Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Bab 5 - Jenderal Besar yang Terluka dan Seorang Gadis yang Menyelamatkannya

Share

Bab 5 - Jenderal Besar yang Terluka dan Seorang Gadis yang Menyelamatkannya

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2024-09-19 12:42:52

Sudah pukul sebelas, tapi Xie Yinlan masih duduk di depan cermin. Dia menatap wajahnya yang dipolesi bedak dan sedikit perona pipi. Tampak cantik, mirip seperti Chu Xia dalam versi yang lebih muda.

“Selir …,” A-Yao memberikan selembar kertas berwarna merah kepada Yinlan.

Yinlan menatap bingung, dari ekspresinya saja, A-Yao sudah menebak bahwa Yinlan tidak tahu benda apa itu.

“Ini adalah pewarna bibir, Selir. Kau bisa menempelkannya di bibirmu, maka warna merah ini akan menempel dan tahan lama.” A-Yao tersenyum, menyerahkan lembaran berwarna merah itu kepada Yinlan.

Yinlan melakukan apa yang dikatakan oleh A-Yao. Ini memang mirip dengan lipstik, tapi dalam versi lebih kuno dan sederhana.

“Apakah aku cantik?” Yinlan mendongak, menatap wajah A-Yao yang sudah berbinar bahagia.

“Cantik sekali, Selir. Dengan kecantikanmu yang selalu tersembunyi ini, bukankah seharusnya posisi permaisuri itu adalah milikmu?” A-Yao sedikit tidak senang memikirkan bahwa Nona Besar Xie, Xie Qingyan telah merebut posisi itu dari majikannya.

“Sudahlah, sudahlah. Jika memang milikku, bagaimana pun caranya, kelak pasti akan kembali padaku.” Xie Yinlan berdiri. Gaun kekaisaran yang dia pakai tampak mewah dan agung.

Ini adalah pakaian bagus pertama yang dia miliki. Kaisar sengaja memberikannya karena dia menggantikan posisi permaisuri di perjamuan makan siang keluarga kekaisaran. Saat ini, permaisuri sedang sakit, terpaksa tidak bisa menghadirinya.

Mereka berdua segera keluar dari kamar. Pengurus Etiket Lu sudah menunggu di sana.

Namun, Xie Yinlan terhenti di depan kediamannya, menatap bingung ke arah Pengurus Etiket Lu, yang juga menatapnya dengan bingung.

“Ada apa, Selir?” Pengurus Etiket bertanya jengah.

Xie Yinlan tersenyum anggun, “Pengurus Etiket, bukankah Aula Perjamuan Kekaisaran sangat jauh? Kenapa tidak ada tandu untuk—”

“Hanya karena Yang Mulia Kaisar mengundangmu mengikuti perjamuan untuk menggantikan Permaisuri, kau juga jangan berlagak menjadi permaisuri. Tandu itu, tidak pernah disediakan untukmu, jadi tentu saja, kita harus berjalan kaki sampai ke sana.” Pengurus Etiket berkata datar, namun setiap perkataannya seakan mengandung duri-duri tajam.

Xie Yinlan mendengus. 'Terpaksa aku harus membuat kakiku pegal-pegal.'

Jarak antara harem dengan Aula Perjamuan memang cukup jauh. Membutuhkan nyaris tiga puluh menit untuk tiba jika berjalan kaki. Dan itu sangatlah melelahkan.

Mereka berjalan di tengah, Pengurus Etiket memimpin jalan di depan, dan lima pelayan kecil yang ikut bersamanya berjalan di belakang Xie Yinlan dan A-Yao.

“Selir Xian, ini adalah pertama kalinya Yang Mulia mengundangmu di acara perjamuan. Biasanya, dia selalu tidak sudi bertemu denganmu, bahkan tidak membiarkanmu berkeliaran di istana. Kali ini, bukankah artinya, Yang Mulia Kaisar sudah lebih terbuka padamu, dan kau memiliki peluang?” A-Yao berbisik, ekspresi wajahnya sedikit jahil. Dia merasa bosan karena perjalanan yang terlalu panjang.

Xie Yinlan mengembuskan napas pelan, “Itu tidak berpengaruh pada apa pun, A-Yao. Karena aku sengaja membuat permaisuri sakit dengan memasukkan sedikit obat pelancar buang air besar ke makanan paginya. Karena itulah, aku bisa mengenakan pakaian ini hari ini.” Yinlan berbisik lebih lirih.

Mendengar penjelasannya, A-Yao membulatkan mata sambil menutup mulut tidak percaya. Astaga? Apakah Selir Xian yang sekarang menjadi begitu berani?

