Share

Bab 2

Author: Siswa yang Tak Cerdas
Raka membelai rambut putrinya dengan lembut lalu menempelkan wajah kecil gadis itu di dadanya. Hatinya terasa sakit sekali atas apa yang terjadi pada putrinya.

“Elena, Mama bohong sama kamu. Papa belum mati, kok,” ujar Raka berusaha meyakinkan Elena.

Raka sempat terdiam selama beberapa saat, sampai akhirnya dia kembali mengangkat tangannya untuk menghapus air mata di kedua pipi Elena seraya berkata, “Kenapa mamamu menyuruh orang untuk membawamu ke sini? Kenapa dia membiarkanmu digigit oleh anjing-anjing itu?”

Elena tiba-tiba mengangkat kepalanya setelah mendengar pertanyaan Raka. Kemudian dia menggelengkan kepala lalu berkata, “Bukan begitu! Mama itu ibu terbaik buatku. Mama nggak mungkin membuat anjing-anjing itu menggigitku. Tanteku yang menyuruh orang untuk membawaku ke sini agar anjing-anjing itu bisa menggigitku. Dia selalu saja menindas mama dan tidak mengizinkan kami pulang ….”

Tante?!

Raka merasa ada hal yang aneh di dalam otaknya. Dia benar-benar heran dengan apa yang dikatakan oleh Elena. Bagaimana mungkin gadis ini memanggil Yura dengan sebutan tante?

Lalu … siapa ibu dari Elena?

Bukankah tadi di kediaman keluarga Randala kedua orang itu sedang membicarakan tentang Elena? Jadi, apa benar Elena bukan anak dari Raka dan Yura?

“Elena pintar sekali,” ujar Raka sambil memaksakan senyumannya.

Kemudian dia kembali bertanya, “Kalau begitu, Papa mau tanya, siapa nama tantemu? Kamu tahu nggak nama tantemu?”

“Aku tahu, kok. Namanya itu Yura. Dia adalah sepupunya Mama,” jawab Elena tegas.

“Aku juga tahu kalau Papa itu menantu yang tinggal menumpang di rumah keluarga mertua Papa. Tapi, aku tetap menggunakan nama keluarga Papa sebagai nama belakangku. Namaku adalah Elena Gading,” lanjut Elena.

Namun, tiba-tiba saja mata Elena berubah gelap. Dia kembali berkata dengan nada sedih, “Tapi, Tante menyuruhku untuk manggil dia Mama. Dia juga akan pukul aku kalau aku nggak mau manggil dia Mama. Huhuhu …. Apa Om benar-benar papaku? Mama bilang kalau tenggorokannya terluka ketika menyelamatkan Papa dalam kecelakaan mobil. Dia memang nggak bisa bicara, tapi dia mengajarkanku ini ….”

Elena berusaha melepaskan diri dari pelukan Raka. Kemudian dia menggunakan jarinya untuk menulis sesuatu di atas tanah. Bentuk tulisan itu adalah Raka Gading.

Kemudian Elena mengangkat kepalanya dengan air mata yang membasahi pipi lalu berkata, “Mama ajarin aku menulis ini. Om bisa nggak baca tulisanku ini? Mereka semua nggak mengizinkanku bersekolah karena kata mereka tulisanku ini jelek.”

Jantung Raka terasa hampir meledak setelah mendengar perkataan Elena. Pikirannya juga terus berputar entah ke mana. Menyelamatkan Papa, kecelakaan mobil, tenggorokan terluka, tidak bisa bicara ….

Jadi, bukan Yura yang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan Raka dalam kecelakaan itu?

Yura Randala ….

Dia tidak bisu. Dia bukan istri Raka ataupun ibu dari Elena.

Kalau begitu, siapa yang menikah dengannya dan menikmati malam pertama bersamanya saat itu?

“Elena.”

Raka menatap mata putrinya lembut lalu bertanya, “Siapa nama mamamu?”

Elena tertegun setelah mendengar pertanyaan Raka. Air matanya kembali mengalir dan tubuhnya bergetar lalu dia pun berkata, “Om bohong! Om bukan papaku! Om saja nggak tahu nama mamaku!”

“Nama mamaku Lucy, Lucy Randala.”

Raka tersentak dengan jawaban yang terlontar dari mulut Elena. Pikirannya kacau dan dipenuhi dengan berbagai macam ingatan tentang pernikahannya 5 tahun lalu.

Malam pernikahan mereka!

Kerabat jauh dan dekat dari keluarga Randala berdatangan ke pesta pernikahan Raka dan Yura malam itu. Mereka semua minum dan bersenang-senang. Bahkan mereka juga membuat Raka minum banyak sekali sampai benar-benar mabuk. Kemudian Raka dan istrinya masuk ke dalam sebuah kamar atas dorongan orang-orang itu.

