Share

3. Dia membunuhku!

BAB 3

Pantai merupakan destinasi wisata yang sangat banyak dikunjungi para wisatawan untuk berlibur atau hanya sekedar untuk melepas penat.

Begitu pula Anesia dan ketiga temannya Fani, Ziha dan Andi.

Mereka berkumpul di sebuah Rumah Makan yang berada di Pesisir Pantai.

menghirup udara Pantai yang sangat dingin sambil bercanda dan tertawa.

Sampai akhirnya mereka puas dan bahkan melewatkan waktu berjam-jam hanya untuk tertawa.

"Ih, ini udah jam berapa, aku balik duluan yah. Takutnya mama ntar marah," ucap Andi.

"Ih, aku sama Ziha juga mau balik nih, kamu An? Belum mau balik? Mau kita anterin nggak?" tanya Fani menawarkan.

"Nggak. Aku naik motor kok kemari. Kalian pulang aja duluan."

Karena merasa suntuk, Akhirnya Anesia memilih untuk pulang juga setelah menghabiskan sisa makanan mereka.

Saat menuju motornya. Dia melihat sesuatu yang tidak asing, yaitu mobil BMW gold yang sedang terparkir di depan sebuah restoran yang juga berada di area pantai.

"Ini kan, mobil Pak Turis itu? Ia! Bener kan? Aku nggak salah kan?" ucapnya sembari mengecek dan mencoba mengingat ingat.

"Nggak, nggak salah lagi. DN-nya juga sama. Demi apa, aku bisa balas dendam dong! Kesempatan ini nggak akan gue sia siain.

Hmm... ini saatnya, karena mobil ini juga kan gue jadi hampir ompong. Diapain yah bagusnya?" pikir Anesia sembari mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan mata tertuju pada mobil itu.

Seketika sebuah ide gila muncul di kepalanya.

Anesia mengambil lipstik dari tas lalu mencoret bagian kaca mobil tersebut sampai lipstiknya habis. Dia terlihat sangat bahagia. Senyuman itu terus nampak di wajahnya. Orang orang hanya bisa melhatnya dengan tatapan Aneh. Namun Anesia tidak akan peduli. Dia sangat larut dalam kebahagiaannya.

Belum berakhir sampai disitu, ia lalu mengambil saus yang ada di Meja tempat mereka makan tadi dan menuangnya dengan brutal.

Sedangkan di dalam Restoran.

David sedang menjalin kerja sama dengan koleganya. Bersalaman dengan rekan kerja atas tercapainya kerja sama mereka, kemudian berpamitan.

Namun saat David menuju mobilnya. Sungguh ia sangat terkejut dengan apa yang nampak di hadapannya.

Seorang wanita tengah sibuk dengan pekerjaannya, menyemprotkan saus botol dengan penuh kegembiraan yang dimana hal itu sangat memicu kemarahannya. Lelaki itu sangat marah. Benar benar marah.

"Are you crazy, don't toach it!Apa yang kau lakukan pada My Jaguar?"

Anesia yang sejak tadi tidak menyadari David seketika terkejut oleh ucapan David yang lantang.

"Ya Tuhan, kaget aku. Kau tanya apa yang aku lakukan? Kau tidak lihat? Aku sedang menghancurkan Jaguarmu dan aku sangat bahagia." Anesia mencoba membuat David semakin marah. Karena itulah yang dia inginkan. Tanpa ia tahu konsekuensi apa yang akan diterimanya jika berurusan dengan David Edward.

"Kau bahagia? Baiklah." Aura gelap seakan menguasai David saat itu. Anesia sedikit ketakutan melihatnya.

David menarik tangan Anesia dan memasukkannya ke dalam mobil yang sudah tidak terbentuk itu.

"Heyyy, apa yang kau lakukan? kau menculikku? kau berurusan dengan orang yang salah brengs*k, apa kau tahu, kakakku adalah seorang CEO. Apa kau tak takut? heyy, berhenti!! Pliss."

"Aku tahu semuanya dan akan kubuat kau menyesal karena telah berurusan dengan David Edward."

"Ciiitttt." Mobil itu berhenti secara mendaadak di sebuah jembatan yang terlihat sangat sepi.

David langsung mengeluarkan Anesia dari mobilnya dan menariknya ke pinggir pembatas jembatan.

