"Iklima, tunggu!" Lelaki itu berusaha menahanku tapi aku tidak memperdulikannya, segera aku dan Rihanna meninggalkan rumah keluarga Sofia kemudian meluncur pulang."Aku benar-benar puas melihat apa yang terjadi," ucap Rihanna saat kami berboncengan dan berhenti di lampu merah."Aku juga, Sofia pantas mendapatkan kesedihan itu atas musibah yang ia berikan padaku.""Sekarang apa Mbak sudah bisa bernapas lega?""Iya, aku lega sekali, tapi aku belum puas.""Apalagi yang Mbak rencanakan?""Belum ada," balasku.*Keesokan hari,Setelah usai dengan aktivitas pagi dan membersihkan rumah, aku kemudian mandi, berdandan rapi lalu mengantar anak-anakku ke sekolah, rencananya aku akan langsung ke butik Setelah dari sekolah Arumi dan Novia."Mbak sekarang jauh lebih cantik, penampilan Mbak sangat elegan seperti seorang wanita bangsawan. Dulu hanya pakai baju panjang dan penutup kepala saja, sekarang Mbak lebih trendi memakai celana panjang, blazer dan tas bagus itu. Mbak seperti seorang pekerja k
"Kau!"Hendra hanya menyerigai saat melihat Nabil datang, lelaki itu melepaskan tangannya dengan santai dari tanganku."Apa kau tidak bekerja, Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nabil pada Hendra."Apa kalian saling kenal.""Apa kau lupa kalau kita mengenalnya!" tanya Mas nabil dengan raut wajah merah karena murka, dia tidak mampu menyembunyikan kecemburuannya, semua perasaaannya terlihat dengan jelas."Apakah kau tidak bekerja.""Aku kebetulan lewat sini dan mampir di sini," jawab Hendra, sambil menyilangkan tangannya."Apa yang kau lakukan di sini? Ini kan butik pakaian wanita dan anak-anak?""Aku berencana memesan pakaian untuk keluargaku, apa itu masalah?" ucap Hendra.Sepertinya Mas Nabil tidak akan berani bicara berlebihan kepada Hendra karena secara teknis keluarga Hendra adalah atasan keluarga Mas Nabil. Mereka lebih kaya dan berpengaruh jadi tidak akan punya kuasa untuk lebih banyak ikut campur."Kau sendiri apa yang kau lakukan, bukannya kau menyiapkan persiapan acara unt
Aku kembali pukul 08.00 malam dari butik, membawakan beberapa jenis makanan dan cemilan untuk anakku dan Rihanna. Mereka bertiga yang selalu setia menunggu di rumah, berhamburan menyambut kedatanganku dengan sukacita."Bunda.""Ini kue dan ayam goreng kalian.""Terima kasih Bunda.""Tak masalah sayang." Anak-anak menuju meja makan lalu menikmati makanan mereka sementara aku dan Rihanna duduk di ruang tamu sambil diri ini melepas sepatu."Sepertinya ada banyak hal yang tidak saya ketahui," ucap Rihanna sambil menatapku dengan seksama."Ya, betul, aku tidak menceritakan dari sebagian Apa yang kulakukan.""Apa itu sudah terlalu jauh untuk diberitahukan pada orang lain.""Kalau dibilang sudah terlalu jauh sih iya, aku tidak menceritakan padamu karena khawatir kau akan keberatan.""Lalu, apa rencananya berjalan lancar?" Selidiknya."Setengah lancar," jawabku."Kalau begitu ceritakan."Aku mulai menceritakan segalanya, bagaimana detail-detail rencana yang telah kulakukan untuk menjerat k
*Aku tuh nggak sibuk dengan beberapa pelanggan yang datang memesan pakaian secara langsung saat bel pintu berdenting dan orang yang kubenci hadir di hadapan pintu."Iklima, boleh bicara?""Aku sibuk."Kuabaikan kedatangannya dan terus mengukur lingkar dada dan lengan klienku, aku mendelik padanya kemudian memberi isyarat agar dia tidak menggangguku.Lelaki itu kemudian mengambil tempat duduk dan dengan gelisah ia menantikan diriku selesai melayani klien. Setelah pelangganku membayar dan berpamitan mereka pun meninggalkan butik. Tanpa memperdulikan kehadiran mantan suami, aku malah sibuk membereskan meja bola dan kain-kain yang ku tawarkan kepada pelanggan barusan."Bagaimana progres persidangan?""Kenapa kau rayakan itu padaku apa kau lihat butikku adalah pengadilan agama? Kalau kau begitu penasaran kenapa tidak hadir saja langsung sidangnya?""Aku malas.""Intinya saja, apa tujuanmu datang ke butikku, aku sangat sibuk dan tidak mau diganggu oleh tamu yang tidak penting," ujarku ketu
