Share

Kamu Adalah Pelacurku

NOTE :

Part ini mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar. Sekali lagi, author ingatkan. JIKA anda berusia kurang dari 21 tahun, jangan membaca cerita ini dulu ya.

Selamat membaca!

***

Semua terlambat, saat Starla menyadari bahwa itu bukanlah mobil abang grab yang dia pesan. Gadis itu otomatis melepaskan pegangannya pada koper dan berbalik untuk berlari. Perasaan takut muncul begitu saja kala melihat pria tua itu.

Namun, tepat saat itu juga tangannya sudah dicekal dengan cepat. "Kamu pikir kamu mau lari ke mana jalang* kecil?"

Starla memberontak, berusaha melepas tangannya. Dia mulai berteriak tapi Lion dengan cepat menamparnya keras sampai pandangan Starla terasa berkunang-kunang. Ia bahkan bisa merasakan asin darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Apa yang kamu lakukan?! Lepasin dia!" teriak Bima murka, dia tidak terima pada perlakuan kasar Lion pada Starla.

"Aku? Aku hanya akan membawa wanita ini bersamaku," jawab Lion santai. Dia tersenyum miring menatap Bima yang berusaha menerobos dua preman yang dia bawa untuk melindunginya.

"Nggak! Lepasin Starla! Perjanjian kita batal! Aku nggak mau kamu bawa dia, bajingan*!" seru Bima.

"Aku bajingan? Ha ha ha! Kamu pikir siapa yang menjual kekasihnya untuk menukarnya dengan wanita lain? Itu kamu, goblok!" maki Lion. Dia pun langsung menarik Starla masuk ke dalam mobil.

Lagi-lagi, Starla sempat memberontak namun Lion melayangkan sebuah tamparan lagi.

"STARLA!" teriak Bima saat mobil itu tertutup.

Pintu kaca mobil itu dibuka, menampilkan Lion yang sedang tersenyum penuh kemenangan. Di sampingnya, ada Starla yang menangis dan terus berusaha memberontak, melepaskan tangan yang dicengkeram kuat oleh Lion.

"Urus dia!" perintah Lion. Lalu mobil pun melaju meninggalkan tempat itu.

Dua preman yang ada di sana menyeringai taat.

"Ck, kasian. Kalau gue jadi cewek lo, gue pasti udah cekik leher lo sampai mati sejak tadi pagi," ujar salah seorang preman.

"Sama, Sat! Lagian, bukannya ngelindungin eh malah ngejual ceweknya biar jadi pelacurnya si bos! Tolol* banget jadi cowok! Mendingan lo kebiri aja burung lo! Nggak guna!"

"Eh, jangan bilang nggak guna, bro! Seenggaknya berkat dia, kita jadi bisa nyobain ngewe sama cewek cantik bertubuh mulus. Dari pada pelacur-pelacur* murahan yang biasa kita sewa? Nagih cewek tadi ke mana-mana!"

Keduanya tertawa.

Bima yang mendengar mengepalkan tangan kuat. Tanpa banyak basa-basi, ia melayangkan sebuah tinjuan keras ke wajah salah satu preman itu.

"Bangsat*!"

Dan perkelahian pun terjadi.

Bima yang seorang diri dan bertubuh lebih kecil dari pada dua preman berpengalaman itu tentu bisa dikalahkan dengan cepat.

Keduanya memukuli Bima mambabi buta. Tinjuan, jambakan, tendangan semua diterima oleh tubuh kurus Bima. Membuat seluruh tulang sendinya terasa remuk.

Hal itu terjadi selama kurang lebih 15 menit. Karena orang-orang yang ada di warung mulai melihat perkelahian tersebut dan berbondong-bondong menghampiri, dua preman itu segera kabur dari sana. Meninggalkan Bima yang sudah babak belur dan berdarah-darah tak berdaya di tepi jalan.

Dalam kesakitannya, Bima menatap lemah koper Starla yang masih tertinggal di tepi jalan raya. Dia menitikkan air mata dengan penyesalan yang sangat dalam.

Apa yang sudah dia lakukan pada gadis itu?

Lalu kegelapan pun menghampiri. Memaksa Bima untuk tidak sadarkan diri.

