Share

Bab 92

last update Last Updated: 2025-05-18 17:10:05

Lavanya terpaksa mengikuti langkah Ophelia yang membawanya ke sebuah lounge kecil di samping ballroom. Di dalam hatinya Lavanya bertanya-tanya, beres-beres apa yang dimaksud orang tua Danish itu?

Ruangan tersebut sepi. Terdapat dua buah sofa tunggal dan meja bundar. Ophelia lebih dulu menempatkan diri di salah satu sofa tersebut.

"Silakan duduk." Ophelia menyilangkan kakinya. Tangannya bergerak mengambil cangkir berisi teh dari nampan porselen.

Lavanya lantas duduk di hadapan Ophelia. Ia mengatur posisinya dengan sopan.

"Mau teh?" Ophelia menawarkan.

"Terima kasih, Bu, tadi saya sudah minum." Lavanya menolak tawaran itu. Lebih karena kegugupannya.

Ophelia menyesap tehnya sekali lagi kemudian meletakkan cangkir di atas meja. Perempuan itu menatap Lavanya dengan intens. Caranya membuat Lavanya semakin gugup.

"Ternyata kalau dirias dan pakai pakaian bagus kamu lumayan juga."

Bibir Lavanya terkatup erat. Ia tahu persis itu bukanlah sebuah pujian, melainkan penilaian.

"Kamu dari keluarga m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 94

    Lavanya tidak perlu menunggu lama karena Verona menjawab dengan cepat. "Wajib, Nya. Kenapa tiba-tiba nanya begitu?"Lavanya menatap layar ponsel sesaat sebelum akhirnya meletakkan di atas nakas. Ia memilih tidak membalas. Jari-jemarinya terasa kaku. Dadanya begitu sesak menjelaskan apa pun malam ini.Lavanya menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba menenangkan diri. Tapi rasa sesak itu tidak mau berakhir.Lavanya tahu, keputusannya untuk keluar dari kehidupan Danish akan mengubah segalanya. Tapi ini adalah yang terbaik. Malam semakin larut, kesunyian menguar kian jelas. Namun kepala Lavanya justru bertambah riuh. Ditatapnya langit-langit kamar sambil membelai rambut Belia yang tergerai. Ia tidak tahu harus ke mana setelah ini. Lavanya tidak punya orang tua. Tidak juga keluarga. Mungkin ia kembali ke kota A saja, tempat penuh luka yang sudah ditinggalkannya. Bersama mata bengkak dan tubuh yang terlalu letih, Lavanya akhirnya bisa memejamkan mata. Bukan karena pikirannya sudah tenang,

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 93

    Waktu terus bergulir di bawah cahaya lampu ballroom yang megah. Danish masih berdansa dengan Agatha. Perempuan itu berusaha keras menarik perhatiannya. Menahan agar Danish hanya tertuju padanya.Agatha memerhatikan dengan cermat setiap gerak-gerik Danish. Ia tahu lelaki itu sedang tidak fokus.Meski raganya bersama Agatha, tapi pikiran Danish tidak jauh dari Lavanya. Matanya menyapu setiap penjuru ballroom, namun tidak menemukannya."Nyari apa, Nish?" tanya Agatha yang menyadari kegelisahan lelaki itu."Lavanya," jawab Danish singkat."Perempuan yang tadi?"Danish mengangguk lalu menjauhkan tangan dari pinggang Agatha, menghentikan acara dansa mereka."Mau ke mana, Nish?" "Ada urusan." Lalu Danish melangkah cepat, menjauh dari Agatha."Danish! Tunggu aku dulu!" Agatha mencoba mencegah, namun Danish tidak menghiraukannya. Ada yang lebih penting dari perempuan itu dan segalanya. Lavanya."Di mana kamu, Nya?" Danish menggumam sembari kakinya melangkah mengelilingi ballroom. Sepasang mat

