Share

Hanya Sebuah ....

Author: OptimisNa_12
last update Last Updated: 2023-06-07 00:37:27

Bab 5 Hanya Sebuah ....

"Astaghfirullah." Hanna tersentak ketika kedua matanya bertautan dengan kedua mata Hafiz.

Hafiz tersenyum kecil ketika melihat Hanna tersadar akan tatapannya dan bergegas lari meninggalkan tempat ia berdiri.

Dalam hati Hafiz merasa senang karena melihat wanita pujaannya itu. Namun di sisi lain ia juga merasa bersedih karena akan mustahil jika ingin mendapatkannya. Lantas, bagaimana bisa Hafiz melupakan gadis sandal jepit itu jika mereka akan bekerja di satu tempat yang sama?

***

"Hanna!"

Langkah kaki Hanna mendadak berhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Dan ketika gadis berjilbab putih itu menoleh ia hanya menemukan beberapa murid yang memang sedang berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang. Sama hal nya dengan dirinya. Namun, tak hanya beberapa murid yang ia lihat, Hanna juga menemukan Hafiz yang berada tak jauh darinya sedang berdiri menghadap ke arahnya. 

Hanna sedikit ragu jika yang memanggilnya tadi adalah Hafiz. Sebab, selama ini mereka tak pernah memberitahukan nama mereka masing-masing. Selain itu, Hanna juga merasa jika tak mungkin suami dari sahabatnya itu memanggil dirinya walaupun sebelumnya mereka pernah bertemu. Akan tetapi jika murid-murid yang memanggilnya rasanya lebih mustahil lagi. Karena selama di sekolah para pengajar itu harus dipanggil dengan sebutan ustadz ataupun ustadzah. 

Sayangnya perasaan Hanna barusan ternyata salah. Ya, memang Hafiz lah yang telah memanggilnya. 

Hafiz berjalan menghampiri Hanna. 

"Kamu temannya Mala, ya?" todong Hafiz ketika ia sudah berada di dekat Hanna.                              

Dengan senyum tipis Hanna lantas menjawab, "iya."

Di momen itu sebenarnya Hanna masih merasa agak kecewa dengan takdirnya. Maka karena itu lah ketika dirinya berhadapan dengan laki-laki yang pernah ia sukai itu, Hanna rasanya malas dan ingin cepat-cepat pergi. Akan tetapi karena tak enak hati serta takutnya nanti malah menimbulkan kesalahpahaman di antara mereka dengan terpaksa Hanna tetap berada di tempat. 

"Ada apa, ya?" tanya Hanna berusaha untuk bersikap biasa saja. 

"Oh, itu ... Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan," jawab Hafiz yang membuat Hanna heran. 

"Apa?" balas Hanna yang seakan tak ingin banyak berbasa-basi.

Hafiz terdiam sejenak. Ia tampak ragu untuk mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Padahal gagasan ini sudah ia pikiran matang-matang sebelum ia mengajar di hari pertama di sekolah ini.

Merasa mulai tak nyaman Hanna kembali mengajukan pertanyaan yang sama. Hal apa yang ingin disampaikan suami dari sahabatnya itu. 

Hafiz menghela napasnya. Lalu dengan perasaan yang masih ragu ia nekat bertanya kepada gadis ayu di hadapannya itu. Seorang gadis yang sebetulnya sempat membuat hatinya tertarik ketika ia memberikan sandal jepitnya kala itu.

Dan sebenarnya sampai di detik ini pula lah Hafiz masih tertarik dengan Hanna. Karena itu lah mengapa setelah pernikahannya dengan Mala, lelaki bertubuh tinggi itu belum memberikan nafkah batin kepada istrinya dengan dalih kesehatan Mala itu sendiri.

"Apa benar kalau kamu ...." Hafiz menatap serius ke arah Hanna. Sekuat tenaga laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu berusaha menghapus keraguannya.

Hanna sendiri dibuat deg-degan mendengar kalimat yang belum rampung itu keluar dari mulut laki-laki yang secara tidak langsung membuatnya sakit hati. Namun, apa lah daya? Hanna pun tak kuasa jika harus mendesak apa yang sebetulnya ingin dikatakan Hafiz.

"Apa benar kalau kamu menyukaiku?" 

