Home / Romansa / Di Antara Dua Dunia / Bab 36: Dunia yang Tidak Pernah Ada

Share

Bab 36: Dunia yang Tidak Pernah Ada

Author: Founna Math
last update Last Updated: 2025-04-26 15:00:41

Bab 36: Dunia yang Tidak Pernah Ada

Langit di dunia ini tak mengenal malam. Dua matahari menggantung tinggi di cakrawala: satu bersinar keemasan, menyinari tanah dengan kehangatan lembut; yang satu lagi—bercahaya biru pucat seperti embun beku—mengirimkan bayangan tak wajar yang menari-nari di permukaan tanah. Tak ada suara serangga, tak ada nyanyian burung. Hanya desir angin yang membawa bisikan seakan dunia ini sedang bernapas... pelan, berat, dan penuh misteri.

Seo Haneul berdiri mematung di atas bukit kecil. Rambutnya yang panjang diikat setengah, berkibar oleh angin asing yang membawa aroma logam dan bunga liar. Di bawah bukit, Mira dan Jaewon tengah menyusun peralatan sihir, membuat lingkaran pelindung agar mereka tak tertelan ilusi dunia yang baru mereka masuki.

Hamin berdiri agak terpisah dari mereka. Matanya menelusuri horison yang tak berujung. Dunia ini—dunia antara realita dan kehampaan—terlalu asing bahkan bag

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 37 – “Kunci Kuno dan Bayangan Masa Lalu”

    Bab 37 – Kunci Kuno dan Bayangan Masa LaluLangit Arangyeon mulai menjingga kehitaman. Bukan senja yang indah seperti biasanya, melainkan warna yang diselimuti kegelisahan. Awan bergulung seperti raksasa yang terbangun dari tidur panjang, dan angin membawa aroma aneh—seperti abu dan logam yang dipanggang matahari.Seo Haneul berdiri di balkon tertinggi Menara Elaris, matanya terpaku pada artefak di tengah ruang suci. Artefak Penyeimbang, yang selama ini menjadi penopang kestabilan dimensi Arangyeon, memancarkan cahaya yang tidak stabil. Bergetar, menyentak seperti denyut jantung yang ketakutan.“Apa kau tahu... saat pertama kali aku melihat artefak ini, cahayanya tenang. Hangat. Seperti ibuku sedang memelukku,” suara Haneul lirih, nyaris tak terdengar. Ia berbicara pada dirinya sendiri, atau mungkin pada angin.Langkah ringan terdengar dari belakangnya. Liora datang membawa selembar gulungan tua yang terikat dengan pita perak. Wajahnya pucat dan matanya sembab, seperti belum tidur sem

    Last Updated : 2025-05-05
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 38 – Gerbang Cahaya yang Terkunci

    Bab 38 – Gerbang Cahaya yang TerkunciLangit Arangyeon memudar menuju senja saat Seo Haneul menapaki lorong batu di Menara Elaris. Setiap langkahnya terasa berat, seolah bebannya tidak hanya berasal dari tubuh, tetapi juga dari ribuan takdir yang bergantung padanya. Cahaya obor yang redup menari di sepanjang dinding, memantulkan bayangan yang membesar dan menyusut—menggambarkan keraguan yang terus bergolak di dalam dadanya.Di tangan kanannya, sebuah pecahan Kunci Kuno berdenyut lembut dengan kilau biru keperakan. Benda itu terasa hidup, seolah mengetahui bahwa saatnya telah tiba. Di tangan kirinya, tergenggam peta tua bertinta sihir, yang membimbingnya ke lokasi tersembunyi yang dikenal hanya lewat bisikan: Gerbang Cahaya, gerbang terakhir yang bisa menyatukan atau menghancurkan dua dimensi.