"Sudah cukup, jangan bising di tempat usahaku aku harus menjahit dan memotong pola jadi aku persilahkan kalian untuk pulang ke rumah kalian sendiri!""Kamu ya Mbak, kamu sudah memutuskan untuk melepaskan Mas Nabil jadi tolong dong jangan beri Dia kesempatan untuk datang menemuimu dan merayumu!""Hei, kau! Tolong jaga ucapanmu, jika aku memukulmu aku akan terlihat tidak punya belas kasihan kepada hewan," ucapku mengejeknya, wanita itu makin gusar dan emosi. Dia melotot padaku sambil menarik nafas dengan dalam yang menandakan bahwa ia terkejut dengan perkataanku barusan."Jaga ucapanmu, Mbak, kenapa kamu menyebut tempat Sofia sebagai binatang?!" ujar Cici."Hei Sofia, apa kau tidak bisa menghancurkan diriku sendiri hingga kau harus membawa orang lain, apa kau lemah sampai harus melibatkan adikmu?""Hah?!" Wanita itu kehilangan kata-kata, dia benar-benar geram, dia berusaha untuk tegar dan tangguh di hadapanku padahal sebenarnya wanita itu akan mulai menangis karena tidak sanggup melawa
Dua hari kemudian,Kuhadiri pesan sidang terakhir untuk putusan perceraian kami. Kukenalkan pakaian terbaik dan berdandan rapi lalu berangkat menuju pengadilan dan menemui Mas Nabil di sana.Saat hendak masuk karena sudah dipanggil oleh petugas panitera sidang, sempat membisikkan sesuatu di telingaku."Apa kau yakin dengan ini aku benar-benar berat menceraikanmu."Aku tidak menjawabnya aku hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.Kami didudukkan berdampingan menghadap meja hakim. Setelah ditanyai tentang kesiapan kami untuk bercerai, dan aku tetap menjawab dengan jawaban yang sama bahwa kami tetap harus berpisah, akhirnya hakim mengeluarkan putusannya.Setelah membacakan putusan dan kami benar-benar dinyatakan berpisah, hakim mengetuk palu, aku tersenyum lega sementara Mas Nabil menggelengkan kepala sambil memijit di keningnya. Perceraian ini adalah gerbang Baru menuju kehidupan dan harapan baru, Aku berharap setelah mencampakan lelaki tidak berguna Ini hidupku akan semakin baik dan
Gila, lelaki yang ada di hadapanku ini benar-benar sudah jatuh cinta dan menyukaiku, sepertinya tidak sehari pun mampu ia lewati tanpa bertemu atau berbincang sebentar denganku.Sepertinya ia benar-benar merasa tertantang untuk menaklukkan janda."Tolong bedakan perasaanmu, bedakan antara jatuh cinta yang sebenarnya atau sekedar rasa simpati dan kasihan.""Aku memang kasihan padamu tapi rasa kasihan itu mengalahkan rasa kagum dan begitu Aku menyukaimu. Semua orang membicarakan betapa berbakti dan sempurnanya dirimu sebagai menantu, kau juga istri yang baik yang tidak akan membantah suami atau keluar tanpa izinnya, wanita sepertimu yang aku inginkan alih-alih wanita yang hanya berdandan dan sibuk dengan klub sosialita.""Ah, tapi aku punya dua anak yang harus kutanggung, juga aku harus fokus pada masa depan mereka.""Jangan khawatirkan itu selama aku masih hidup maka biaya sekolah bukanlah masalah untukku. Kau tahu kan omset perusahaanku ada berapa banyak?""Aku tidak tahu....""Apa ka
Menjelang magrib aku sampai di depan pintu gerbang rumahku, kulangkahkan kakiku dan menuntun motorku masuk dengan senyum bahagia karena hari ini aku mendapati banyak peristiwa dalam hidupku.Kuletakkan motorku di tempat yang sudah tersedia lalu menguncinya kemudian beranjak naik ke teras. Betapa terkejutnya aku saat melihat Nabil meringkuk di sana dan langsung berdiri begitu melihatku datang."Apa yang kau lakukan di sini.""Aku datang mengunjungi anak-anak.""Iya tapi itu hanya sebentar kemudian Rihanna hanya mengizinkan ku menunggumu di teras tanpa membiarkan ku masuk.""Itu keputusan yang tepat mengingat hal itu akan meminimalisir fitnah antara kami dan para tetangga, kau tahu kan kalau kami hanya mengontrak di sini?" jawabku dengan tenang."Aku ke sini untuk bicara.""Baru pagi tadi kita berjumpa di persidangan, kemudian istri dan adik iparmu datang melabrakku ke butik, lalu saat kembali ke rumah untuk istirahat Aku malah mendapatimu di sini. Apa yang kau inginkan?""Aku merasa