Duaarrr! 

Bagaikan tersambar petir di siang hari Hanna betul-betul dibuat terkejut sekaligus tak menyangka jika Hafiz akan mengajukan pertanyaan yang membuat dadanya seketika merasa perih.

"Mengapa harus mengajukan pertanyaan itu?" bantin Hanna.

Bagi Hanna yang terpenting saat ini adalah melupakan perasaannya terhadap Hafiz. Tapi, setelah mendengar pertanyaan dari Hafiz barusan sontak hal itu menjadi penyebab terbukanya kembali luka di hati Hanna.

Hanna terdiam sesaat hingga akhirnya ia tersadar akan panggilan dari seseorang yang tak jauh darinya. Hanna menoleh ke arah sumber suara itu lalu mengernyitkan dahinya mana kala mengetahui siapa yang memanggil namanya barusan.

"Hafiz?" gumam Hanna melihat Hafiz dengan wajah tampannya berjalan menghampirinya.

Gadis ayu itu pun lantas menyadari jika barusan apa yang ia alami hanyalah lamunannya semata. Tapi ... Melihat Hafiz yang kini mendekatinya... Bukan kah itu seperti de javu? 

"Astaghfirullah ...." Hanna beristighfar dalam hati.

Seketika ia merasa takut jika apa yang ada di lamunannya tadi akan benar-benar terjadi. Entah akan menjawab apa jika hal itu betul-betul akan ditanyakan oleh laki-laki yang kini bekerja di tempat yang sama dengannya.

"Kamu manggil aku?"Hanna mencoba memastikan jika ia sedang tidak salah mendengar.

"Iya," balas Hafiz yang kini hanya berjarak sekitar dua meteran dari Hanna.

"Ada apa?" tanya Hanna.

Kali ini tak seperti dalam lamunannya. Hanna terlihat lebih santai berhadapan dengan lelaki yang pernah menarik hatinya itu. Yaah, walaupun sekarang ini masih ada sedikit rasa kecewa di hatinya.

"Kamu temannya Mala, ya?" tanya Hafiz.

Hanna yang mendengar pertanyaan Hafiz barusan sontak merasa gelisah. Ketakutan akan lamunannya tadi menjadi kenyataan kini semakin besar. Karena hal itu pula lah yang membuat Hanna terdiam.

Cukup lama Hanna terdiam, sampai pada akhirnya ia tersadar karena teguran dari beberapa muridnya yang kebetulan melewatinya.

"Duuuh, yang terpesona sama Ustadz Hafiz?" ejek salah seorang murid perempuan usai Hanna tersadar.

"Waah, saingan baru nih teman-teman!" timpal murid lainnya.

"Sudah, sudah. Pulang sana," ujar Hanna pada murid-muridnya yang memang senang menggodanya.

Ya, Hanna termasuk salah satu pengajar yang usianya terbilang muda di sekolah itu. Apalagi karena parasnya yang memang cantik serta kepintarannya ditambah statusnya yang masih jomblo membuatnya sering di goda oleh murid-muridnya sendiri. Baik murid laki-laki maupun murid perempuan.

Selain itu Hanna juga cukup disegani oleh teman-teman sesama guru karena ia juga memiliki akhlak yang baik. Sehingga meskipun sering digoda oleh murid-muridnya, hal itu tak menjadikan Hanna lantas mudah di bully oleh siapapun.

"Bye Ustadzah ...." 

Serempak para murid itu pun berpamitan dengan Hanna. Meninggalkannya dengan Hafiz yang di hari pertama mengajar langsung menjadi idola dari beberapa murid yang sudah ia ajar.

"Jangan deket-deket sama Ustadz Hafiz ya, Us! Dia milikku!" pekik seorang murid perempuan ketika ia sudah beberapa langkah meninggalkan tempat Hanna dan Hafiz berada.

Hanna hanya tersenyum sambil menggeleng melihat kelakuan murid perempuannya itu. 

Kepergian beberapa murid tadi membuat Hanna dan Hafiz terjebak di situasi yang canggung. 

"Ada lagi yang mau dibicarakan?" tanya Hanna yang membuat Hafiz tersentak lalu beristighfar.