    Last Updated : 2025-05-06
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 39 – Bayangan dalam Cermin

    Bab 39 – Bayangan dalam CerminLorong di balik Jantung Dimensi terasa seperti masuk ke dalam pikiran seseorang—segalanya tak beraturan, melengkung, dan penuh gema yang bukan berasal dari dunia nyata. Seo Haneul dan Kael berjalan perlahan, langkah mereka bergema aneh di lantai kristal yang memantulkan cahaya dan bayangan secara bersamaan. Dinding-dindingnya terbuat dari cermin hitam, tetapi bukan cermin biasa—cermin itu bergerak, membentuk ulang bayangan mereka, mencerminkan ketakutan dan ingatan yang terkubur dalam.“Ini... bukan ruang biasa,” bisik Kael. “Ini semacam ruang antara. Dimensi di mana batin seseorang dihadapkan pada bentuk terkelamnya.”Haneul mengangguk pelan. Ia merasa tubuhnya ringan tapi jiwanya berat. Di setiap pantulan cermin, ia melihat sosok Hamin—terse

    Last Updated : 2025-05-07
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 40 – Retakan Takdir

    Bab 40 – Retakan TakdirSaat tangan Haneul terulur dalam keheningan ruang cermin, waktu seolah menahan napas. Di sekeliling mereka, bayangan membeku di udara, seperti lukisan yang belum selesai. Cermin-cermin tidak lagi bergetar. Mereka hanya menunggu. Menanti pilihan.Hamin memandangi tangan itu—tangan kakaknya, penuh luka, penuh harapan. Tapi dalam dirinya, dua suara saling bertarung: satu ingin meraih dan memeluk masa lalu, satu lagi ingin melepaskan segalanya dan membakar sisa dunia.“Apa kau benar-benar masih percaya pada dunia ini?” tanya Hamin, suaranya nyaris seperti bisikan angin malam.“Bukan pada dunia. Tapi pada kita,” jawab Haneul mantap. “Kita pernah menjadi cahaya bagi satu sama lain. Mungkin cahaya itu redup sekara

    Last Updated : 2025-05-08
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 1 – Jatuh ke Dunia yang Salah

    Bab 1 – Jatuh ke Dunia yang SalahDentuman keras. Cahaya menyilaukan. Lalu… sunyi.Seo Haneul terbangun dalam pelukan tanah lembap dan daun-daun basah. Aroma dedaunan dan tanah yang asing menyengat hidungnya, membuat perutnya mual. Ia membuka mata perlahan—langit di atasnya bukan langit Seoul. Langit itu berwarna keperakan, ditaburi semburat ungu, dan burung-burung asing melintas dalam diam.“Apa ini... mimpi?” bisiknya pelan, suara serak keluar dari tenggorokan yang kering.Ia mencoba duduk, namun seluruh tubuhnya terasa seperti diremukkan. Lengan kirinya berdarah, dan di pelipisnya menganga luka kecil. Ia mengingat suara rem mendecit, cahaya menyilaukan, dan... lalu ia di sini. Di tempat asing ini.Langkah kaki terdengar dari balik semak. Refleks, Haneul meraih sebatang kayu di sampingnya dan berdiri dengan susah payah. Seorang pria muda muncul—tinggi, rambut hitam gelap, mata tajam seperti elang. Ia mengenakan jubah panjang dan membawa tombak pendek.“Siapa kau?” tanyanya tegas, to

    Last Updated : 2025-01-03
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 2: Dunia yang Berbeda

    Seo Haneul memandang pria di depannya dengan tatapan penuh kebingungan, seolah mencoba mencari jawaban dari sorot matanya yang dingin dan tajam. Napasnya masih tersengal-sengal, sementara pikirannya berusaha keras mencerna segala hal aneh yang baru saja terjadi. Nama "Arangyeon" terasa asing di telinganya, namun anehnya menyentuh sisi terdalam dirinya yang tidak pernah ia sadari sebelumnya. Dunia ini, dengan segala keindahan dan keajaibannya, terasa seperti mimpi yang nyata, seperti dongeng yang hidup. Namun, di balik keindahan itu, ada sesuatu yang ganjil, sesuatu yang menimbulkan rasa takut bercampur penasaran."Arangyeon?" ulang Haneul dengan suara kecil, bergetar oleh emosi yang bercampur aduk. Ia mengerutkan alis, mencoba memastikan bahwa ia tidak salah dengar. "Apa itu? Dan bagaimana aku bisa sampai di sini?" tanyanya dengan nada yang semakin tergesa, meskipun ia tahu pria di depannya mungkin tidak akan memberikan jawaban yang mudah dipahami.Kim Jaewon memandangnya dengan panda

