Brak ....
Miska yang sedang mengetik terlonjak kaget saat mendengar suara pintu dibanting sekeras mungkin oleh Emir yang masuk dengan wajah menahan emosi dan amarah.
"Emir kamu kenapa?" tanya Miska kaget dengan reaksi Emir yang penuh angkara murka saat masuk ruangan kerja.
"Si wanita jalang itu benar-benar bikin aku kesal!?" maki Emir sembari berkacak pinggang dan mengatur napasnya, berusaha untuk menenangkan dirinya.
Emir tahu kalau bertemu kembali dengan Sonya hanya akan menguras emosinya, kekeraskepalaan Sonya benar-benar membuat Emir harus menahan emosinya agar tidak menggampar mulut istrinya itu. Dia pernah hampir kelepasan saat dirinya bertemu dengan Sonya di rumah sakit kemarin dan ditolong oleh rekan kerja Sonya yang bernama Awan.
"Kenapa lagi sama istri kamu, Emir?" tanya Miska sembari melepaskan kacamatanya dan berjalan ke arah kekasihnya itu. Lelaki di mana ia menggant
"Emir masa kamu mau jual apartemen aku?" rengek Miska sambil menatap Emir yang sedang meminum kopinya. Setelah mereka bercinta dengan sangat kilat dan tanpa mendapatkan kepuasannya sama sekali, Miska kaget karena mendengar perkataan Emir yang ingin menjual apartemennya.Tuhan ... apakah otak kekasihnya ini kesetrum? Kenapa dia harus menjual apartemennya? Miska akan mempertahankan segalanya dengan segala cara karena untuk mendapatkan apartemen, mobil dan semua barang-barang dari Emir, Miska harus melakukan semua yang Emir inginkan termasuk menderita karena sangat jarang mendapatkan orgasme karena keegoisan Emir.
Miska membanting pintu apartemennya dengan sengat keras, dengan urakan ia lemparkan semua barang ke sembarang arah berusaha untuk melepaskan amarahnya karena permintaan Emir yang memintanya untuk menjual apartemennya atau melakukan hubungan badan dengan dua orang sekaligus. Iya ... kekasih keparatnya itu ingin menjual dirinya. Sinting!?"Huek ...." Miska merasakan rasa mual saat membayangkan dua orang pria menyentuh tubuhnya, seketika itu juga ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya di closet."Sinting kamu, Emir!? Kamu gila!?" maki Miska sembari menekan tombol flush dan duduk di samping closet, rasa asam karena sudah memuntahkan isi perutnya benar-benar membuat Miska beranjak dari sana ke arah dapur untuk mencari sesuatu yang bisa ia pergunakan untuk meredakan indra perasanya itu.Tangan Miska meraih gelas berisi air
Miska sedang bergelung di dada Emir dalam keadaan telanjang, jangan tanya apa yang baru saja mereka lakukan. Miska dan Emir sudah kembali bersetubuh sedetik setelah Miska mengungkapkan permohonan maafnya saat ia membuka pintu apartemennya.Jemari Emir sibuk bergerak naik dan turun di punggung Miska yang mulus dan hangat. Menggelitik Miska dengan sentuhannya sembari menonton TV."Emir ... aku ...." Miska memutar otaknya untuk mengungkapkan apa yang saat ini mengganjal di hatinya."Kenapa, Sayang?" tanya Emir."Papa aku harus kemoterapi dan adik aku harus bayar uang sekolah, aku ... aku bingung," rengek Miska sembari menekan payudara telanjangnya ke dada Emir, berusaha menggoda Emir agar mau membantunya.Elusan di belakang punggu
"Miska ... gimana?" Asha berlari ke arah Miska yang baru saja melangkahkan kakinya ke dalam ruang tunggu ICU.Miska tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya pelan, tubuhnya lelah bukan main namun, ia memaksakan diri untuk datang ke rumah sakit untuk menemui keluarganya."Kamu udah makan?" tanya Asha kaget dengan betapa kuyunya Miska. "Kamu kenapa?" Asha menggerakkan wajah Miska yang kedua pipinya memerah.Tangan Miska menyentuh pipinya pelan, "Kebanyakan pakai blush on," dusta Miska sembari menghela napas pelan, mencoba untuk melupakan apa yang baru terjadi beberapa jam yang lalu. Sebuah kejadian yang tidak ingin Miska ingat lagi seumur hidupnya."Masa blush o—""Mah ... aku ke bagian administrasi dulu, biar Papa bisa langsung dioperasi," bisik Miska sembari menggerakkan wajahnya agar tidak disentuh Asha. Bukan tanpa sebab, karena bila Asha menyentuhnya rasanya sakit.