Beberapa jam lalu, Xie Yinlan menyuruh A-Yao pulang ke kamar lebih dulu dengan beralasan hendak menyimpan bahan obat yang dicuri ke tempat yang aman, A-Yao mengangguk patuh.

Xie Yinlan diam-diam kembali ke Dapur Istana—tempat itu pernah ia lewati saat mencari Balai Kesehatan Istana. Dia sangat pintar, dia pasti bisa menemukan tempat Koki Zhang biasa membuat makanan untuk Permaisuri.

Karena dia dipekerjakan khusus untuk menyiapkan makanan permaisuri, tempatnya pastilah dikhususkan juga. Yinlan segera menemukan tempat itu setelah lima belas menit berkeliling.

Dengan ekspresi wajah licik, dia mencampurkan obat pelancar buang air besar dalam dosis besar ke dalam kendi kecil berisi cuka. Besok, saat mencampurkan cuka ke dalam makanannya, Permaisuri akan mengalami diare hebat.

Xie Yinlan cekikikan memikirkannya.

A-Yao sampai menatapnya bingung, “Selir, kau sedang memikirkan apa?”

Dengan senyum lebar, Xie Yinlan menggelengkan kepala. “Aku hanya tidak sabar bertemu dengan suamiku,” jawabnya.

***

Begitu sampai di Aula Perjamuan, Xie Yinlan benar-benar terdiam di tempat, tidak bisa berkata apa pun apalagi melakukan sesuatu.

Dia duduk di samping Kaisar, dan di depannya ada Ibu Suri. Apalagi sosok Kaisar yang katanya tidak pernah mau menatapnya itu ternyata …, pria yang semalam muncul di depannya dan mencengkeram dagunya!

Xie Yinlan terkejut sampai nyaris pingsan ketika A-Yao mengatakan bahwa pria itu adalah Kaisar.

Saat ini, dia mati-matian berusaha bersikap selembut mungkin dan menunjukkan bahwa dirinya adalah wanita yang tahu etika.

“Aiya, apakah Yang Mulia Kaisar memperselir seseorang?” tanya Pangeran Chi—adik ketiga Kaisar Jing Xuan.

“Kakak, selir barumu sangat cantik. Apakah kau sudah bermalam dengannya?” Pangeran Ming—adik kedua Kaisar Jing Xuan—juga mulai menggodanya.

Xie Yinlan merutuk dalam hati, menatap Jing Xuan tidak suka, “Kaisar sialan. Bagaimana mungkin keluargamu bahkan tidak pernah tahu aku?” umpatnya dalam hati.

Di seberang meja, Ibu Suri tersenyum lembut, “Bukankah ini adalah Nona Kedua Xie?”

Xie Yinlan mengangguk sopan, “Benar, Ibu Suri, itu adalah Hamba.” jawabnya sambil memperbaiki posisi duduk.

“Kau cantik sekali, tapi tidak mirip dengan Nyonya Besar Xie, Nona Pertama Xie, istri sah Yang Mulia Kaisar yang justru sangat mirip dengan ibunya. Nona Kedua, apakah ibu kandungmu orang perbatasan? Postur tubuh dan garis wajahmu mirip sekali dengan gadis-gadis di perbatasan yang pandai menari itu.” Ibu Suri berkata sangat panjang, tidak mengurangi senyumnya yang tampak bermuka dua itu.

Xie Yinlan terdiam, dia mengerti maksud perkataan memuji itu. Diam-diam Ibu Suri menegaskan bahwa Xie Yinlan bukanlah putri sah Keluarga Xie, yang bahkan ibunya pun tidak diketahui identitasnya.

Xie Yinlan tersenyum menanggapi perkataan Ibu Suri, “Benar, Ibu Suri, itu adalah ibu Hamba.”

Ibu Suri tampak jengah dengan sikap sok lembut Xie Yinlan. Dia tiba-tiba menyeletuk, “Bagaimana kalau kau menari saja? Sebagai gadis perbatasan, kau seharusnya bisa menari, kan?”

Mendengar perkataan itu, Xie Yinlan melirik Jing Xuan yang tampak tenang dengan makanan di depannya. Dia bahkan tidak mau menatapnya sedikit pun! Jadi apa gunanya ia berada di sini? Hanya untuk disuruh menari? Baiklah.

Dengan tenang, Xie Yinlan meletakkan sumpit di samping mangkuk nasi, tersenyum menatap Jing Xuan. “Yang Mulia, beberapa tahun lalu saat di perbatasan, apakah kau pernah melihat gadis perbatasan menari?”

Jing Xuan menatapnya dengan tajam, wajahnya merah padam menyiratkan bahwa dia benci mendengar Xie Yinlan mengatakan kalimat omong kosong itu.