Akhirnya, mereka berdua menghabiskan malam pengantin mereka di dalam kamar. Raka menjadi laki-laki sejati seutuhnya malam itu. Dia benar-benar tidak bisa melupakan apa yang terjadi di dalam kamar bersama perempuan itu. Namun, anehnya Raka tidak mendengar suara apa pun dari perempuan itu di malam pengantin mereka.

Pada awalnya, Raka berpikir kalau perempuan yang dinikahinya, yaitu Yura adalah seorang perempuan yang pemalu dan pendiam. Oleh karena itu, perempuan itu tidak pernah berbicara dengannya ataupun mengeluarkan suara apa pun dari mulutnya malam itu.

Namun, nyatanya hal itu terjadi karena pita suara perempuan itu rusak, jadi dia tidak bisa berbicara. Selain itu, ternyata perempuan itu bukanlah Yura, melainkan Lucy!

“Kurang ajar!” seru Raka penuh emosi.

Di sisi lain, semua orang yang ada di aula menatap dan menunjuk ke arah Raka sambil berbisik membahas apa yang baru saja terjadi di tengah arena. Selain itu, ada juga yang menatap ke arah Bonar yang sudah tidak sadarkan diri dan tiga ekor anjing besar yang mati.

Tidak lama kemudian, sekelompok penjaga keamanan masuk ke arena pertarungan dan mengepung kandang besi yang berada di tengah arena.

“Kurang ajar! Berani sekali kamu sembarangan masuk ke dalam arena ini! Apa kamu nggak tahu siapa pemilik arena ini? Apa kamu tidak kenal siapa bos kami!” seru pemimpin keamanan yang ikut mengepung Raka dengan penuh emosi.

“Tangkap dia sekarang! Kalau ….”

Namun, kata-katanya berubah menjadi jerit kesakitan sebelum pemimpin keamanan itu sempat menyelesaikan kalimat perintahnya.

Raka menyerang semua penjaga yang mengepungnya dan mengakibatkan satu persatu penjaga terpental akibat serangan yang dilayangkan Raka. Mereka menjerit kesakitan dengan banyak tulang mereka yang patah disertai darah yang berceceran di mana-mana.

Drap! Drap!

Raka meninggalkan arena sambil menggendong putrinya dengan langkah kaki yang terdengar bagaikan guntur. Dia sama sekali tidak peduli dengan semua kekacauan yang sudah diperbuatnya.

“Papa sudah kehilangan banyak waktu bersama kalian. Sampai membuat kalian harus mendapatkan banyak penderitaan. Tapi, sekarang Papa sudah pulang. Selama ada Papa, nggak ada lagi orang yang bisa melukai kalian berdua. Semua orang itu harus membayar semua luka yang telah mereka sebabkan kepada kalian berkali-kali,” ujar Raka dengan suara lembut.

***

Di lantai dua kediaman keluarga Randala.

Yura baru saja keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya.

Dia menatap Randy yang sedang duduk di sisi tempat tidur lalu berkata dengan nada genit, “Randy, kamu belum bilang sama aku kapan kamu mau menikahiku.”

“Nggak perlu buru-buru,” jawab Randy sambil menghembuskan asap rokok yang dihisapnya.

Kemudian dia memeluk Yura sambil tersenyum dan berkata, “Kamu kan tahu kalau tanteku yang berkuasa di keluarga Batara. Kamu harus bercerai dulu sama laki-laki itu setelah itu baru kita urus ….”

Namun, Randy tiba-tiba teringat akan sesuatu lalu berkata, “Pastinya masalah di antara kita nggak akan serumit ini kalau saja nggak ada si sampah Raka dan si Elena itu. Sekarang coba kamu telepon keadaan di sana. Sepupuku ada di sana ….”

“Yura Randala!”

Sebuah suara penuh kebencian tiba-tiba saja terdengar dari pintu masuk kediaman keluarga Randala. Suara itu terdengar bagaikan guntur yang bisa mengguncang rumah ini.

Randy terkejut dengan suara menyeramkan itu sampai dia menjatuhkan rokok ke pahanya yang tidak terbalut kain sedikit pun. Dia langsung melompat kesakitan dan bergegas berjalan ke jendela lalu berseru penuh amarah, “Siapa yang teriak? Aku ….

Namun, tiba-tiba saja Randy terdiam.

Di pintu rumah, Randy melihat sosok Raka yang sedang menggendong Elena dalam pelukannya. Raka terlihat sedang menatap tajam ke arah Randy yang tidak mengenakan pakaian selembar pun di tubuhnya.

“Jangan kamu buat putriku harus melihat tubuhmu yang buruk itu! Pakai bajumu dan cepatlah ke sini!” seru Raka geram.

