"Halo Nicholas, aku sebentar lagi sampai, tunggu aku sebentar di luar!" seru Sandy nyaring.Nicholas tidak peduli. Dia menutup telepon lalu menunggu sesaat.Banyak mahasiswa-mahasiswi telah datang berkumpul. Persis seperti yang diberitakan, beberapa artis ternama benar-benar datang memeriahkan.Tidak jauh dari sana, Nicholas melihat sosok Yabin Abisai yang sudah lama sekali terkenal di Universitas Mano. Laki-laki itu sedang dikelilingi banyak perempuan. Yang dikenakan sebelas dua belas dengan laki-laki lain, jas hitam yang elegan dan mengundang perhatian. Postur tubuhnya juga memancarkan aura seorang "idola"."Sudah mulai belum?" tanya Sandy sambil berlari mendekat. Jas longgar yang dikenakannya membuatnya terlihat mencolok.Nicholas menggeleng. "Belum, seharusnya sebentar lagi.""Ini ...." Sandy membuka lebar matanya, menatap Karen yang berada di sebelahnya. Dia sungguh tidak percaya penglihatannya sendiri. "Nicholas, kamu jago juga? Kalian bertemu di mana? Berapa harganya sehari?""K
Nicholas terkejut sesaat, lalu mempercepat langkahnya.Raut wajahnya semakin tak karuan ketika sampai di tengah-tengah Sandy dan Karen.Yabin Abisai!Laki-laki yang berdiri di depan Karen adalah Yabin Abisai, sosok yang baru saja dikelilingi banyak sekali penggemar perempuan.Yabin tampak tersenyum manis. Auranya kuat menunjukkan dia adalah seorang pria sejati. "Aku nggak menyangka ada perempuan secantik kamu di universitas kita! Bisa bertemu kamu di sini adalah sebuah berkat! Ini pasti takdir dari alam semesta!"Karen menunduk diam. Wajahnya seketika memerah.Sandy memandang Yabin dengan ekspresi tidak senang."Ada apa ini?" tanya Nicholas.Ketika melihat Nicholas sudah kembali, Karen bergegas menarik lengan baju laki-laki itu dengan satu tangan. Gerakannya begitu alami dan tidak terlihat seperti dipaksa.Yabin dengan jelas mengamati gerak-gerik keduanya. Dahinya tiba-tiba mengerut. Ada secuil kekecewaan yang dia sembunyikan di balik sorot matanya. "Ini pasti teman sekelasmu?" tanyany
Banyak orang yang hadir di tempat itu melihat satu sama lain, mengira-ngira, siapa gerangan perempuan yang membuat Yabin Abisai tertarik.Asal tahu saja, Yabin memiliki banyak sekali penggemar wanita. Walau begitu, tidak pernah ada satu pun skandal tentang dirinya. Tidak satu orang pun tahu juga seperti apa tipe perempuan yang disukainya. Semua penasaran dengan sosok yang berhasil memikat hati si Pangeran Piano."Maksud dia itu kamu! Lagu ini untukmu!" Nicholas berbisik pelan di telinga Karen.Wajah Karen semakin memerah. "Jangan bicara omong kosong!"Nicholas tertawa melihat sikap mengemaskan Karen, tapi kemudian terhanyut oleh suara piano. Alunan musik yang luar biasa keluar dari gerakan jemari Yabin yang gesit. Bak kicauan merdu burung-burung di alam liar, menggetarkan jiwa pendengarnya.Nicholas mengangguk pelan. Dia merasakan kekuatan Yabin memang berada pada permainan pianonya. Wajar saja kalau dia diberi julukan Pangeran Piano. Hanya saja, ada sedikit harmoni di antara perpindah
"Lupakan, aku nggak akan menyombongkan diri di depan banyak orang!" Nicholas tertawa.Atmosfer di sekeliling meja itu seketika memanas."Kamu tahu musik dan ini kesempatan bagus. Kenapa menolak?" Energi Yabin kembali melonjak. Senyum lebar mencuat di wajahnya. "Jangan jadi tong kosong nyaring bunyinya. Kamu bilang permainanku ada yang salah, coba naik dan mainkan satu lagu ...."Orang-orang di sekeliling mereka seketika terdiam. Seakan-akan mereka mendengar ucapan Yabin.Ada orang yang mengatakan ada kesalahan dalam permainan Yabin Abisai? Ada kesalahan di dalam lagu sebagus itu? Siapa orang ini? Apakah dia mengerti musik? Apakah dia mengerti seni?Keheningan itu tiba-tiba digantikan dengan obrolan di antara mereka. Banyak yang memandang jijik Nicholas.Yabin ini bisa dibilang setara dengan idola dari dua kampus berbeda. Setelah bertahun-tahun dia terus-menerus bermain di depan banyak orang, jumlah penggemarnya pun meroket. Banyak orang yang hadir di tempat itu pernah mendengar musikny