***

Lion menyeret Starla memasuki sebuah gedung tua yang jauh dari keramaian jalan raya dan ibu kota. Bau apak dari tempat tersebut tercium, beserta aroma tanaman liar yang merambati dinding.

Tidak ada cahaya sama sekali di luar sana, membuat Starla tidak tau sejauh apa Lion mengajaknya masuk ke dalam. Yang jelas, Starla tau jika halaman gedung tua di depan sangatlah besar dan luas.

"Bos datang, bos datang!"

Terdengar seruan sahut menyahut dari balik dinding. Lion terus menyeret Starla mengikutinya hingga dia sampai pada sebuah pintu kayu besar. Di sana, ada dua orang yang menjaga. Badan mereka kekar-kekar dan besar, membuat nyali Starla menciut saat itu juga.

"Bos!" sapa dua penjaga itu dengan sigap. Mereka melirik Starla sekilas.

"Apa semuanya aman?" tanya Lion.

"Ya, Bos!"

"Bagus," ucap Lion puas. Lalu pintu pun dibukakan.

Starla melihat bagian dalam gedung ini terang benderang oleh lampu, berbeda saat dia berjalan memasukinya. Sepertinya tempat ini sengaja dibuat secara tersembunyi.

Dari luar gedung ini tidak terlihat berpenghuni, namun nyatanya salah. Saat Starla masuk ke sana, ratusan preman dengan berbagai bentuk dan ukuran ada di sana. Ada yang botak, gondrong, besar, gemuk, jangkung, kekar, kurus, kecil dan entahlah. Starla hanya mengernyit karena bau di sana penuh dengan asap rokok dan minuman beralkohol.

Orang-orang di sana tersenyum dan menyapa Lion. Beberapa dari mereka menyempatkan diri untuk menatap Starla dengan pandangan penuh nafsu. Starla semakin menunduk karena tubuhnya mendadak gemetar takut melihat mereka semua.

"Ingatlah wajah-wajah ini. Jika kamu macam-macam dan berani melawanku, aku tidak segan-segan melemparmu pada mereka semua!" ancam Lion yang didengar oleh para preman yang ada di sana. Mereka pun bersorak kegirangan mengetahui hal itu. Beberapa berteriak 'sekarang saja, Bos!' dan sebagian lagi berteriak 'gangbang aja rame-rame!'

Sungguh, Starla dibuat semakin memucat dan merinding. Refleks saja dia memeluk tubuhnya dengan sebelah tangan yang masih bebas.

Lion kembali menyeretnya menaiki tangga lantai dua.

Berbeda dengan lantai satu yang terlihat acak-acakan dan kumuh, lantai dua ini sangat rapi. Lantainya bersih dan terlihat seperti sebuah rumah pada umumnya. Beberapa perabotan yang ada di sana pun adalah barang mewah. Pokoknya sangat berbeda jauh dengan lantai satu.

Di sini Starla merasa seperti memasuki sebuah rumah mewah yang dimiliki oleh orang kaya.

"Bos!"

Jika di lantai satu ada ratusan preman, di lantai dua ini ada sepuluh pria dengan pakaian santai dan lebih bersih. Dari penampilannya, mereka cukup merawat diri. Starla pikir mungkin kedudukan mereka jauh di atas para preman itu.

"Laporannya nanti saja. Aku akan sibuk semalaman dengan mainan baruku ini. Selamat malam anak-anak!" tukas Lion ketika mereka semua berdiri karena menyambut kedatangannya.

Starla sempat melihat ada mata prihatin, tidak peduli dan lagi-lagi penuh nafsu saat melihatnya diseret masuk ke kamar Lion. Cepat-cepat Starla menunduk. Kini dia kian takut.

Sesampainya di kamar, Lion menutup pintu dan menguncinya cepat. Dia berbalik dan menyeringai mendapati Starla yang perlahan mundur menjauh.

"Tolong, tolong jangan lakuin ini sama saya lagi," tukas Starla memelas.

Lion mendengus, melepas dan melempar jas yang dia pakai, berikut dengan dasinya. Dia berjalan mendekati Starla yang langkahnya terhenti karena menabrak sofa.

"Saya mohon," mohon Starla bersungguh-sungguh, tak bisa mencegah mata untuk berkaca-kaca. Entah sudah berapa kali dia menangis dalam sehari ini, yang jelas semua orang di sini, dan terutama Lion, membuatnya ketakutan setengah mati.

