Share

Bab 8

Wajah Lucy berubah.

Meski ayah dan ibunya tidak berkata apa pun, tapi sikap mereka sangat jelas. Dengan bergabungnya Raka ke keluarga Randala, Raka dianggap hanya seorang menantu miskin yang hanya ikut hidup dan bergantung pada keluarga istrinya.

Meskipun dia baru saja pensiun dari militer, tapi uang pensiun yang dia bawa tidaklah banyak. Tanpa uang, kualitas hidup mereka tidak akan membaik. Paling banter hanya bertambah satu tenaga untuk bekerja. Juga bertambah beban orang yang harus diberi makan.

Mereka tidak menyukai menantunya yang satu ini!

“Lucy,” ujar Rommy setelah dia diam cukup lama. Dia baru mengeluarkan suara setelah semua makanan di piringnya habis bersih.

“Uang tabunganmu selama bekerja selama ini ada berapa? Selain uang yang harus kamu berikan ke keluarga untuk uang sekolah Elena, coba hitung sisanya. Ada lima puluh juta?”

Wajah Lucy memucat. Dia menggigit bibir, sambil menganggukkan kepala.

“Kasih ke Papa,” ujar Rommy sembari menaruh peralatan makannya, “Kamu tahu, ‘kan, semenjak kita diusir sama Kakek, Papa selalu cari cara untuk bisa kembali bergabung ke keluarga besar. Besok ulang tahun kakekmu yang ke tujuh puluh. Papa berencana beli kado spesial untuk kakekmu. Mudah-mudahan dia suka ….”

Mata Lucy memerah, berlinang air mata. Hatinya perih.

Dia punya uang.

Yura memaksa Lucy bekerja di pemandian dengan maksud mempermalukannya. Namun, dengan bekerja sebagai pemberi layanan mandi dan sesekali memainkan piano untuk pelanggannya, seringkali membuat Lucy mendapatkan tip.

Meski pekerjaan itu tampak rendah, tapi sebenarnya pekerjaan Lucy itu memberikan penghasilan yang tidak buruk. Selama beberapa tahun ini dia telah berhasil menabung beberapa puluh juta.

Namun, ternyata hati Pak Irwan lebih dingin dari es dan lebih keras dari batu.

Mana mungkin dia bisa kembali bergabung ke keluarga besar dengan hanya hadiah senilai puluhan juta? Mustahil!

"Uang …," Raka melirik wajah mertuanya dan secara refleks merogoh sakunya.

Situasi menjadi canggung.

Sebagai pemimpin kuil perang yang telah bertarung selama lima tahun, Raka hampir selalu berada di medan perang. Atau jika tidak, berada dalam perjalanan ke medan perang.

Raka hampir tidak pernah berbelanja sendiri?

Semua kebutuhan militer diatur oleh bawahannya. Dia bahkan tidak memiliki kartu bank. Tidak ada juga aplikasi keuangan di ponselnya.

Bagi Raka, dulu uang hanyalah barang yang tidak penting. Siapa sangka kini uang malah menjadi masalah besar bagi dia.

Rommy, yang memperhatikan Raka merogoh sakunya, tampak sedikit bersemangat.

Namun, ketika melihat tangan Raka kosong saat keluar dari saki, semangat di matanya langsung padam.

Rommy menggelengkan-gelengkan kepala, lalu berbalik tanpa berkata-kata. Dia kembali ke kamar tidurnya.

Raka sebenarnya ingin berkata sesuatu. Namun, dia hanya bisa tertawa dalam hati.

Sepertinya dia mendapat penghinaan dari sang mertua.

Lucy menggigit bibirnya, lalu menarik lengan Raka dan berbicara dengan bahasa isyarat.

"Uang pensiunmu sudah kamu habiskan untuk menyewa mobil dan mencari pekerjaan, bukan? Jangan boros lagi, ya. Cari pekerjaan. Kita akan bekerja keras untuk hidup lebih baik. Orang tuaku nggak akan meremehkanmu," isyarat Lucy.

Setelah 'berbicara', dia menarik lengan Raka kembali ke kamar tidur mereka.

Mereka menutup pintu. Ruangan menjadi sunyi.

"Papa Mama lagi nemani Elena tidur siang, dia harus sekolah sore ini," kata Lucy dengan wajah merah, sambil menunjuk ke tempat tidur di kamar mereka, "Kamu juga istirahat dulu saja, kita akan cari pekerjaan sama-sama sore ini. Aku juga nggak mau kerja di pusat pemandian lagi."

Raka menatap istrinya yang malu-malu, teringat malam penuh kasih lima tahun lalu. Dia membuka lengannya dengan pandangan penuh gairah. "Lucy, kemari!"

Wajah Lucy langsung memerah, dia tampak malu dan kesulitan untuk menahan perasaannya. Lucy menggigit bibirnya, tangannya gelisah. Dia kemudian membuat beberapa gerakan isyarat dengan tangan yang gemetar.

"Raka, jangan seperti ini, aku belum siap."

Lagi pula ....

"Aku belakangan lagi nggak enak badan."

Raka terkejut sejenak, lalu tersenyum penuh pengertian. Dia mendekat dan mengelus wajah istrinya. "Lucy, bukan itu maksudku, buka mulutmu."

Wajah Lucy semakin memerah. Rasanya dia ingin sekali bersembunyi.

Lucy berpikir, bagaimana mungkin Raka masih mau melakukan hal itu padahal dirinya sedang tidak enak badan?