    Last Updated : 2025-01-03
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 3: Rahasia di Balik Cahaya

    Langit Arangyeon berubah menjadi ungu tua saat malam perlahan menyelimuti desa, dihiasi oleh ribuan bintang yang bersinar dengan intensitas luar biasa, seolah berlomba-lomba memamerkan keindahannya. Setiap bintang tampak seperti berlian kecil yang menghiasi kanvas malam yang luas, menciptakan suasana magis yang begitu nyata hingga Haneul nyaris lupa bernapas. Udara di sekitar dipenuhi dengan aroma bunga yang harum, segar, dan menyegarkan, menyatu dengan suara-suara alam yang lembut seperti alunan musik pengantar tidur. Ia duduk di sebuah bangku kayu yang sudah tua, dekat dengan kolam kecil yang permukaannya berkilau seperti cermin karena memantulkan cahaya bulan. Cahaya itu menciptakan ilusi yang membuatnya merasa berada di dunia mimpi.Pikirannya masih dipenuhi kebingungan, bergulat dengan semua hal aneh dan tidak masuk akal yang terjadi sejak ia pertama kali melangkah ke dunia ini. Dunia yang begitu berbeda, penuh dengan keindahan dan misteri, namun terasa seperti teka-teki besar ya

    Last Updated : 2025-01-04
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 4: Jejak Takdir yang Terselubung

    Pagi di Arangyeon datang perlahan, membawa udara segar yang penuh dengan aroma tanah basah dan bunga liar yang tumbuh di setiap sudut desa. Cahaya matahari yang lembut mulai menembus sela-sela pepohonan tinggi yang mengelilingi desa, menciptakan pola bayangan yang indah di tanah. Haneul bangun lebih awal dari biasanya, meskipun ia merasa lelah dan masih dibebani dengan banyak pertanyaan. Pikirannya masih terjerat oleh apa yang terjadi malam sebelumnya—tentang Menara Bintang, tentang peranannya di dunia ini, dan tentang takdir yang tampaknya telah dituliskan untuknya, meskipun ia tidak tahu apa itu.Ia melangkah keluar dari rumah kecilnya dengan langkah pelan, merasakan angin pagi yang menyejukkan wajahnya. Suara burung berkicau di kejauhan dan suara riuh air yang mengalir di sungai kecil membuatnya merasa sejenak lebih tenang. Mira telah memberitahunya untuk mencari Elder Yoon pagi ini, karena wanita tua itu ingin berbicara lebih banyak dengannya tentang dunia ini dan perannya di dala

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 40 – Retakan Takdir

    Bab 40 – Retakan TakdirSaat tangan Haneul terulur dalam keheningan ruang cermin, waktu seolah menahan napas. Di sekeliling mereka, bayangan membeku di udara, seperti lukisan yang belum selesai. Cermin-cermin tidak lagi bergetar. Mereka hanya menunggu. Menanti pilihan.Hamin memandangi tangan itu—tangan kakaknya, penuh luka, penuh harapan. Tapi dalam dirinya, dua suara saling bertarung: satu ingin meraih dan memeluk masa lalu, satu lagi ingin melepaskan segalanya dan membakar sisa dunia.“Apa kau benar-benar masih percaya pada dunia ini?” tanya Hamin, suaranya nyaris seperti bisikan angin malam.“Bukan pada dunia. Tapi pada kita,” jawab Haneul mantap. “Kita pernah menjadi cahaya bagi satu sama lain. Mungkin cahaya itu redup sekara

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 39 – Bayangan dalam Cermin

    Bab 39 – Bayangan dalam CerminLorong di balik Jantung Dimensi terasa seperti masuk ke dalam pikiran seseorang—segalanya tak beraturan, melengkung, dan penuh gema yang bukan berasal dari dunia nyata. Seo Haneul dan Kael berjalan perlahan, langkah mereka bergema aneh di lantai kristal yang memantulkan cahaya dan bayangan secara bersamaan. Dinding-dindingnya terbuat dari cermin hitam, tetapi bukan cermin biasa—cermin itu bergerak, membentuk ulang bayangan mereka, mencerminkan ketakutan dan ingatan yang terkubur dalam.“Ini... bukan ruang biasa,” bisik Kael. “Ini semacam ruang antara. Dimensi di mana batin seseorang dihadapkan pada bentuk terkelamnya.”Haneul mengangguk pelan. Ia merasa tubuhnya ringan tapi jiwanya berat. Di setiap pantulan cermin, ia melihat sosok Hamin—terse

