Share

Dewa Mabuk

Pendekar kelas jelata seperti kerasukan setan dab tidak peduli lagi dengan nyawa Kui Long yang sudah di ujung tanduk.

Saat tangan salah satu pendekar hendak menghabisi nyawa Kui Long dengan memukul kepalanya, tangannya ditangkap oleh seseorang yang bergerak sangat cepat ke arah dirinya.

Sosok yang menangkap tangan pendekar ini dan mendorongnya menjauh dari tubuh Kui Long bukanlah sosok pendekar ideal yang tinggi tegap.

"Pergi kalian! Beraninya menganggu Pendekar yang lemah!" seru kakek yang bertubuh gempal ini.

"Pak Tua ... urus saja urusanmu sendiri! Jangan ganggu kami!" sahut Pendekar kelas jelata ini.

"Aku tidak bisa membiarkan kalian menyiksa pemuda malang ini! Tinggalkan dia, maka aku akan mengampunimu!" seru kakek gempal yang membawa kendi arak di pinggangnya.

Salah satu Pendekar kelas rendah ini mengenali sosok Pendekar yang menegur mereka ini.

"Dia itu Dewa Mabuk! Baiknya kita menyingkir saja! Berbahaya sekali melawannya karena dia merupakan salah satu dari Lima Dewa Pendekar Persilatan yang terkenal!"

"Pak Tua pemabuk bertubuh gentong ini Dewa Persilatan? Kamu tidak salah?" kata Pendekar kelas bawah lainnya yang menghina Dewa Mabuk ini.

"Jangan melawannya ... Dia terkenal sangat kejam terhadap Pendekar yang tidak disukainya."

Tapi, pendekar kelas jelata yang bertubuh kurus kering ini tidak mengubris peringatan temannya dan bergerak mendekati Dewa Mabuk ini.

"Pak Tua, menyingkirlah dari hadapan kami! Jangan ikut campur urusan kami ini!' seru pendekar kurus kering ini.

"Kalau aku tidak mau menyingkir, kamu bisa apa?" tantang Dewa Mabuk ini.

"Kurang ajar! Aku sudah berbaik hati untuk tidak memukulmu karena kau sudah tua, tapi sikapmu yang menantangku membuatku tidak akan bersikap sopan lagi padamu!' sahut pendekar kurus kering ini.

"Aku juga tidak tega memukulmu anak muda! Tubuhmu terlalu kurus bagaikan daun kering!' ejek Dewa Mabuk ini.

"Grrr ... kurang ajar! rasakan pukulanku!"

Pendekar kurus kering ini menghimpun sin-kang tingkat penempaan tubuh sambil bergerak memukul tubuh Dewa Mabuk.

Namun, pukulannya hanya mengenai tempat kosong saja karena Dewa Mabuk yang kelihatannya lemah tahu-tahu sudah berada di tempat lain.

Kui Long yang melihat kehebatan Dewa Mabuk ini mulai merasa kagum terhadap Pendekar yang semula dianggapnya kelas rendah dibandingkan Kultivator ini.

"Aku harus belajar banyak dari Dewa Mabuk ini. Ilmu gin-kang nya sungguh hebat, yang hanya bisa bergerak cepat dalam hitungan sepersekian detik saja!" ujar Kui Long dalam hati.

"Pergi kemana kau , Pak Tua!" seru pendekar kurus kering yang terus mengejar Dewa Mabuk yang tengah bersantai minum arak dari kendi araknya.

"Menganggu orang minum arak saja!'

Plak!

Sebuah pukulan telak mendarat di tubuh pendekar kurus kering ini yang membuatnya terpental ke udara dan terjatuh ke daratan dengan posisi terduduk.

Pendekar kurus kering ini sama sekali tidak melihat asal pukulan yang tepat mengenai tubuhnya ini.

Uhuk!

Pendekar jelata ini langsung memuntahkan darah dsegar karena menderita luka dalam.

"Kalau Dewa Mabuk ini minum arak dan dalam keadaan mabuk, tenaga dalamnya sangat hebat dibandingkan dalam keadaan normal!' ujar Kui Long memperhatikan Dewa Mabuk ini.

"Kalian tunggu apa lagi! Hajar Pak Tua ini!" seru pendekar kurus kering ini terhadap pendekar lainnya.

"Kalian maju saja semua!" tantang Dewa Mabuk."Aku tidak bisa berlama-lama menghadapi kalian! Ada pemuda terluka yang perlu kutolong!" 

"Sombong sekali, kau!" sahut salah satu pendekar bertubuh gempal yang mirip Dewa Mabuk.

"Kok satu pendekar saja? Kalian semua, majulah ... biar aku cepat menyelesaikan masalah ini! Anak muda, menurutmu aoa yang harus aku lakukan terhadap penyiksamu ini?" tanya Dewa Mabuk kepada Kui Long.