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 92

    Lavanya terpaksa mengikuti langkah Ophelia yang membawanya ke sebuah lounge kecil di samping ballroom. Di dalam hatinya Lavanya bertanya-tanya, beres-beres apa yang dimaksud orang tua Danish itu?Ruangan tersebut sepi. Terdapat dua buah sofa tunggal dan meja bundar. Ophelia lebih dulu menempatkan diri di salah satu sofa tersebut."Silakan duduk." Ophelia menyilangkan kakinya. Tangannya bergerak mengambil cangkir berisi teh dari nampan porselen.Lavanya lantas duduk di hadapan Ophelia. Ia mengatur posisinya dengan sopan."Mau teh?" Ophelia menawarkan."Terima kasih, Bu, tadi saya sudah minum." Lavanya menolak tawaran itu. Lebih karena kegugupannya.Ophelia menyesap tehnya sekali lagi kemudian meletakkan cangkir di atas meja. Perempuan itu menatap Lavanya dengan intens. Caranya membuat Lavanya semakin gugup."Ternyata kalau dirias dan pakai pakaian bagus kamu lumayan juga."Bibir Lavanya terkatup erat. Ia tahu persis itu bukanlah sebuah pujian, melainkan penilaian."Kamu dari keluarga m

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 91

    Jantung Lavanya menghentak dengan cepat begitu menyadari siapa wanita yang tengah memandang padanya.Wanita itu mengenakan gaun malam emerald dengan desain couture Eropa klasik. Gaun tersebut terbuat dari bahan velvet premium yang jatuh anggun mengikuti gerak tubuhnya. Lengan gaun itu dilapisi tulle transparan bertabur kristal kecil yang menciptakan efek kilau setiap kali wanita itu bergerak. Sedangkan rambutnya disanggul rendah. Anting panjang berbatu zamrud menjuntai di kedua telinganya dan memantulkan cahaya setiap kali wanita itu menoleh. Sebuah jam emas melingkar di pergelangan tangannya. Jam tangan itu terlihat mahal walau dipandang dari jauh.Wanita itu berdiri tidak jauh dari panggung utama. Meski ia dikelilingi oleh teman-temannya, namun tatapannya terarah tajam pada Lavanya yang sedang berdansa dengan Danish.Wanita itu adalah Ophelia, maminya Danish.Sadar terlalu lama memandang, Ophelia membuang muka, tepat di saat Lavanya hendak tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 90

    Lavanya menatap kalender kecil di atas meja kerjanya. Ada lingkaran merah dari spidol mengelilingi tanggal pada hari Sabtu yang akan jatuh besok hari.Sabtu besok adalah acara ulang tahun perusahaan. Dan seperti kebiasaan sejak bertahun-tahun sebelumnya, setiap perusahaan berulang tahun selalu diselenggarakan dengan besar-besaran. Tak terkecuali tahun ini. Lavanya termenung. Ia hampir tidak pernah hadir dalam acara seperti itu. Lavanya merasa canggung berbaur bersama para eksekutif dan tamu perusahaan lainnya. Denting notifikasi dari ponselnya menarik kesadaran Lavanya. Ada pesan dari Danish."Jangan lupa besok acara ulang tahun perusahaan."Lavanya langsung membalas."Nggak lupa kok.""Pake gaun yang cantik ya. Sekali-sekali nggak ada salahnya kamu tampil beda. Aku pengen kamu jadi yang paling bersinar besok malam."Lavanya mengingat tumpukan pakaian di lemarinya lalu menjawab, "Aku nggak punya gaun yang bagus, Nish.""Kita beli nanti sore."Sore harinya Danish mengajak Lavanya ke

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 89

    Danish menghela napas. Ditatapnya Lavanya dengan lebih lekat. Pertanyaan perempuan itu terdengar emosi."Aku harus meluruskan sesuatu."Lavanya diam, menanti kelanjutan perkataan Danish. "Yang dibilang Yunia itu nggak sepenuhnya benar. Dulu aku memang pacaran dengan adik Yunia. Namanya Agatha."Sesuatu yang tajam dan tidak kasat mata terasa menusuk hati Lavanya. Membuatnya perih dan kesakitan. Entah kenyataan pahit apa lagi yang akan didengarnya setelah ini. Banyak pertanyaan berputar-putar di kepalanya saat ini yang membuatnya pusing.Kenapa Danish dan Agatha bisa bercerai? Di mana mantan istrinya itu kini? Dan sudah berapa anak mereka?"Lalu?" tanya Lavanya tidak sabar."Aku dan Agatha nggak pernah menikah. Kami putus di tengah jalan." Danish melanjutkan ceritanya dengan hati-hati. Lelaki itu begitu menjaga susunan kalimatnya."Nggak pernah menikah? Aku dengar sendiri dengan telingaku lho, Nish! Tadi Yunia bilang aku mirip mantan istri kamu," tanggap Lavanya ketus. Kenapa Danish m