Hanna bingung melihat ekspresi Hafiz yang seakan sedang memikirkan sesuatu. Sebab itu lah Hanna semakin was-was, jangan-jangan Hafiz ingin menanyakan perihal perasaanya padanya? Sama halnya dengan apa yang tadi ada di lamunannya.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Bawah Ketetapan-Nya (Ketika Dia Bukanlah Takdirku)   TAMAT

    Bab 31 TAMATKeeseokan harinya Nara bersiap untuk mengikrarkan syahadat dengan dibantu oleh Azrul. Teman Yoongi ketika masih tinggal di pondok pesantren. Dan Yoongi sendiri sengaja memilih Azrul karena adanya tujuan tertentu yang berkaitan dengan adik perempuannya.Dengan cara mentalqin, Nara pun mulai mengikuti kalimat syahadat yang diucapkan oleh Azrul. Sampailah pada akhirnya dengan disaksikan keluarganya, Nara resmi menjadi seorang mualaf. Tentu hal ini membuat Yoongi dan Hanna merasa bahagia.Setelah resmi menjadi mualaf, di momen itu Azrul yang kini telah menyandang gelar ustadz di pondok pesantren tempat ia menimba ilmu agama dulu memberikan sedikit wejangan untuk Nara dan orang-orang yang ada di acara tersebut. Dan ternyata wejangan tersebut disambut baik oleh Nara, bahkan dari wejangan ini pula lah yang rupanya membuka hati gadis berusia dua puluh dua tahun itu tertarik pada sosok Azrul."Aduuuh, masak iyaa gue suka sama dia. Tapi dilihat-lihat ... ganteng juga, sih. Kakak gu

  • Di Bawah Ketetapan-Nya (Ketika Dia Bukanlah Takdirku)   Keinginan Nara Untuk Masuk Islam

    Bab 30 Keinginan Nara Untuk Masuk IslamAkhir cerita, kini dua tahun telah berlalu. Di saat itu rumah tangga Hanna dan Yoongi semakin lengkap dengan adanya si kecil di antara mereka yang bernama Yoon Ha Az Zahra. Dan kebahagiaan keluarga kecil itu pun bertambah manakala Nara yang menyatakan jika dirinya ingin masuk islam. "Kak Yoongi bener-bener berubah jauh semenjak masuk islam. Padahal dulu persis kayak kulkas. Ngeselin!" ungkap Nara pada kakak iparnya.Mendengar ucapan adik iparnya, Hanna hanya bisa tertawa kecil. Ia paham apa yang dikatakan Nara barusan, karena sebenarnya Hanna pun terkadang merasakan sifat Yoongi yang seperti kulkas itu. Walaupun begitu, Yoongi adalah laki-laki yang mau belajar terutama dalam ilmu agama, menerima saran dan kritikan dari istrinya serta bertanggung jawab."Terus, apa karena perubahan kakakmu itu kamu pengen masuk islam?" tanya Hanna pada Nara yang duduk di dekatnya.Tanpa ragu Nara pun mengiyakan pertanyaan dari Hanna. Ya, Nara akui perubahan kepr

  • Di Bawah Ketetapan-Nya (Ketika Dia Bukanlah Takdirku)   Dibalik Alasan

    Bab 29 Dibalik Alasan "Kamu tau gak alasan kenapa Hafiz mau membantuku dalam berhijrah?" tanya Yoongi pada Hanna.Mendengar pertanyaan suaminya seketika itu Hanna tersadar kalau selama ini tak pernah terbesit di pikirannya alasan yang membuat Hafiz mau membantu Yoongi. Padahal jika ditarik ke belakang, bisa dibilang Hafiz termasuk saingan dari Yoongi untuk mendapatkan Hanna. Walaupun saat itu Hafiz telah menikah."Emangnya apa alasannya, Mas?" tanya Hanna seraya membenarkan posisi duduknya.Yoongi pun memalingkan wajahnya ke arah lain dan mengingat kembali bagaimana perjalanannya mengenal agama islam. Berawal dari tantangan yang diberikan oleh Hafiz, di situlah perjalanan spiritualnya dimulai. Dengan bantuan Hafiz dan Mas Hamzah serta para asatidz di pondok pesantren membuat Yoongi lebih mudah beradaptasi dengan agama barunya itu."Hafiz menginginkan kamu bahagia," kata Yoongi yang membuat Hanna terperangah."Bahagia? Maksudnya?" tanya Hanna keheranan.Yoongi pun terdiam sesaat dan m

