Tanganku kini sudah menggenggam sebuah amplop yang dengan susah payah kucapai menggunakan lidi yang kurantai.
Aku masih heran.
Entah kenapa sampai ada amplop putih yang tidak berlogokan apapun terjatuh di belakang lemari.
Aku benar-benar berharap isi di amplop itu hanyalah sesuatu yang tidak penting. Sesuatu yang tidak membuat bara api di dalam hati ini menyala.
Aku menelan ludah. Berharap isi amplop itu adalah sebuah bukti apakah aku harus tetap bersama mas Dani atau bahkan aku harus segera pergi.
Kutarik nafas ini sedalam mungkin. Lalu aku menghempaskannya perlahan.
Sebelum membuka isi amplop mataku sempat memutar dan menengok ke arah jam dinding.
Jam dinding ternyata sudah menunjukkan pukul setengah tiga dinihari.
Aku benar-benar tak menyangka. Mas Dani benar-benar mengurungku selama ini. Bahkan ia telah menyekapku disini.
Dia telah mempersulit jalanku untuk keluar dari rumah ini.
Kembali pandanganku menuju seb
Aku segera mencari sebuah alat pembuka jaringan seluler. Kuharap menemukan sebuah modem dan kartu. Aku ingat dulu itu ada. Semoga saja dalam kesempitan seperti ini memang akan muncul.Semoga saja ada di dalam kamar, bukan berada di tengah rumah.Kalau benar ada diluar, bagaimana aku mengambilnya?Kuharap ia menyimpannya di laci kamar.Laptop kusimpan terlebih dahulu, takutnya Mas Dani datang dan tahu kalau aku akan mempergunakan Laptop itu.Aku terus mencari alat komunikasi apapun. Siapa tahu suamiku punya gawai lain. Gawai jadulnya dulu.Nihil.Tak ada apapun kutemukan di dalam kamar.Di rumah tak ada wifi tersambung. Tapi modem yang selalu ia gunakan di laptop pasti ada di ruang televisi.Bagaimana cara aku meraihnya.Akh, sial.Aku benar-benar sudah pengap sekali.Kulih
Aku hanya bisa menelan ludah saat Bapak mencoba masuk menghampiriku. Aku benar-benar tidak tahu apa maksud dan tujuannya.Dia naik ke jendela yang tidak terlalu tinggi itu dan memergokiku yang sedang ketakutan.Bapak mulai bicara dengan nada yang sangat halus."Diandra, kamu boleh keluar dari rumah ini. Asalkan kamu menuruti kemauan Bapak."Teg!Apa maksudnya. Aku jadi makin takut."Apa mau Bapak?" tanyaku sambil menahan rasa takut. Berharap bapak benar-benar ingin mengeluarkanku dari rumah ini.Bapak makin mendekat ke arahku. Aku tak yakin kalau ia akan memiliki itikad baik. Pandangannya sudah berbicara."Kamu harus melayaniku malam ini. Setelah itu, kamu boleh pergi kemanapun."Tenggorokan ini tercekak. Keningku melipat mendengar ucapannya. Orang tua gila.Jelas kalimat yang keluar dari mulutnya membuatku sangat ketakutan. Aku jijiik dan geram mendengar kalimat itu keluar dari lelaki bau tanah.Dada
Malam ini aku masih berada di mobil pria yang baru saja menolongku dari kejaran mas Dani.Kami sudah sempat berkenalan.Dan sejak itu aku sudah tahu namanya. Nama pria yang telah memberiku tumpangan itu adalah Mas Reza.Mas Reza baru saja pulang dari rumah rekannya, katanya. Dia hendak pulang, dan tak disangka kalau dia malah bertemu denganku di jalan.Lebih tepatnya bukan bertemu.Tapi terpaksa menghampiriku.Dia juga sudah sempat bertanya perihal suamiku yang tega ingin menyakitiku.Aku sempat menjelaskan sedikit tentang masalah keluarga pada mas Reza. Takutnya juga ia berburuk sangka padaku.Bisa-bisa dia malah menuduhku kabur karena maling.Hem.Kami masih berada di dalam mobil.Bersama anakku pula Dona.Aku benar-benar berterimakasih padanya atas bantuan yang telah ia