Tentu saja, Lion sama sekali tidak menggubris Starla. Dia terus melangkah ke depan hingga jarak antara dia dan Starla terkikis, membuat Starla jatuh terduduk di atas sofa. Hal itu tidak disia-siakan oleh Lion. Pria berwajah tambun itu langsung naik ke atas sofa untuk menindih Starla.

Lion mencium bibir Starla, namun Starla dengan cepat menoleh ke samping sehingga Lion hanya bisa mengenai pipi lembutnya.

Itu tidak masalah bagi Lion. Pria itu malah mengendus dan mulai menjilati wajah cantik itu, turun hingga ke leher putih Starla.

"Aku berani bertaruh, kamu adalah wanita yang langka. Hanya dengan mencium aroma lehermu saja, kejantananku sudah mulai mengeras di bawah sini," bisik Lion jujur. Ia meraih tangan Starla untuk ia arahkan pada juniornya tapi Starla menariknya dengan cepat. Menolak.

"Kenapa? Kamu tidak penasaran dengan ukuran barang yang tadi malam membuat kamu hampir pingsan?" seringai Lion.

Starla menggeleng, dia menggigit bibir. Menahan rasa mual yang tiba-tiba hadir. Ingatan tentang kilas yang terjadi tadi malam menyeruak dan membuat dia bangkit. Starla, menjambak rambut Lion ke atas, dan langsung menggigit kupingnya. Membuat Lion berteriak kesakitan.

"PELACUR BANGSAT!" umpatnya

Kesempatan itu dipakai Starla untuk berguling ke bawah dan segera berdiri. Dia harus kabur dari kamar ini.

Baru saja Starla berlari beberapa langkah, tubuhnya sudah ditimpa sesuatu yang berat dari belakang. Itu Lion, mendekap dan menindih tubuhnya yang ambruk ke lantai. Starla mengerang kesakitan.

"Sakit, bukan?" desis Lion tajam. Dihiraukannya saja telinga yang sudah memerah karena gigitan Starla. Dia beruntung karena Starla tidak menggigitnya sampai berdarah.

"Saya mohon, lepaskan saya," isak Starla mulai putus asa. Dia berusaha bangkit namun Lion menduduki pinggangnya. Perut Starla terasa sakit sebab tergencet ke lantai. Tubuhnya terlalu kecil untuk menahan berat badan Lion.

Bukannya menjawab permohonan Starla, Lion justru menjambak rambut Starla, membuat gadis itu lagi-lagi mengerang karena dipaksa mendongak ke atas dengan sangat.

Lion membungkukkan badan hanya untuk kembali mendesis tajam tepat di telinga Starla.

"Ingat ucapanku, jalang sialan! Jika kamu sekali lagi berani melawanku, aku akan segan-segan untuk menendangmu keluar dari kamar ini!"

Starla menggigit bibir karena merasa kepalanya ingin terlepas dari leher. Jambakan Lion sangat kuat hingga terasa akar rambutnya sudah akan tercabut dari kulitnya.

" ... dan itu berarti kamu harus siap menjadi boneka seks semua anak buahku!" lanjut Lion menggeram.  Lalu tanpa peringatan, pria itu membenturkan kepala Starla ke lantai yang beruntung masih terlapisi oleh karpet tebal.

Namun setebal-tebalnya karpet tersebut, tetap terasa sangat kuat bagi kepala Starla. Lion membuat lagi-lagi pandangannya terasa berputar-putar.

Dalam keadaan setengah sadar itu, Lion membalik tubuh Starla hingga telentang, menyeretnya ke tengah ruangan yang lebih luas dan langsung melucuti pakaian Starla.

Tanpa bisa melawan, Starla hanya bisa pasrah. Dalam setiap hentakan Lion di dalam tubuhnya, dia menangis dan menjerit pilu, namun itu semua justru menjadikan Lion semakin bersemangat menyetubuhinya.

"Kamu ... adalah ... pelacurku... ," kalimat Lion saat dia mencapai puncak kenikmatan. Wajahnya menyiratkan kepuasan yang sangat. Tubuh bagian bawahnya menyentak-nyentak kejantanan untuk semakin masuk ke dalam.

Saat itu Starla tau, jika dia tidak akan pernah bisa keluar dari sini.

Bersambung ...

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status