“Lihatlah, Yang Mulia Ibu Suri. Bahkan Yang Mulia Kaisar yang pernah hidup berperang di perbatasan pun tidak pernah melihat wanita-wanita di sana menari. Meski pun di matamu mereka udik, mereka tahu bagaimana caranya menjadi perempuan yang beretika. Jadi, Yang Mulia Ibu Suri sungguh keliru jika mengatakan bahwa semua wanita perbatasan itu bisa menari.” Xie Yinlan tersenyum puas saat melihat Ibu Suri terdiam mendengar kalimatnya yang tak kalah memalukan.

“Tapi jika Yang Mulia Ibu Suri benar-benar ingin melihatku menari, aku bisa menunjukkan sebuah tarian yang bagus untukmu. Nama tarian ini adalah, Jenderal Besar Yang Terluka dan Seorang Gadis Yang Menyelamatkannya.” Xie Yinlan berdiri, menatap Jing Xuan yang tetap tidak berkomentar apa pun. Padahal pria itu tahu jelas siapa yang sedang Xie Yinlan ungkit di balik judul tarian yang aneh itu.

Xie Yinlan berdiri, bergabung dengan wanita yang menari di atas panggung di tepi utara Aula Perjamuan. Jing Xuan tampak tidak peduli, membiarkannya berdiri di atas panggung bersama wanita-wanita penghibur itu.

“Akan kutunjukkan apa itu membalas kejahatan dengan kebaikan.” Xie Yinlan bergumam kesal dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Special Chapter : Sudah Tahu Cara Melindungi Wanita

    Istana Guangping menjadi sangat ramai lima tahun ke depan. Dua orang anak yang terlihat sangat mirip setiap hari berlarian di halamannya, saling mengejar, saling mencoba menjatuhkan. Satu anak adalah perempuan, dia memegang pedang kayu dan terus mengarahkannya pada si anak laki-laki sambil berkata, “Berhenti, penjahat!” Semenatra yang laki-laki tertawa riang, terus berkata bahwa si anak perempuan tidak akan bisa menangkapnya. Di dalam istana, Yinlan sedang sibuk menatap sejumlah tusuk rambut di atas meja. Bingung memilih mau pakai yang mana. “Bagaimana dengan ini?” Jing Xuan menunjukkan tusuk konde yang berwarna perak dengan batu giok putih yang indah. Yinlan menggeleng, “Aku rasa aku sudah memakai itu kemarin lusa.” “Tidak apa, pakai lagi saja.” Jing Xuan menguap, sudah satu jam dia berdiri di depan meja rias Yinlan, dan gadis itu masih belum menentukan akan memakai apa. “Aku pakai ini saja lah.” Yinlan mengambil tusuk rambut bunga rong yang pernah Jing Xuan berikan padanya du

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 223 (END) - Wanita Paling Beruntung

    A-Yao tampak kerepotan, menerima sejumlah hadiah dari tamu-tamu luar Ibukota yang menghadiri pernikahan terbesar di seluruh Kekaisaran Jing ini. “A-Yao, sampaikan ucapan selamatku pada Permaisuri, ya?” terlihat Nona Kelima Jiang tersenyum ramah sambil menyerahkan sebuah kotak kayu besar. A-Yao mengangguk sambil tersenyum, “Terima kasih sudah datang.” Mao Lian berdiri di dekat pintu sambil menatapnya dengan tatapan remeh, “Kau tampak sibuk, A-Yao.” A-Yao mendengus sambil menatap tajam ke arahnya, “Dari pada diam menjadi pagar seperti itu, lebih baik kau membantuku.” Mao Lian terkekeh lalu menghampirinya. Sebelum mulai membantu, dia mendekatkan mulutnya ke telinga A-Yao dan berbisik, “Baru saja Yang Mulia memberkati pernikahan untukku, A-Yao. Apakah kau terkejut?” A-Yao terdiam kaku, matanya membulat sempurna, berkedip beberapa kali. “Be-benarkah? Bagaimana mungkin,” A-Yao menyeringai tipis, mencoba mengendalikan perasaannya yang tidak karuan. Dia membatin, ‘Diberkati pernikahan?