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 38 – Gerbang Cahaya yang Terkunci

    Bab 38 – Gerbang Cahaya yang TerkunciLangit Arangyeon memudar menuju senja saat Seo Haneul menapaki lorong batu di Menara Elaris. Setiap langkahnya terasa berat, seolah bebannya tidak hanya berasal dari tubuh, tetapi juga dari ribuan takdir yang bergantung padanya. Cahaya obor yang redup menari di sepanjang dinding, memantulkan bayangan yang membesar dan menyusut—menggambarkan keraguan yang terus bergolak di dalam dadanya.Di tangan kanannya, sebuah pecahan Kunci Kuno berdenyut lembut dengan kilau biru keperakan. Benda itu terasa hidup, seolah mengetahui bahwa saatnya telah tiba. Di tangan kirinya, tergenggam peta tua bertinta sihir, yang membimbingnya ke lokasi tersembunyi yang dikenal hanya lewat bisikan: Gerbang Cahaya, gerbang terakhir yang bisa menyatukan atau menghancurkan dua dimensi.

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 37 – “Kunci Kuno dan Bayangan Masa Lalu”

    Bab 37 – Kunci Kuno dan Bayangan Masa LaluLangit Arangyeon mulai menjingga kehitaman. Bukan senja yang indah seperti biasanya, melainkan warna yang diselimuti kegelisahan. Awan bergulung seperti raksasa yang terbangun dari tidur panjang, dan angin membawa aroma aneh—seperti abu dan logam yang dipanggang matahari.Seo Haneul berdiri di balkon tertinggi Menara Elaris, matanya terpaku pada artefak di tengah ruang suci. Artefak Penyeimbang, yang selama ini menjadi penopang kestabilan dimensi Arangyeon, memancarkan cahaya yang tidak stabil. Bergetar, menyentak seperti denyut jantung yang ketakutan.“Apa kau tahu... saat pertama kali aku melihat artefak ini, cahayanya tenang. Hangat. Seperti ibuku sedang memelukku,” suara Haneul lirih, nyaris tak terdengar. Ia berbicara pada dirinya sendiri, atau mungkin pada angin.Langkah ringan terdengar dari belakangnya. Liora datang membawa selembar gulungan tua yang terikat dengan pita perak. Wajahnya pucat dan matanya sembab, seperti belum tidur sem

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 36: Dunia yang Tidak Pernah Ada

    Bab 36: Dunia yang Tidak Pernah AdaLangit di dunia ini tak mengenal malam. Dua matahari menggantung tinggi di cakrawala: satu bersinar keemasan, menyinari tanah dengan kehangatan lembut; yang satu lagi—bercahaya biru pucat seperti embun beku—mengirimkan bayangan tak wajar yang menari-nari di permukaan tanah. Tak ada suara serangga, tak ada nyanyian burung. Hanya desir angin yang membawa bisikan seakan dunia ini sedang bernapas... pelan, berat, dan penuh misteri.Seo Haneul berdiri mematung di atas bukit kecil. Rambutnya yang panjang diikat setengah, berkibar oleh angin asing yang membawa aroma logam dan bunga liar. Di bawah bukit, Mira dan Jaewon tengah menyusun peralatan sihir, membuat lingkaran pelindung agar mereka tak tertelan ilusi dunia yang baru mereka masuki.Hamin berdiri agak terpisah dari mereka. Matanya menelusuri horison yang tak berujung. Dunia ini—dunia antara realita dan kehampaan—terlalu asing bahkan bag