Alhamdulillah, malam tadi aku dan Dona bisa tidur dengan nyenyak.Pagi ini aku telah bersiap-siap untuk kembali ke kampung halaman. Untung saja aku sempat membawa uang sebelum kabur.Jadi untuk ongkos dan makan insyaallah tak akan kurang.Aku masih takut kalau Mas Dani akan menyusul atau akan menyakiti Dona anakku buah hatinya juga.Kalau iya dia menyentuh Dona berniat menyakiti dirinya, aku benar-benar tak akan bisa memaafkannya.Aku akan pulang sembari mengurus surat perceraian. Bukan tanpa alasan aku melakukan semua itu. Jelas-jelas aku membawa bukti yang cukup di tasku ini.Foto-foto dan video syur dia bersama wanita lain yang sempat kubawa di kantong yang berisi sedikit pakaian.Andai malam itu aku memaksakan diri membawa tas besar, mungkin aku tak akan bisa lolos dari Mas Dani.Aku akan repot karena membawa beban berat.Yang terpenting kubawa di malam itu adalah baju Dona, sehelai baju gantiku dan bukti-bukti untuk
Sekarang aku sudah tinggal kembali bersama kedua orang tuaku. Di kampung halaman yang sejuk dan asri. Bersama Dona tentunya.Tak ada Mas Dani menyusul ke sini ternyata. Mungkin ia belum bisa bertemu dengan kedua orang tuaku karena malu.Ibu dan Bapak sangat syok mendengar ceritaku tentang Mas Dani.Untung saja mereka tak punya riwayat penyakit jantung.Ibu dan Bapak sempat tak percaya.Tapi, setelah aku perlihatkan sebuah bukti foto, baru mereka percaya. Hanya satu bukti foto saja. Itupun yang menurutku paling pantas untuk diperlihatkan. Tak terlalu vulgar.Ibu dan Bapak benar-benar kecewa pada Mas Dani. Bagaimanapun juga selama ini Ibu dan Bapak sangat bangga dan sangat menyayanginya.Kini kami benar-benar menyayangkan atas perilaku buruk Mas Dani.Dengan sifat Mas Dani semacam itu membuatku berpikir, apakah aku terlalu menuntut untuk diberi uang banyak?Kepalaku menggeleng-geleng.Tapi rasanya tidak. Berap
bila berkenan tolong tinggalkan like dan komentarnya, ya🙏🙏😍pov DaniSekarang, mulai hari ini Diandra bukan lagi istriku. Aku telah menjatuhkan talak sesuai keinginannya.Walaupun aku sebenarnya tak ingin berpisah.Aku benar-benar mencintai Diandra.Ya, tapi aku sudah salah langkah.Andai dulu aku tak menuruti hawa nafsu untuk mendapatkan uang instan. Dengan bergaul dengan para tante-tante kaya raya, mungkin aku tak akan berpisah darinya.Tapi semua bukan tanpa alasan.Aku benar-benar tergiur dengan uang.Uang yang bisa kudapatkan dengan mudah. Tanpa capek-capek bekerja.Diandra memang tak pernah menuntut apapun. Tapi Ibu dan Bapaklah yang menuntut supaya aku bisa membalas budi mereka seusai aku menikah.Ibu dan Bapak selalu menuntutku untuk memberi mereka uang
"Dani! Apa kamu sudah susul istri kamu itu?" bentak Ibu yang melihatku sedang duduk sendiri di ruang tengah sembari melamunkan anak dan istriku yang sebentar lagi tinggal kenangan saja.Ibu macam bicara pada budak saja. Wajahnya penuh dengan emosi. Berbalik seratus delapan puluh derajat saat ia bicara di hadapan Diandra.Tapi beginilah memang sifat asli ibu. Dan kalau ia tanya soal Diandra, aku telah jatuhkan talak dengan maksud supaya ia tak lagi satu atap dengan lelaki kotor.Malas menjawab pertanyaan Ibu."Kalau istri kamu tidak kembali, siapa yang akan urus kamu?" bentak Ibu kembali.Deg!"Maksud Ibu berkata seperti itu apa?"Aku menoleh ke arah Ibu yang menatapku penuh dengan kedengkian.Hengkang dari kursi dan berdiri.Begitukah tatapan seorang ibyu pada anak yang sedang dilanda masalah?Bahkan masalah itu hadir karenanya?Kepalaku menggeleng-geleng."Kalau kamu tidak bisa ajak istri kamu kemba
Sekarang sudah dua Minggu setelah Mas Dani menjatuhkan kata talaknya padaku.Hari ini adalah hari yang tak akan pernah aku lupakan.Hari ini aku akan resmi bercerai dengan Mas Dani. Karena sidang perceraian sudah di depan mata.Perih! Sekali rasanya.Apalagi saat membayangkan kenangan manis kami bersama. Saat kami memadu kasih dulu. Saat kami bercanda dan tertawa dalam satu atap yang sama.Kini aku melamun dengan air mata yang tiba-tiba terjatuh di pipi.Dona diasuh oleh adik. Saat ini ia tak berada di dekatku.Entah Dona diajak kemana. Mu