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 88

    Pagi itu Lavanya datang ke kantor lebih awal. Ia menggunakan mobil yang dipinjamkan Danish. Lavanya sebut begitu karena ia tidak tahu pastinya apa lelaki itu meminjamkan atau memberikan padanya. Lagipula menurut Lavanya Danish tidak mungkin memberikan mobil mahalnya.Lavanya masih merasa canggung memakainya. Apalagi dengan warnanya yang mencolok banyak yang memerhatikannya. Yang kedua, di antara mobil para karyawan Serenity, mobil yang Lavanya pakai adalah yang paling mahal.Dugaan Lavanya terbukti tidak salah. Beberapa kali ia mendengar para karyawan menggosip, membicarakan dirinya, terlebih mengenai mobilnya itu. Mereka berpikir bagaimana mungkin anak baru seperti Lavanya bisa membeli mobil semahal itu?Memang, gaji sebagai asisten pribadi Danish sangat tinggi. Tapi menurut mereka ini terlalu cepat. Seharusnya Lavanya mengumpulkan uangnya dulu. Meski demikian Lavanya tidak ambil pusing. Ia tidak menggubris gosip buruk mengenainya. Ia terus bekerja dengan tekun dan mendampingi Dani

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 87

    "Biasanya yang jadi asisten pribadi Pak Danish itu orangnya cantik, modis, pintar dan berkelas."Perkataan yang disampaikan dengan santai namun menusuk itu terus membuat keributan di kepala Lavanya. Cara Wuri mengucapkannya seolah Lavanya tidak masuk satu pun pada kategori di atas.Lavanya memilih untuk tidak membalas. Ia hanya tersenyum elegan."Well, Lavanya. Mungkin kamu cuma lagi hoki. Sekarang ayo aku kenalin sama temen-temen lain."Lavanya menurut ketika Wuri memimpin langkah menuju pantry. Di sana banyak karyawan lain. Ada yang sedang sarapan pagi. Ada yang sedang membuat kopi. Dan ada juga yang cuma bengong mendengarkan celotehan teman di sebelahnya."Hai, Guys, ada anak baru nih!" seru Wuri memberi tahu.Seluruh yang hadir di sana serentak memandang pada Lavanya. Lavanya memberi senyum sopan sambil menganggukkan pelan kepalanya. Beberapa dari mereka membalas senyumnya. Sebagian yang lain hanya melirik sekilas kemudian kembali pada aktivitas masing-masing. Tapi ada juga yang

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 86

    Danish membawa Lavanya ke sebuah apartemen yang terletak di kawasan Jakarta Selatan. Bangunannya menjulang elegan, dengan arsitektur masa kini dan sistem keamanan dua puluh empat jam. Ketika lift mengantar mereka ke lantai dua belas, Lavanya menggenggam tangan Belia erat-erat. Ia merasa sedikit gugup, sedangkan Belia begitu antusias.Langkah kaki mereka terhenti tepat di depan unit Lavanya. Aroma wangi khas pengharum ruangan menyeruak ketika Danish membuka pintu. Interior apartemen Lavanya didominasi oleh warna putih dan abu-abu."Ada dua kamar di apartemen ini," jelas Danish sembari meletakkan koper Lavanya. "Semua peralatannya lengkap, kamu tinggal pakai. Aku udah siapin semuanya. Aku ingat, dulu biasanya saat hari Minggu kamu suka masak atau eksperimen resep-resep baru." Danish melanjutkan sembari menunjukkan dapur modern di apartemen itu pada Lavanya. Lavanya menelan ludah yang tiba-tiba terasa kelat. Ternyata Danish tidak melupakan kebiasaan-kebiasaan kecilnya dulu. Dan itu memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status