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 35: Dua Takdir, Satu Jiwa

    Bab 35: Dua Takdir, Satu JiwaGelap. Hening. Tak ada suara selain detak jantung Seo Haneul yang bergema seperti gema di ruang hampa. Ia melayang di antara kehampaan—tidak ada tanah, tidak ada langit. Hanya kekosongan berwarna abu pekat yang bergerak perlahan, seperti napas dari dimensi yang belum lahir."Haneul..."Suara itu datang bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya sendiri. Sebuah suara yang penuh luka dan harapan yang nyaris punah. Haneul menoleh ke segala arah, dan dari kehampaan itu muncullah secercah cahaya—seperti denyut jantung yang baru saja hidup kembali.Cahaya itu membentuk siluet. Langkah demi langkah, Haneul mendekat, dan wajah itu menjadi jelas."Seo Hamin…" bisiknya.Namun Hamin yang berdiri di hadapannya bukanlah sosok penuh dendam yang barusan menancapkan Jantung Waktu di Kuil Cermin. Ini adalah Hamin yang dulu—matanya jernih, penuh rasa ingin tahu dan sedikit getir."Ap

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 34: Langkah di Tengah Retakan

    Bab 34: Langkah di Tengah RetakanLangit Arangyeon tidak lagi biru. Sejak retakan muncul di atas reruntuhan Kuil Cermin, warna langit perlahan memudar menjadi abu-abu pucat, seakan dunia sendiri kehilangan denyut hidupnya. Retakan itu terus melebar, menganga seperti luka yang tidak bisa disembuhkan, menyedot cahaya, udara, bahkan suara. Di bawahnya, tanah bergetar dalam interval tidak teratur—kadang pelan, kadang seperti ada jantung raksasa yang berdetak dari kedalaman dunia.Seo Haneul berdiri di bibir jurang sihir, diiringi Jaewon dan Mira yang menatapnya dengan kegelisahan yang disembunyikan di balik jubah Vestra mereka. Angin membawa bau logam—bukan dari darah, tapi dari sesuatu yang lebih tua, lebih purba. Dari masa lalu yang bahkan tidak tercatat dalam gulungan tertua di Perpustakaan Langit.Di tengah pusaran kekacauan itu, berdirilah sosok yang dulu ia panggil “saudara”—Seo Hamin. Tapi sosok itu tak lagi sama

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 33: Di Ambang Cahaya dan Kegelapan

    Bab 33: Di Ambang Cahaya dan KegelapanLangit Arangyeon terbelah oleh cahaya biru kelam, seperti bekas luka yang belum sempat dijahit. Cahaya itu bukan milik matahari atau bulan—itu adalah sinyal, bahwa keseimbangan antara dunia mulai tergeser. Retakan dimensi tumbuh, menjalar seperti akar gelap dari sesuatu yang lebih tua, lebih dalam… dan lebih berbahaya dari apa pun yang pernah dikenal dunia ini.Di dalam Kuil Pelindung Cahaya, Seo Haneul berdiri di depan altar utama. Ia mengenakan jubah perak Vestra, dihiasi lambang Phoenix membara di bagian dada—simbol harapan baru, namun beban di pundaknya lebih berat dari baju perang mana pun. Di tangannya, kristal resonansi yang baru ia aktifkan bergetar pelan, terhubung langsung ke energi Jantung Waktu.Suara langkah kaki bergema dari lorong. Mira muncul dengan rambut berantakan dan gulungan peta ley-line di tangannya.“Retakan di utara… mulai menyerap waktu,&rdquo

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 32: Warisan Tersembunyi

    Bab 32: Warisan TersembunyiLangit Arangyeon perlahan kembali menampakkan bintang-bintangnya, namun tak ada yang benar-benar merasa damai. Setelah retakan Dimensi Ketiga ditutup sementara oleh kekuatan gabungan Haneul dan Vestra, seluruh penjuru dunia terasa menahan napas. Seolah alam pun tahu: ini hanya jeda, bukan akhir.Seo Hamin kini ditahan dalam lingkaran sihir Vestra yang menjaga keseimbangan antara dunia dan dimensi. Di dalam ruang bawah tanah Istana Bintang, tubuhnya terbaring lemah, namun pikirannya masih menyala—berperang dengan ingatan dan suara-suara dari Dimensi Ketiga yang masih menggerogotinya dalam diam.Haneul duduk di dekat jendela ruang observatorium, memandang jauh ke cakrawala. Tongkat Vestra kini bersandar di sisinya, tapi tidak menyala. Sejak pertarungan terakhir, kekuatan sihirnya terasa berubah… lebih berat, lebih dalam, seolah ada bagian dari Dimensi Ketiga yang kini hidup dalam dirinya.“Dia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status