Terdengar banyak ejekan dari para penonton. Beberapa dari antara mereka bahkan mencela dan menyuruhnya segera turun dari panggung.Nicholas menoleh ke arah mereka, tersenyum manis seolah tidak terjadi apa-apa. Dia duduk di kursi lalu secara alami menaruh tangannya di atas tuts piano, tak sengaja membunyikan sebuah akor.Tang ....Suara itu lagi-lagi disambut ejekan seisi aula.Nicholas tetap tersenyum dan mulai bermain secara perlahan. Alunan nada satu diiringi nada berikutnya. Melodi menggema hasil permainan tangan kanannya. Dia baru sadar, lagu yang dia mainkan begitu lambat.Orang-orang tiba-tiba tertawa. Lagu sepelan ini, siapa pun selain Nicholas bisa memainkannya dengan mudah. Kalau levelnya hanya seperti ini, apa haknya mengkritik kekurangan di permainan Yabin Abisai?Tatapan para penonton semakin dingin. Mereka terus-menerus meremehkan Nicholas. Akan tetapi, raut wajah Yabin perlahan berubah. Orang lain mungkin tidak tahu, tapi dia tahu persis, lagu yang dimainkan adalah "Harmo
"Bagaimana? Suka, nggak?" Nicholas bertanya kepada Karen tanpa memedulikan Yabin."Em." Karen mengangguk sambil tersipu malu.Wajah Yabin memucat, dia hanya berdiri di tempat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Yabin baru sadar, ternyata Nicholas bukanlah seorang amatir, dia adalah seorang profesional.Dapat memainkan musik karya Franz Liszt adalah impian semua pianis dunia, terutama lagu Harmonies Du Soir yang terkenal dengan kesulitan dan kerumitannya.Tadi, Nicholas sudah mengingatkan Yabin. Kalau ditantang memainkan piano, takutnya Nicholas malah akan mencuri para penggemar Yabin. Namun, Yabin tidak memercayai ucapan Nicholas, tapi sekarang semua telah terbukti.Yabin hendak mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya terasa seperti dicekik. Dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun."Yang penting kamu suka. Aku sudah hampir satu tahun nggak main piano, jari-jariku agak kaku," kata Nicholas sambil tersenyum."Bro, kamu keren banget! Walaupun sudah setahun nggak main piano, kamu masih
Ketika melihat kedekatan Karen dan Nicholas, Felita kesal sampai mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi.Felita marah setiap mengingat Nicholas yang mengingkari janjinya beberapa hari lalu. Selama hidupnya, tidak ada orang yang berani bersikap seperti itu kepadanya. Namun, tidak disangka, berani-beraninya pria miskin seperti Nicholas membohonginya."Kak Colin, lihat mereka, nggak ada sopan santunnya. Yabin saja sampai diusir. Kita nggak bisa diam aja," kata Felita sambil menatap Colin."Tenang saja, aku akan memerintahkan orang untuk mengusir mereka. Memangnya siapa mereka? Ini bukan tempat sembarangan, orang seperti mereka tidak pantas berada di sini," jawab Colin.Felita mengangguk patuh. "Em, jangan biarkan mereka merusak acara ini."Colin segera memanggil para petugas keamanan. Dia merasa berkuasa karena acara hari ini disponsori oleh Mondial Jewelry.Satu bulan yang lalu, Colin mendapatkan informasi dari orang dalam. Katanya, hari ini ada seorang tamu spesial yang akan berse
"Eh, kok nggak adil? Yang lain juga nggak ada undangan," jawab Sandy yang terkejut."Itu urusan mereka. Sekarang, aku cuma minta undangan kalian. Ada, tidak? Kalau tidak ada, cepat pergi!" Edisa berteriak sambil menunjuk ke arah pintu. "Nggak ngaca, ya? Berani sekali datang ke tempat ini."Sikap Edisa sontak membuat Sandy tersinggung. Demi menghadiri acara ini, Sandy sengaja mengenakan jas. Walaupun bukan jas mewah, dia merasa tidak layak diperlakukan seperti ini."Apa hakmu mengusir kami?" tanya Sandy."Aku adalah penyelenggara acara ini, aku berhak mengusirmu! Cepat, pergi dari sini! Oh iya, kamu juga, siapa sih gadis ini? Sok cantik!" Edisa menyindir Karen.Karen yang biasanya bersikap lembut pun langsung memelototi Edisa."Apa lihat-lihat? Cih, gadis murahan! Sana, pergi!" Edisa menunjuk ke arah pintu."Tutup mulutmu!" Nicholas menatap Edisa dengan tatapan dingin. "Kamu undangan?""Memangnya kamu ada?" Edisa bertanya balik. "Jangan banyak omong kosong, memangnya siapa dirimu? Kongl