Share

BAB 23 : Negosiasi

Penulis: reefisme
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 23:30:56

Apartemen Nielson Stokes berada di lantai atas sebuah gedung modern di pusat kota.

Malam sudah larut, tapi lampu di ruang kerja kecilnya masih menyala. Di atas meja, laptopnya terbuka dengan layar menampilkan dokumen kosong. Di sampingnya, ada beberapa lembar kertas yang telah kusut karena terlalu sering diremas dan dilemparkan ke meja.

Nielson menggeram, mengusap wajahnya dengan kasar. "Brengsek," desisnya.

Sudah seminggu sejak ia mengambil draft ini dari Catelyn, dan ia masih belum bisa mengubahnya menjadi proposal sempurna yang diminta oleh Direktur Tim Beckett.

Konsepnya terlalu singkat dan sederhana—terlalu dasar.

Nielson tahu kalau ia harus mengembangkan ide-ide dalam draft ini, tapi setiap kali ia mencoba, ia justru semakin terjebak dalam kebingungan.

Beberapa istilah dalam dokumen itu bahkan tidak ia pahami sepenuhnya.

Catelyn selalu lebih unggul dalam hal ini. Ia yang selalu mendetail, penuh pertimbangan, dan tahu cara

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 159 : Kerabat Orang Terpandang

    Noah langsung tertawa, menepuk pahanya sendiri. “Oh, jangan cuma ganti yang tua, Eth. Kakakku satu ini harusnya minta versi terbarunya! Bagaimana dengan varian XLT tahun ini?”“Atau—kau tahu—sekalian King Ranch! Tujuh atau delapan puluh ribu dolar pasti bukan masalah untukmu kan, Eth? Aku yakin kau bisa urus itu dalam sehari,” ucapnya lagi sambil memasukkan suapan lainnya.Ethan mengangkat alis dan tersenyum kecil. “Kau tahu? Itu bukan ide buruk.”Gabriel memutar bola matanya dengan ekspresi jengkel setengah geli. “Noah…” gumamnya memperingatkan.“Apa kau gila, Noah? Mobil itu setara dengan biaya kuliah dua tahun di CU Boulder lengkap dengan asrama dan buku!” omel Catelyn ikut menyambar.“Atau biaya asuransi keluarga kita selama lima tahun,” Gabriel mengangguk.Noah mengangkat sebelah tangan, pura-pura tak bersalah. “Apa? Aku hanya membantu adik ipar kita menunjukkan rasa terima kasih.”Catelyn berdecak. “Kau sedang memeras Ethan.”Melihat perdebatan kecil itu, Ethan tertawa kecil lag

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 158 : Bagian Dari Keluarga

    Bibir Ethan melekuk ke atas. “Sungguhkah?”Catelyn mengangguk pelan.Lagi, Ethan tersenyum lalu memiringkan wajahnya dan mengecup Catelyn singkat. “Terima kasih. Kitty.”Ia menjauhkan wajah, untuk bisa menatap Catelyn dan kembali meyakinkan dirinya sendiri, bahwa Catelyn benar-benar ada di hadapannya. Bernapas. Dan mencintainya.Suasana hening itu lalu terpecah pelan oleh derit pintu kamar yang terbuka.Gabriel melangkah masuk terlebih dahulu, sosoknya tinggi dan kokoh, wajahnya menyiratkan ketenangan seperti danau pegunungan di pagi hari.Di belakangnya, Noah menyusul dengan ekspresi yang lebih hangat dan penuh harap.Mata keduanya langsung tertuju pada adik perempuan mereka, yang kini terbaring di atas ranjang dengan selimut tersampir rapi.Ethan segera berdiri, hendak memberikan ruang bagi mereka, namun Gabriel hanya mengangkat satu tangan, memberi isyarat agar pria itu tetap duduk dan melanjutkan kegiatannya.Tak satu pun dari mereka berbicara.Yang terdengar hanyalah bunyi pelan