Randy sempat tertegun selama beberapa saat di depan jendela lantai dua. Namun, tidak lama kemudian senyuman garang mengembang di wajahnya. Ternyata orang yang datang hanya seonggok sampah yang hanya bisa menumpang hidup di rumah keluarga istrinya yang bernama Raka Gading.

“Ternyata … dia!” seru Yura terkejut.

Dia masih mengenakan piama tidur ikatnya yang terbuat dari sutra halus sambil menatap ke bawah di mana Raka dan Elena berada. Dia sedikit terkejut dengan kemunculan Raka di depan rumahnya.

Bukannya sampah ini mati di medan perang? Kenapa sekarang dia ada di sini? Selain itu, ada anak perempuan itu juga ….

“Kebetulan sekali dia muncul. Aku memang sedang berpikir ingin segera bercerai sama dia,” ujar Yura berusaha tenang, sekalipun masih sedikit terkejut dengan kemunculan Raka yang sangat tiba-tiba.

Kemudian dia meraih lengan Randy lalu berkata dengan nada genit, “Randy, ternyata pecundang itu nggak mati. Jadi, aku bisa segera menceraikannya dan kita bisa segera menikah. Dengan begitu, aku akan jadi milikmu seutuhnya.”

Randy menyeringai lalu berkata, “Oke! Yura, sekarang ganti bajumu. Aku akan temani kamu membuang laki-laki sampah itu.”

Kedua laki-laki dan perempuan itu dengan cepat mengganti pakaian mereka lalu berjalan menghampiri Raka dengan bergandengan tangan.

Raka melihat kedua sosok yang berjalan mendekatinya dengan tatapan mata gelap sambil terus menggendong Elena di pelukannya.

“Kamu bisa juga kembali dalam keadaan hidup, ya. Selain itu, kamu hebat juga bisa menemukan gadis kecil ini,” ujar Yura sambil mencibir setelah mereka berdua berada tepat di hadapan Raka.

“Eh, tapi di mana Baron dan ketiga anjing itu? Mereka ….”

“Tutup mulutmu!” seru Raka dengan penuh amarah sambil terus mengepalkan jemarinya.

Sebenarnya, dia ingin sekali melayangkan pukulannya ke wajah Yura yang pastinya akan membuat Yura tewas di tempat dengan wajah hancur. Namun, Raka tidak bisa melakukan semua itu. Bagaimanapun juga, sosok perempuan ini adalah perempuan cantik dengan alis indah dan kulit putih yang dinikahinya 5 tahun lalu sambil berpegangan tangan dengan mesranya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 166

    Randi memandangi pintu masuk kasino yang kosong sampai punggung Raka menghilang dari pandangan. Dia mengertakkan gigi dan meraung seperti orang gila, “Kamu nggak membunuhku hari ini. Aku pasti akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat memotong badan Raka itu menjadi beberapa bagian dan membunuh seluruh keluarga Randala!”Di belakang Randi, Yohan dan Zoro memegang pergelangan tangan mereka yang patah dan saling memandang dengan ekspresi gila.Setelah saling memandang, keduanya kembali menoleh ke Randi pada saat yang sama. Mereka berkata, “Pak Randi, kita nggak bisa diam saja! Raka begitu merajalela. Dia harus membayarnya! Teman Bapak itu ….”Napas Randi terengah-engah dan matanya merah karena murka. Temannya itu …. Sehebat dan sekuat apa pun Raka, selama “temannya” itu mau membantu, jangankan satu Raka, mau ada sepuluh atau seratus Raka pun, pasti akan mati di tangannya!***Di sisi lain, di TK Golden Sunshine di Kota Malda.“Pak Aldi, di sini!”Tak jauh dari pintu masuk TK, di perempat

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 165

    Tangan kanan Zoro yang memegang pedang juga berakhir mengenaskan. Tangan itu ikut terpelintir karena kekuatan besar yang memelintir pedangnya. Aliran darah yang deras serta pecahan tulang muncul dari balik kulit pergelangan tangannya!“Ah!!” Kedua orang itu merasakan sakit yang luar biasa, memegangi pergelangan tangan mereka dan berteriak dengan keras. Kedua jagoan bela diri yang terkenal di luar negeri itu bahkan tidak mampu menghadapi Raka!“Nggak. Itu nggak mungkin!” Randi dan puluhan preman di samping semuanya menjadi pucat dan gemetaran karena ketakutan.Ganas! Ini terlalu ganas! Mereka pernah melihat kemampuan Yohan dan Zoro. Mereka tahu betapa dahsyatnya kekuatan kedua orang itu. Mereka bisa bilang, asalkan mereka tidak menggunakan senjata api, baik itu ratusan orang yang dikerahkan sekalipun, tetap tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua. Pernyataan itu tidak berlebihan.Namun, Raka di ada di hadapan mereka ini malah melumpuhkan mereka dengan satu gerakan? Yang lebih menakutk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 164

    Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status