  • Di Bawah Ketetapan-Nya (Ketika Dia Bukanlah Takdirku)   Malam Terindah

    Bab 28 Malam TerindahDi momen itu bukan hanya Hanna dan Yoongi saja yang berbahagia, tetapi juga orang-orang yang ikut serta dalam acara pernikahan yang digelar secara sederhana tersebut. Sayangnya, tak lama setelah itu kebahagiaan tersebut tiba-tiba terhenti manakala Hanna dan Yoongi melihat kehadiran Sheila bersama temannya, Rika. Di saat itu Hanna pun teringat dengan cerita dari Tante Yunita. Karena kehadiran Sheila yang tiba-tiba itu tentu saja membuat suasana yang tadinya bersuka cita mendadak berubah menegangkan. Hanna betul-betul merasa khawatir kalau-kalau Sheila akan berbuat kerusuhan di acara bahagianya kali ini."Biar aku yang bicara," kata Yoongi yang mencoba menenangkan wanita yang baru saja menjadi istrinya itu."Tapi Mas ...."Tanpa menghiraukannya istrinya, Yoongi pun berjalan mendekati Sheila dan Rika berada. Beberapa saat kemudian disusul pula oleh Tante Yunita yang juga penasaran dengan tujuan Sheila mendatangi mereka."Mau apa kamu?" tanya Yoongi tanpa basa-basi.

  • Di Bawah Ketetapan-Nya (Ketika Dia Bukanlah Takdirku)   Pernikahan

    Bab 27 Pernikahan Mendengar balasan dari Hanna, Tante Yunita pun tersenyum tipis dan kembali berkata ," bagus. Tapi ada satu hal yang ingin Tante minta dari kamu. Dan tentu saja Yoongi tidak boleh tau soal ini."Belum lama mendapatkan sebuah kebahagiaan, setelah mendengar ucapan Tante Yunita barusan malah membuat Hanna down. Permintaan apa yang harus ia penuhi dan tidak boleh diketahui oleh Yoongi?***Pagi itu sinar matahari yang cerah mulai meninggi hingga memasuki sebuah ruangan sederhana di salah satu rumah. Hanna, gadis berparas ayu itu masih saja termenung di depan sebuah gaun berwarna putih yang terpajang di hadapannya. Ia masih tak percaya jika hari ini, tepatnya sekitar dua pekan yang lalu setelah pertemuannya dengan Tante Yunita, adalah hari pernikahannya dengan laki-laki yang tak sengaja ia temui beberapa tahun silam.Kala itu wanita paruh baya tersebut memang memberikan jalan bagi Hanna untuk menikah dengan anak lelakinya. Namun, pernikahan tersebut harus dilaksanakan sec

  • Di Bawah Ketetapan-Nya (Ketika Dia Bukanlah Takdirku)   Restui atau tidak?

    Bab 26 Restui atau tidak?Namun, ternyata sikap yang ditunjukkan Hanna tersebut malah membuat wanita muda itu merasa tertantang. Wanita itu pun berniat untuk melakukan sesuatu pada Hanna. Beruntung aksi jahat dari wanita muda itu tiba-tiba terhenti ketika ia mendengar teriakan dari seseorang yang berada di luar halte bus. Hanna yang waktu itu tidak menyadari akan dijahati, seketika pun pandangannya juga teralihkan mendengar teriakan seseorang tersebut.Dan betapa terkejutnya Hanna ketika melihat siapa yang berteriak dari arah luar bus tersebut. Sheila.Benar. Seseorang yang berteriak memanggil wanita muda di sebelah Hanna barusan adalah Sheila. Perempuan yang dulu pernah dijodohkan dengan Yoongi."Rikaaa!!!" teriak Sheila yang memanggil wanita muda yang sejak tadi mencemooh Hanna.Setelah melihat kemunculan Sheila yang tiba-tiba, di detik itu juga Hanna mengalihkan pandangannya secepat kilat. Meskipun waktu sudah berlalu bertahun-tahun, namun perasaan takut akan diperlukan seperti dul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status