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 157 : Hadiah Untukmu

    Langit Basalt perlahan meredup, cahaya keemasan matahari terhalang gugusan awan tipis yang bergelayut rendah.Pepohonan di luar rumah sakit telah menggugurkan sebagian besar daunnya, menyisakan ranting-ranting yang menari pelan tertiup angin musim gugur.Di dalam ruang dokter, aroma antiseptik menyambut tiga pria yang tengah berdiri mengelilingi meja, tempat seorang dokter paruh baya sedang menjelaskan kondisi adik mereka.“Tidak ada luka serius,” ujar sang dokter, suaranya tenang namun tegas. “Hanya memar di beberapa bagian tubuh dan lutut kiri yang terkilir. Untungnya sabuk pengaman melindunginya dari benturan parah.”Gabriel mengangguk kecil, matanya menyiratkan rasa lega yang masih tertahan.Vincent tetap tegak dengan raut wajah kaku, sementara Noah menghembuskan napas panjang, menepuk bahu Vincent dengan lembut sebelum ketiganya berjalan menuju ruang rawat terbaik di sayap timur rumah sakit kota kecil itu.Ketika mereka sampai di depan pintu kaca yang setengah terbuka, langkah me

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 156 : Dia Bicara Lebih Dari Cukup

    Angin menggigit. Daun-daun luruh dari pohon ek dan maple, membentuk karpet emas-kemerahan di sepanjang lereng.Langit kelabu menekan, pekat dan berat, seolah ikut menahan napas.Semua mata tertuju pada sebuah Ford F-150 tua yang terguling di kemiringan tanah, nyaris tergelincir lebih dalam ke dasar jurang yang berkabut.Dari tepi tebing, Vincent Adams berdiri kaku, jaket dinasnya berdebu dan wajahnya tegang.Ia telah mengerahkan bala bantuan, namun ketika tiba di lokasi kecelakaan, ia tak menyangka mobil yang dikendarai Catelyn dalam posisi nyaris mustahil dijangkau oleh mereka.Di sampingnya, Gabriel memandang ke bawah dengan rahang mengeras.Noah, lebih pucat dari biasanya, menggenggam pinggiran sabuk kulitnya erat-erat.Di belakang mereka, beberapa petugas Basalt berdiri berjaga, siap dengan tali dan tandu darurat, tapi tak satu pun cukup dekat untuk menjangkau mobil tua yang hampir tergelincir itu.“Apa yang harus kita lakukan?!” Noah berseru panik. Kedua matanya memerah dan mulai

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 155 : Tidak Akan Meninggalkannya

    Ethan Wayne duduk tegak, kedua tangan terlipat di depan tubuh.Wajahnya tetap tenang, meski mata birunya yang menatap ke arah Vincent Adams dipenuhi kegelisahan—akan kah kakak kedua Catelyn ini memaafkan keluarga Wayne?Vincent tetap dalam posisi berdiri tak jauh dari Ethan dengan sikap kaku dan rahang mengeras.Gabriel Adams duduk di sandaran kursi kayu tua di pojok ruangan, diam, memperhatikan pria muda yang mengaku mencintai adik mereka, lalu membawa semua usaha untuk menebus kesalahan yang sesungguhnya tidak dilakukan Ethan sendiri, juga bahkan Gerard Wayne―ayahnya.Gabriel masih mengingat dengan jelas, senyuman licik di wajah Martin Hale.Meski masih amat muda, Gabriel sudah bisa menangkap pemikiran culas dan sorot kejahatan dari lelaki itu.Gabriel yang kala itu menemani sang ayah untuk menemui Gerard, yang datang untuk meninjau lokasi proyek, gagal. Gabriel menduga, orang-orang yang menghalangi mereka, bukanlah orang-orang Gerard, melainkan orang-orang Martin Hale.Mata prianya

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 154 : Berhadapan Dengan Petaka

    Rumah dua lantai bergaya country yang berdiri tenang di pinggiran kota Basalt, suasana terasa lebih berat dari biasanya.Di ruang tengah yang sederhana namun hangat, Vincent berdiri bersandar pada kusen jendela, tangannya bersedekap.Gabriel duduk di kursi kayu tua, sorot matanya tajam meski rahangnya mengeras.Keduanya memiliki tatapan menghunus ke arah pintu, yang baru saja terbuka dan menampilkan sosok tinggi Ethan yang sopan, namun tetap memancarkan kewibawaan. Vincent dengan cepat menyadari apa yang terjadi. “Noah sialan.”“Apa yang kau lakukan di sini?” desis Vincent menahan amarah. Ia telah menurunkan kedua tangannya dan berjalan dengan langkah gusar ke arah Ethan.“Vince, jangan gegabah,” Gabriel mengingatkan pelan setelah tersadar dari keterkejutan―tahu dengan pasti apa yang bisa dilakukan adiknya itu pada seseorang yang tidak mereka inginkan kehadirannya.“Aku hanya akan menyadarkan si Keras kepala ini yang sampai membuat Noah memperdaya kita,” Suara Vince rendah, penuh teka