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 222 - Lebih Dari Teman

    Yinlan merebahkan tubuhnya di ranjang, Jing Xuan menjadikan pahanya sebagai bantal. Tangannya bergerak mengusap pelan helai rambut panjangnya. Aroma wangi ini, Jing Xuan sangat merindukannya. Sejak baru tiba sore lalu, Yinlan sama sekali tak mau melepaskannya. Dia selalu tersenyum dan berkata harus selalu bersama untuk menebus hari-hari saat berpisah. “A-Yin, berapa bulan lagi sampai hari kelahirannya?” tanya Jing Xuan, memecah keheningan. “Hm …,” Yinlan berpikir sejenak, “Ini sudah lama memasuki bulan ke-tujuh. Sebentar lagi bulan ke-delapan.” “Sebentar lagi, ya ….” Jing Xuan menghela napas, “Tapi dua bulan lagi sangat lama.”“Jika melewatinya bersama-sama, harusnya tidak terlalu lama.” Yinlan tersenyum lebar sampai matanya menyipit. “A-Yin, aku tidak bisa menepati janjiku untuk menikahimu di ujung musim dingin.” Jing Xuan menunduk merasa bersalah. Yinlan menepuk punggung tangannya, “Kita menikah di awal musim semi saja. Bukankah itu bagus?” “Apakah menurutmu begitu?” Yinlan

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 221 - Papan Arwah Istri Tercinta

    Dua minggu kemudian. Kabar mengenai kepulangan Jing Xuan telah tiba di Istana. Semua orang menyambutnya di depan gerbang istana, termasuk Yinlan dan Ibu Suri. Kabar peperangan dengan Negara Shang yang mendadak itu juga telah sampai di Ibukota sejak dua minggu lalu. Para warga merasa bersyukur saat tahu sang Kaisar berada di sana untuk meredakan kekacauan. Kini, mereka sudah berkumpul di tepian jalan untuk menyambut Kaisar mereka. Melempar bunga dengan wajah tersenyum lebar, sambil memanjatkan do’a dan pujian untuk pahlawan nomor satu itu. Jing Xuan hanya menaiki seekor kuda hitam, tidak ada tandu atau kereta kuda yang mewah yang menemaninya. Di belakangnya hanya ada dua orang tabib, dan sepuluh orang prajurit yang mengantar kepergiannya. Itu sungguh hanya kepulangan sederhana yang tidak disiapkan secara khusus. Namun semua orang justru merasa senang untuknya dan mengucapkan beribu-ribu kata syukur. Jing Xuan juga secara khusus turun dari kudanya dan menggendong anak-anak usia tig

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 220 - Tanah dari Kampung Halaman

    Kamp Militer Perbatasan Utara. Jing Xuan duduk tegak di kursi, wajahnya sangat serius. Dia sedang membaca sebuah buku. Buku medis kuno yang Shangguan Yan bawa dari ruang bawah tanah beracun milik Ye Qing di Tingzhou. Dalam buku itu, tertulis bahwa Teratai Hitam bukanlah racun. Melainkan sejenis obat mujarab yang bisa membentuk ketangguhan fisik luar biasa, obat yang bisa menetralisir semua jenis racun yang tumbuh di dunia ini. Obat itu memberikan efek samping yang cukup kejam bagi pemakainya. Semua gejala menyakitkan yang Yinlan alami setiap bulan itu adalah efek sampingnya. Dan selamanya tidak bisa dihilangkan. Dalam setiap bulan, akan selalu ada hari di mana tubuh itu sendiri tiba di titik terlemahnya. Jing Xuan menggeram, “Kenapa aku tidak mengalami siklus bulanan ini juga? Padahal aku jelas-jelas meminumnya, kan?” Xi Feng menghela napas, “Yang Mulia, Teratai Hitam yang kau minum itu hanya semangkuk penawar racun saja, bukan lagi jenis obat yang sama. Permaisuri meminum selur

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 219 - Ibu Yang Tidak Layak

    Satu minggu kemudian, Selir Agung Qin ditemukan di Prefektur Barat Ibukota. Jubah kekaisarannya entah hilang ke mana, semua perhiasan emas yang melekat di tubuhnya juga telah raib. Pangeran Ming menggunakan kereta kuda untuk membawanya kembali ke Istana. Sepanjang perjalanan, Selir Agung tidak mengeluarkan sepatah kata pun meski Pangeran Ming berada tepat di depannya. Pangeran Ming tidak berharap wanita itu akan bertanya tentang kenapa dia ditangkap, atau mau membawanya ke mana. Dia berpikir wanita ini akan menanyakan keadaan putranya. Namun keduanya sama sekali tidak terdengar keluar dari mulutnya. Pangeran Ming menghela napas, dia mengeluarkan sapu tangan dengan bordir lambang Keluarga Jing miliknya. Lalu dia meletakkannya di atas paha Selir Agung dan berkata, “Sekalah kotoran di wajahmu. Haoyu tidak akan suka melihatnya.” Selir Agung tersenyum tipis, “Aku bahkan tidak pantas mengambil barang milik Keluarga Jing kalian.”“Memang benar …, lagi pula, untuk apa kau memedulikan pen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status