"Eka ... Awan mana?" tanya Sonya saat melihat Eka melintas di hadapannya. "Gimana, Dok?" tanya Eka sembari menghentikan langkahnya. "Kuping kamu harus diperiksa THT atau gimana?" hardik Sonya kesal karena Eka tidak mendengar pertanyaan yang menurut dirinya simple. "Awan mana?" Eka hanya bisa tersenyum kecil saat mendengar perkataan Sonya yang judes, sampai detik ini Eka masih tidak paham mengapa Awan bisa jatuh hati pada Sonya, padahal menurut dirinya Sonya itu tidak ada manis dan lucu-lucunya. Lebih mirip singa yang siap membunuh siapa pun yang membuat perkara dengannya, terlalu mandiri. "Awan Kurniawan?" ulang Eka. Sonya menepuk dahinya dengan kesal, benar apa yang dikatakan Lidya kalau Eka adalah lelaki yang sangat-sangat lemot. "Iya ... Awan Kurniawan, memang ada Awan lain di rumah sakit ini kecuali dia?" "Oh ... Awan mah tadi lagi galau, berapa kali dia tadi nggak fokus, Dok," jawab Eka yang sudah dari tadi siang kesal dengan kelakuan Awan yang selal
"Dokter Sonya," ucap Awan kaget saat tiba-tiba Sonya berdiri di hadapannya sembari mendorong wanita bernama Miska."Ngapain kamu di sini?" tanya Sonya ketus sembari melipat kedua tangannya di dada. "Sony—""Bu Sonya," koreksi Sonya sembari memberikan tatapan tajam setajam silet. "Bu Sonya, Dokter Sonya, bukan Sonya!?""Dok," panggil Awan yang kaget dengan amukkan Sonya pada Miska, kenapa Sonya sebegitu marahnya pada Miska. Sonya menggerakkan bahunya dengan kesal saat merasakan tangan Awan, berusaha mengenyahkan tangan Awan. "Kamu ngapain di sini saya tanya?" "Itu ... saya, saya ...." Miska kebingungan untuk menjawab pertanyaan Sonya, ini pertama kalinya ia bertemu langsung berdua dengan Sonya tanpa ada Emir setelah Sonya mengetahui kalau ia adalah selingkuhan Emir. "Saya apa? Ngapain kamu di sini!?" sentak Sonya."Hmm ... Bu Sonya, saya permisi dulu, yah." Miska berusaha untuk pergi meninggalkan Sonya. Dia tidak terlalu suka berhadapan dengan Sonya sa
Awan tertawa sembari berkacak pinggang dengan satu tangan saja saat mendengar rengekkan Sonya, wanitanya ini benar-benar membuat dirinya ingin mencekik dan memeluknya di waktu yang sama."Kamu maunya apa Sonya?" tanya Awan sembari memijiti bagian tengah keningnya sembari tertawa karena melihat Sonya yang sedang mengerucutkan bibirnya."Nggak ... nggak mau apa-apa," jawab Sonya sembari melipat tangannya di dada dan mengalihkan pandangannya kesal. Entah kenapa Sonya merasa kesal karena Awan yang tidak peka pada dirinya, suatu hal yang bukan sifat Awan, menurut Sonya."Beneran?" tanya Awan sembari mendekati Sonya, Awan sadar kalau kaki Sonya keseleo dan terlihat kesulitan berdiri dengan baik."Iya ... nggak apa-apa, udah sana urus sana si Miska," ucap Sonya sembari memutar bola matanya geram, rasa cemburu benar-benar membakar dirinya. Kelebatan wajah Awan yang sedang berbincang dengan Miska membuat Sony
Sonya kaget saat Awan mencium bibirnya, menyesap dan menggelitik bagian dalam bibirnya dengan sangat ahli. Berciuman dengan Awan adalah sebuah sensasi yang sangat Sonya sukai, ia suka saat Awan menggelitik lidahnya dan langit-langit mulutnya. Iya ... Awan adalah pencium ulung, dia hebat dalam berciuman dan tentu saja bercinta, Sonya mengakuinya."Ah ... Awan," desah Sonya saat menyadari kalau pakaiannya sudah tersingkap ke atas dan tangan Awan sudah meremas payudaranya dengan ahli. Tubuh Sonya meremang saat merasakan cubitan di bagian putingnya, Awan dengan ahlinya menarik bagian inti dadanya itu ke atas dan ke bawah memberikan gulungan kenikmatan yang membuat Sonya memajukan dadanya, berharap mendapatkan kenikmatan lebih banyak lagi."Kamu nggak harus cemburu sama siapa pun, Sonya," bisik Awan sembari mengelus tubuh Sonya di balik pakaiannya, tangannya bergerak ke bagian punggung