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 153 : Merindukannya Sangat

    Langit di atas pegunungan Rockies mulai merona keemasan saat helikopter pribadi Ethan kembali membelah udara menuju Basalt, dari Denver.Di dalam kabin yang senyap, Ethan duduk dalam diam, mengenakan kemeja abu-abu dan mantel wol gelap.Matanya menatap kosong ke luar jendela, namun pikirannya penuh gemuruh.Tiga hari telah berlalu sejak ia meninggalkan Basalt setelah menemui Noah.Ia sudah tahu semuanya.Clark Adams, pria yang tulus, pekerja keras, dan tak pernah mencurangi prosedur apa pun.Tapi 19 tahun lalu, ia dijadikan kambing hitam oleh Martin Hale—orang kepercayaan pamannya saat itu—demi menutupi kesalahan perhitungan teknis yang disebabkan oleh desakan produksi cepat dari para investor elit.Martin Hale, dengan satu laporan manipulatif, membuat nama Clark tercemar.Tak ada penyelidikan lanjutan.Wayne Group menyingkirkan Clark seperti debu di sela lantai marmer mereka.Satu tanda tangan dari puncak struktur kekuasaan korporasi, dan hidup satu keluarga berubah selamanya.Keluar

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 152 : Untuk Mengatakan Kebenarannya

    Sekian hari berlalu.Siang hari yang dingin, angin gugur menyapu daun-daun maple yang berserakan di jalanan sempit Aspen.Langit pucat membentang tanpa awan, sementara helikopter hitam bergaris emas perlahan menuruni langit dari arah timur, memecah keheningan dengan suara baling-baling berat.Di lapangan helipad kecil milik hotel mewah The Little Nell, yang sering digunakan untuk penerbangan pribadi di wilayah Aspen, helikopter itu mendarat dengan presisi.Begitu baling-balingnya melambat, seorang pria berjas wol abu gelap melangkah keluar.Ethan Wayne.Wajahnya tenang, namun sorot matanya menyiratkan urgensi dan ketajaman.Menyusul di belakangnya adalah Rodney, pemimpin tim pengamanan pribadi, dan satu pengawal tambahan berbadan besar.Mereka tak berkata apa-apa, hanya mengikuti langkah Ethan yang mantap, menembus lalu lintas pejalan kaki menuju pasar seni Aspen yang tak jauh dari helipad.Pasar seni itu dipenuhi kios kayu sederhana, berjejer rapi dengan berbagai hasil karya seniman l

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 151 : Tidak Perlu Penjagaan Lain

    Angin musim gugur menyapu dedaunan kering yang berserakan di jalan tanah berkerikil, menciptakan desis lembut yang menjadi satu-satunya suara di pagi yang sepi itu.Rumah keluarga Adams berdiri tenang di antara pohon maple dan oak yang telah menggugurkan sebagian besar daunnya, memamerkan cabang-cabang hitam seperti lukisan tua di atas kanvas kabut tipis.Pintu depan rumah bergaya country itu berderit ringan saat terbuka.Vincent Adams, lelaki berusia awal tiga puluh dengan rahang tegas dan sorot mata tajam khas penegak hukum, melangkah keluar dengan seragam lengkapnya. Lencana kepolisian Basalt tergantung di dadanya, berkilau tersentuh cahaya pagi.Ia menuruni teras kayu dengan langkah mantap, hendak masuk ke dalam mobil dinasnya yang terparkir di sisi pekarangan.Namun pandangannya terhenti. Wajahnya mengeras.Di seberang jalan kecil berkerikil yang memisahkan halaman rumah dari deretan pohon-pohon tua, terparkir sebuah mobil hitam asing. Tidak mencolok, namun terlalu bersih dan terl

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status