"Heyy, apa yang kau lakukan Pak? Apa kau ingin melemparku ke bawah? jangan gila, aku hanya membalaskan dendamku. kenapa kau sampai ingin membunuhku?" ucap Anesia berteriak. Dia mencoba menahan diri agar tidak tertarik namun tidak juga berhasil. Kekuatan lelaki itu bahkan lebih kuat darinya.

"Inilah akibatnya jika berurusan dengan David Edward. Taruhannya adalah nyawamu sendiri,"ucapnya sambil tersenyum.

Anesia mulai merasa takut, membayangkan apa yang akan terjadi padanya.

Dia langsung berlutut tanpa melepaskan tangannya dari kaki Edward sambil berlinang air mata.

"Tuan, maafkan saya Tuan. Anda tidak akan melakukan hal sekeji itu kan."

"Ciih, kemana perginya keberanianmu saat menghancurkan mobilku?" ucapnya mencibir.

"Maaf Pak aku sungguh minta maaf. Saya bisa mengganti mobil Bapak dengan yang baru, asal Bapak memaafkan saya," ucapnya dengan masih menumpahkan genangan putih di pelupuk matanya.

"Ohh, saya tidak sebaik itu tentunya. Semua yang berurusan dengan saya, pasti akan clear di tangan saya dengan berlinang air mata. Sangat disayangkan yah, gadis secantik kamu akan berakhir ditanganku Malam ini. Ada permintaan terakhir?" tanya David dengan senyum mengembang dan alis terangkat.

"Tolong lepasin saya Pak? Saya udah minta maaf. Please!?"

"Ohh, i'm sorry, kalau permintaan itu tidak bisa saya kabulkan. Kau telah menyia-nyiakan satu permintaan terakhirmu. Sayang sekali."

Seketika, tanpa aba aba, David langsung melepas sebelah tangan Anesia dan menahan sebelahnya.

"Pak, tolong ampuni saya! saya akan menebus semua dosa saya, Pak. hiks hiks... hikss."

"Emm, begitu yah! Tapi aku tidak peduli. Ayo ucapkan bye bye, sebelum ku lepaskan tanganmu."

"Pak jang...."

Byuuuurrr

"Byeeee." David tersenyum dan meninggalkan tempat tersebut tanpa rasa bersalah sedikitpun dan menghubungi asistennya untuk membersihkan jaguar kesayangannya.

~~

"Tolong!!"

"Tolong!!"

"To-long!!" ucap Anesia sebelum hilang kesadaran dan terbawa arus.

"Mah, Pah, maafin Anesia karena nggak pamit sebelum pergi selama lamanya. Anesia harap, Mama, Papa dan Kak Felis bisa bahagia tanpa aku. aku mencintai kalian semua dan akan selalu mengingat kalian, sampai aku mati," batin Anesia pasrah dan memejamkan matanya, berharap ia akan langsung wafat tanpa harus mengalami siksaan lebih lagi.

****

"Lis, kok adek kamu belum pulang juga yah? Ini udah jam sebelas loh. perasaan mama nggak enak, ini loh," tanya Ibu Anesia khawatir.

"Mungkin dia lagi jalan sama teman-temannya kali Mah. Nggak usah khawatir kayak gitu, Anesia kan udah dewasa."

"Tapi mama khawatir. Terus dari tadi telponnya nggak diangkat angkat juga."

"Tungguin yah, aku telpon temannya aja, biar mama nggak khawatir lagi."

"Hallo Fani, kamu lagi sama Anesia nggak? Soalnya Anesia belum pulang juga."

"Ohh, ia Kak, tadi Anesia emang jalan sama kita. tapi,tadi sekitar jam delapan kita udah pulang Kak, Anesia juga 'gitu, katanya langsung pulang."

"Tapi dia belum sampai rumah, sampai sekarang."

"Aduhh, aku juga nggak tahu Kak, setelah ini nanti aku coba tanya teman-teman lain, mungkin saja Anesia ada bersama mereka."

"Ohh, ia. Kalau kamu dapat info hubungin kakak yah?"

"Adik kamu dimana? Mama khawatir banget," ucap Nimrat sambil meneteskan air mata. Dia mulai berjalan sana dan sini dengan rasa khawatir.

"Tenang Mah, ntar juga anaknya pulang kok, kita tungguin sampai besok yah! pasti dia udah balik, Mama istrahat aja! Jangan dipikirin!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status