"Kenapa wajahmu merah begitu?" Raka melihat pipi Lucy yang memerah sambil menyentuhnya dengan lembut.

"Dengarkan aku, buka mulut, ya. Aku pernah belajar sedikit tentang pengobatan waktu di militer, aku bisa sembuhkan tenggorokanmu."

Lucy semakin malu.

"Kamu nakal! Ternyata kamu mau periksa tenggorokanku, toh. Kenapa nggak bilang dari awal!"

Lucy menatap Raka, lalu menutup mata, bibir merahnya perlahan terbuka.

"Hmm ...." Raka memeriksa tenggorokan istrinya, matanya menyipit.

Kondisi tenggorokan Lucy parah.

Tenggorokan Lucy terluka parah karena ledakan mobil yang menyebabkan api dan asap tebal sehingga dia kehilangan suara. Meski luka luar sudah sembuh, tapi kerusakan pada pita suaranya tidak bisa pulih lagi.

Dalam kasus seperti ini, pengobatan konvensional sudah tidak akan mempan. Akupunktur pun juga hanya akan memberikan sedikit efek.

Untuk benar-benar menyembuhkan tenggorokan Lucy, hanya ada satu cara.

Floracaelum!

Itu adalah bunga nasional Negara Solarae, hanya ada satu di dunia, ditanam di taman belakang istana Pemimpin Negara Solarae, dan dirawat oleh orang khusus.

Bunga ini, juga dikenal sebagai Caelestiaverba di Negara Solarae. Bunga itu sangat efektif untuk mengobati penyakit tenggorokan.

Floracaelum mekar setiap tahun pada bulan September dan aromanya bisa menyebar ke seluruh istana. Masa mekar bunga itu berlangsung sekitar lima belas hari.

Sekarang adalah bulan September!

"Aku yakin bisa menyembuhkan tenggorokanmu."

Setelah memeriksa, Raka dengan lembut mengelus rambut istrinya, pandangannya penuh kasih.

"Aku pergi sebentar, ya. Seharusnya aku bisa kembali sebelum jam delapan malam."

Lucy menatap Raka dengan wajah penuh harapan, matanya seolah berbicara ribuan kata. Dia lalu mengangkat tangannya, membuat beberapa gerakan tangan sederhana.

"Aku masak malam ini. Aku tunggu kamu pulang."

Raka tersenyum penuh pengertian. Tanpa berkata lebih banyak lagi, Raka berbalik dan keluar dari rumah. Dia kembali ke kompleks Mission Hills.

Untuk menghindari kegaduhan yang tidak perlu, armada mobil khusus kuil perang sudah meninggalkan pintu gerbang kompleks Mission Hills. Hanya seorang pria berbaju merah yang mengikuti Raka dengan hormat, menjauh dari kompleks, dan berjalan ke pinggiran kota sebelum kemudian berjalan cepat mendekat. Dia membungkuk sedikit, dan menyapa, “Dewa Perang!”

Mata Raka menyipit, cahaya tajam berkilauan di matanya.

"Kerusakan tenggorokan Lucy hanya bisa disembuhkan dengan Floracaelum!"

Raka menatap Ramlan, panglima raja perang, dengan suara berat.

"Perintahkan empat panglima raja perang, sembilan raja perang, dan seratus delapan jenderal perang, untuk berkumpul!"

"Dalam tiga jam, kita berkumpul di Istana Solarae."

"Saya, ingin berbicara dengan Pemimpin Negara Solarae!"

"Apa pun yang terjadi saya harus mendapatkan Floracaelum!"

Ramlan, panglima perang, tanpa ragu-ragu, segera mengeluarkan ponselnya. Dia segera mengeluarkan perintah melalui saluran internal kuil perang.

Kemudian, dia menoleh ke arah utara, dengan semangat perang yang membara.

Negara Solarae!

Dalam perang di wilayah utara bertahun-tahun lalu, Raka sendiri mengalahkan sepuluh dewa perang Negara Solarae, menghancurkan lima ratus ribu pasukan Solarae, sampai akhirnya Pemimpin Negara Solarae meminta perdamaian. Mereka tidak lagi berani bertindak macam-macam di perbatasan Nagota.

Dan sekarang ….

Bahkan jika mereka meminta perdamaian lagi, itu tidak akan berguna. Mereka harus menyerahkan Floracaelum atau menghadapi kehancuran!

...

Sekitar tiga jam kemudian.

Ibu Kota Solarae hancur berantakan!

Lebih dari sepuluh jet siluman menembus garis blokade pengintaian elektronik dan menyerang Negara Solarae. Istana Solarae penuh dengan asap dan api menyala-nyala!

Pemimpin Dewa Perang, Raka, memimpin empat Panglima Raja Perang, tujuh Raja Perang, dan seratus delapan Jenderal Perang. Dalam waktu kurang dari setengah jam, mereka mengalahkan delapan ribu pasukan elit Istana Solarae, membunuh Marsekal Negara Solarae, memenggal dua belas Dewa Perang pelindung negara, dan membunuh lebih dari tiga puluh Jenderal Perang Solarae ….

Negara Solarae mengalami kerugian besar. Mereka kehilangan dua pertiga dari kekuatan tempurnya terbaiknya, di mana lebih dari setengahnya dibunuh sendiri oleh Raka!

Setelah pertempuran ini, Negara Solarae hancur. Akan butuh waktu puluhan tahun untuk memulihkan kekuatan nasionalnya!

Seluruh dunia terkejut!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status