelasan darinya. Tapi ternyata, ketika kami sampai rumah kayu reot itu ternyata kosong dengan keadaan pintu yang tidak terkunci.

“Hei! Kemana perginya orang tua pemarah itu? Apa mungkin dia sudah pergi ke pabrik kayu?”

“Tidak mungkin! Tomy tidak pernah meninggalkan rumah begitu saja tanpa menguncinya. Lagipula, ini ‘kan hari minggu. Jadi...tidak mungkin dia pergi ke pabrik kayu,” ungkap Janet.

Well, ini semakin aneh dan rumit saja. Jerry belum ketemu dan sekarang Tom juga menghilang. Kurasa, inti dari masalah ini adalah pabrik kayu yang didirkan oleh Sayid. Tapi diluar dari Sayid yang membawa kabur aset milik konglomerat Emirate, aku masih tidak mengerti apa hubungan Jerry dan Tom dengan semua ini?

“Um...Nyonya Thompson sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu. Apa kau keberatan?” tanyaku pada Janet.

“Tentu saja Tidak,”

“Sebenarnya, aku mendapat sebuah data tentang perusahaan di mana Jerry bekerja. Dan aku benar-benar tidak mengerti, kenapa dalam data itu tercantum nama Jerry sebagai pemilik saham sebesar 50 persen. Apa...kau sudah tau tentang hal itu?”

Seperti halnya diriku, ternyata Janet pun sama terkejutnya. Ia pun nampak begitu bingung kemudian berkata, “Jerry memang memiliki warisan dari orang tuanya. Dan beberapa bulan yang lalu, ia mengatakan akan menjual warisan itu dan menyimpan uangnya di bank. Aku tidak tau jika ternyata Jerry memiliki saham di perusahaan itu, selama ini ia tidak pernah mengatakan apapun...”

Satu pertanyaan mulai terjawab. Tapi...untuk apa Jerry menanam saham di sana lalu ia bekerja sebagai buruh juga. Apa yang coba Jerry lakukan?

Merasa lelah dengan semua misteri ini, entah kenapa aku ingin duduk dan menyandarkan diriku di kursi goyang milik Tom. Ya, pernah sekali kulihat Tom duduk dengan santai di kursi ini sambil menenggak sebotol wisky.

Dan kupikir mungkin akan lebih rileks jika kucoba hal yang sama. Sayangnya aku sama sekali tidak merasa nyaman karna ada sesuatu yang mengganjal. Kucoba untuk merogoh sesuatu di antara selimut yang kududuki. Dan benar saja, ternyata ada botol wisky milik Tom di sana.

“Dasar! Selain pemarah ternyata dia juga sangat jorok!” dengusku seraya mengarahkan botol itu ke tempat sampah.

Hampir saja kulempar botol wisky itu, tapi seketika kuhentikan karna kulihat sesuatu di dalam botol itu. Ya...ada seuatu yang tidak wajar dalam botol bau itu. Sesuatu yang ternyata adalah sebuah... kertas?

Sebenarnya bisa saja Tom berbuat iseng dan memasukkan kertas ke dalam botol. Tapi entah kenapa aku sangat yakin jika aku harus mengeluarkan kertas dari dalam botol itu. Sedikit menyebalkan memang! Dan setelah bersusah payah, akhirnya kudapatkan juga kertas itu.

“Apa itu? Dari mana kau dapatkan itu?” tanya Janet yang nampak bingung dengan kertas di tanganku.

Tanpa mengatakan apapun, kubuka kertas yang sudah kusut dan sangat bau itu. Dan wow! Seperti mendapat sebuah harta karun. Ternyata ada sesuatu yang tertulis di dalam kertas itu. Dan jika dilihat dari bentuk tulisannya yang berantakan, sepertinya ini ditulis dengan terburu-buru.

“Hutan cemara, di belakang pabrik kayu.”

Apakah itu sebuah pesan yang ditulis oleh Tom? Sebenarnya apa yang coba ia katakan? Dan jika ia ingin mengatakan sesuatu, kenapa tidak mengatakan semuanya pada Janet semalam. Tapi satu yang pasti, aku harus pergi ke hutan cemara yang ada di belakang pabrik kayu sekarang juga.

“Kumohon biarkan aku ikut denganmu, Tuan Black! Aku harus tau apa yang terjadi!” pinta Janet.

“Tapi Nyonya Thompson, maaf...bukannya aku keberatan. Tapi akan ada banyak tumpukkan salju di hutan. Aku tidak ingin menyusahkanmu...”

“Percayalah, aku sudah sangat terbiasa dengan hal itu sejak kecil. Aku janji, aku akan baik-baik saja dan tidak akan menyusahkanmu!” desak Janet.

Apa boleh buat, wanita ini benar-benar keras kepala. Dan semoga saja ia benar-benar tidak merepotkanku. Akhirnya kulajukan mobilku menuju arah pabrik kayu. Tapi kali ini, kucoba untuk melewati jalur yang lain.

Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi kurasa aku harus pergi ke hutan tanpa ada yang melihat. Bahkan terlihat jelas jika Janet menahan rasa takutnya karna jalur yang kulewati memang sedikit ekstrim. Tapi percayalah, mobilku lebih handal dari penampilannya. Tidak sia-sia kuhabiskan banyak uang untuk memodifikasinya.

“Tuan Black, apakah harus kau parkirkan mobilmu di antara semak-semak begini?” tanya Janet yang terheran-heran dengan tingkahku.

“Apa kau pernah dengar tentang menyamarkan diri? Itulah yang kita lakukan sekarang. Dan...saranku, jika lututmu tidak memungkinkan maka sebaiknya kau tunggu di dalam mobil saja. Kau akan aman, percayalah!”

“Aku memang sudah tua, Tuan Black. Tapi lututku masih sangat sehat, percayalah!”

Oh ya ampun! Aku lupa kalau wanita yang ada bersamaku ini adalah orang yang paling keras kepala. Terserah saja apa maunya. Yang jelas, aku berharap semoga tidak ada orang dari pabrik kayu yang menemukan kami berkeliaran di hutan.

Kalau saja aku tau akan pergi ke hutan sejak awal. Maka suadah pasti aku akan memakai sepatu boot. Bukan apa-apa, tumpukkan salju di hutan sangat tebal dan menyulitkan langkah kami.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status