"Paman bertanya padaku?" tanya Kui Long.

"Kalau tidak bertanya padamu, aku ini bertanya pada siapa?" jawab Dewa Mabuk dengan agak kesal.

"Maaf, paman! Terserah paman saja mau apakan mereka!" sahut Kui Long.

"Kalau aku ingin umpankan mereka kepada binatang buas saja biar jadi santapan mereka!" sahut Dewa Mabuk.

"Bangsat kau, Pak Tua! Kamu kira kami ini makanan hewan?" ujar salah satu pendekar dengan gusar.

"Oh bukan ya ... kirain kalian ini termasuk binatang yang tidak mempunyai hati nurani! Beraninya menyiksa pemuda lemah yang sudah hampir sekarat dan tidak punya keahlian bela diri sama sekali!" seru Dewa Mabuk.

"Rasakan seranganku! Jangan samakan kami dengan binatang, Pak Tua!"

Pendekar yang agak tinggi mulai menyerang Dewa Mabuk dengan jurus-jurus pendekarnya tapi dengan mudah Dewa Mabuk ini menghinbdarinya.

"Ilmu bela diri kalian masih dangkal, tidak pantas untuk melawanku! Lebih baik kalian belajar lebih giat daripada menyiksa orang yang lebih lemah daripada kalian!" sahut Dewa Mabuk.

"Jangan ikut campur urusan kami, Pak Tua! Kami tidak takut padamu!"

Salah satu pendekar tampak mendekati Kui Long untuk menghabisinya.

Kui Long yang lemah dan tidak bisa bergerak tampak pasrah menerima nasibnya.

Blast!

Sebuah sinar merah melesat kencang ke arah pendekar ini dan langsung menembus tubuh pendekar ini untuk mengakhirihidupnya.

Ternyata yang tampak sebagai sinar itu adalah ar*k merah yang diminum oleh Dewa Mabuk kemudian disemburkannya ke arah pendekar yang ingin menghabisi Kui Long ini.

"Hebat sekali! hanya denagn tenaga dari mulut saja sudah sanggup menembus tubuh pendekar malang ini," ujar Kui Long sambil terus mengamati pertarungan Dewa Mabuk ini.

"Kalau kalian tidak ingin bernasib sama, segeralah menyerah dan meminta maaf kepada pemuda lemah ini!' perintah Dewa Mabuk.

"Tidak sudi! Lebih baik kami mati!" sahut salah satu pendekar.

Tapi, kenyataannya beberapa pendekar tampak ketakutan dan meminta maaf kepada Kui Long.

'Apa kamu memaafkan mereka, anak muda? Kalau kamu tidak memaafkan mereka maka akan aku hukum mereka seberat-beratnya karena telah menyiksamu!"; seru Dewa Mabuk.

"Master terlalu baik padaku! Aku bukan siapa-siapa, Master!' sahut Kui Long.

"Aku tahu Kultivator hebat begitu melihatnya! kamu terjebak ke dalam tubuh yang salah sehingga seluruh chi ataupun sin-kang dalam tubuhmu ini tidak bisa berkembang!" seru Dewa Mabuk lagi.

"Pak Tua, masih ada aku yang akan melawanmu!" sahut salah satu pendekar kelas jelata yang tidak sudi minta maaf kepada Kui Long.

'Merepotkan saja!"

Baru selesai Dewa Mabuk ini bicara, tubuh pendekar kelasjelata ini sudah terpental jauh.

Ternyata sedari tadi Dewa Mabuk hanya bermain-main saja dengan pendekar kelas jelata ini.

"Terima kasih, Master! Aku berhutang budi dan nyawaterhadap Master!" seru Kui Long.

"Aku ada satu pertanyaan untukmu sebelum aku menolongmu! Jawabanmu akan mennetukan apakah aku akan meninggalkanmu mati di dunia ini atau menolongmu untuk keluar dari kesulitanmu!" ujar Dewa Mabuk.

"Aku akan menjawabnya denagn jujur. Master!" sahut Kui Long.

"Baiklah! Apa kamu ini Shin Kui Long, Dewa Iblis Gerbang Neraka yang tewas saat melawan ribuan Immortal dan Pendekar di atas Pagoda Negeri Han?" tanya Dewa Mabuk.

Shin Kui Long agak terkejut mendengar pertanyaan Dewa Mabuk.

Dia tidak tahu apakah Dewa Mabuk ini termasuk pendekar yang ikut mengeroyoknya dan ingin membalaskan dendam pendekar atau kultivator yang tewas olehnya.

"Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus mengakui yang sebenarnya atau berbohong kepada Dewa Mabuk ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status