Share

Bab 12

Author: Ajeng padmi
last update Huling Na-update: 2025-08-14 16:24:06

“Langsung saja ke toko, aku tidak lapar,” kata Cahaya.

Pertengkaran tadi telah membuat nafsu makannya hilang sudah. Dia tahu ayahnya sudah tidak lagi menyayanginya sejak lama, tapi dia tak pernah menyangka sang ayah akan menjegal kebahagiaannya demi anak tirinya, setidaknya itu yang terlihat di mata mereka.

Dia sama sekali tidak tahu apa salahnya pada pasangan ibu dan anak itu, mereka sebelum ini tidak saling kenal. Kenapa mereka sangat bernafsu untuk menghancurkan kebahagiaannya.

“Tapi aku lapar,” kata Ary tak terbantahkan, dia bahkan tak mau repot-repot membuka helmnya, tapi suaranya cukup jelas di telinga Cahaya.

“Kalau begitu turunkan aku di sini, kamu bisa makan sendiri,” kata Cahaya kesal, bukan hanya pada Ary tapi juga pada keadaan yang megharuskannya berteriak untuk mengalahkan hiruk pikuk kendaraan pagi ini apalagi Ary menjalankan motornya meliuk-liuk seperti pembalap membuatnya harus memeluk laki-laki itu erat-erat.

“Enak saja, kamu harus temani aku, kalau mau turun
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 82

    Cahaya memang ingin menghukum ayahnya atas sikap kejamnya pada sang ibu. Bahkan dia memang berdoa supaya pernikahan sang ayah dengan istri barunya kandas, agar ayahnya tahu kalau hanya sang ibu wanita yang mau dan mampu untuk mendampinginya dalam keadaan apapun. Sekarang dia menyesali do’anya. Cahaya kira absennya Tari dan mamanya saat sang ayah dirawat di rumah sakit hanyalah bentuk protes dari mereka karena cemburu dan takut ayahnya akan kembali pada ibunya. Nyatanya Cahaya terlalu naif jika menilai kalau dua orang itu tulus mencintai ayahnya. Mereka memang sibuk...sangat sibuk, untuk berbagi kesenangan dengan orang lain di saat sang ayah tergolek lemah di ranjang rumah sakit. Apa ini yang dinamakan karma. Dia berusaha keras menipu dirinya kalau ini adalah hal yang dia inginkan, dia senang ayahnya terbebas dari wanita itu, tapi hati kecilnya tidak bisa menampik dia kasihan melihat wajah ayahnya, kemarahan berbalut rasa kecewa dan juga putus asa. Bahkan sekarang dia merasa kh

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 81

    Bahkan sampai hari kedua papanya dirawat kedua orang itu sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Cahaya tak tahu kalau mereka benar-benar manusia tak punya hati. Apa sekarang sang ayah bisa membela lagi keluarga barunya itu. Bukannya Cahaya keberatan menunggui ayahnya di rumah sakit, tidak sama sekali. Dia malah senang, paling tidak dia bisa mengobati rasa rindunya selama ini dia bisa memeluk dan mencium ayahnya seperti dulu tanpa takut sang ayah tiba-tiba bangun dan memergoki kelakuannya. Dan satu jam yang lalu sang ayah sudah terbangun dalam keadaan kebingungan dan nama Cahaya dan mamanya yang dipanggil. Membuat wnaita itu bertanya-tanya apa sebenarnya sang ayah masih sangat mencintai ibunya dan mulai menyesali keputusannya menikahi wanita itu. "Kenapa papa nekad menemui mama?" Tanya Cahaya setelah sang ayah bangun sadar. Sang ayah hanya diam saja dengan kepala menunduk. "Pa aku bertanya pada papa?" Desak wanita itu lagi. "Papa hanya ingin minta maaf pada mama. Mama

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 80

    Cahaya sakit. Badannya tiba-tiba saja demam saat mereka akan mengunjungi rumah keluarga ayahnya. Terpaksa Ary menunda kepergian mereka ke sana, dan segera membawa Cahaya ke rumah sakit meski wanita itu bersikeras kalau dia baik-baik saja dan akan sembuh dengan sendirinya jika tidur nyenyak. Ary merasa bersalah tentu saja. Padahal Cahaya sudah menolak awalnya tapi dia terus memaksa. "Jadi istri saya tidak perlu rawat inap, dok?" Tanya Ary. "Tidak, ibu Cahaya bisa pulang dan beristirahat di rumah saja." Sepanjang perjalanan pulang wanita itu menampilkan wajah masam, Ary yang merasa bersalah memilih menutup mulutnya. "Makanya kalau aku bilang aku nggak mau ya nggak mau, kamu ngeyel banget yang tahu kondisiku ya aku sendiri," omel Cahaya. Seperti biasa Ary hanya meringis menerima omelannya. Wanita itu segera minum obat yang diberikan dokter dan naik ke atas ranjang. Ary meninggalkan wanita itu sendiri dan menuju ruang tengah ada hal yang harus dia kerjakan, sebenarnya bukan pe

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 79

    Entah apa yang terjadi pada suami baru ibunya itu, Tari tak tahu. Dia bahkan memotong uang bulanan untuknya, dan tidak ada lagi acara liburan keluarga seperti biasanya. "Pa, minggu depan ulang tahunku. Aku ingin merayakannya di bali." "Pergilah," kata sang ayah entah maksudnya pergilah ke bali atau pergi dari sini. Tari menghentakkan kakinya kesal, dia lalu menyusul ibunya di dapur, sedang mengawasi simbok yang membuat makan malam. "Ma!" Teriak Tari kesal saat melihat ibunya sama sekali tak mendengar panggilannya dan malah lebih fokus memarahi simbok. Memang pembantu tua itu sama sekali tidak becus lagi kerjanya, apalagi dia juga antek Cahaya. Ingin sekali Tari memecat wanita tua itu dan menggantikannya dengan yang lebih muda dan sudah pasti akan nurut apapun ucapannya. Sayangnya ayah tirinya itu mengancam akan menghapus uang bulannya jika dia sampai berani mengganggu simbok apalagi sampai memecatnya. "Ada apa, kenapa kamu berteriak seperti itu mama tidak tuli," kata sang

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 78

    "Apa tadi malam papa pulang dengan selamat sampai rumahnya?" Tanya Cahaya. Wanita itu masih betah bergelung dalam pelukan suaminya, padahal ini sudah jam sembilan lewat. "Kamu mengkhawatirkannya setelah apa yang dia katakan tadi malam." "Ri, please," kata Cahaya dengan nada memohon. "Aku minta pak Joko membuntutinya dan dia pulang dengan selamat, seharusnya papamu bersyukur kamu masih peduli padanya." "Dia papaku, ok." "Baiklah trserah kamu saja," kata Ary setengah jengkel, laki-laki itu ingin bangun tapi Cahaya memeluk tubuhnya erat sampai dia tak bisa bergerak. Awalnya tentu saja dia sangat senang Cahaya mau memeluknya seperti ini, dia bahkan sudah berharap melakukan apapun yang ada di kepalanya bersama sang istri tapi sialnya dia baru ingat kalau Cahaya sedang datang bulan. "Sekarang lepaskan aku, ini sudah siang." Cahaya langsung melepaskan pelukannya pada Ary dengan dengan malu, kenapa sejak tadi dia tidak sadar kalau Ary risih dengan perbuatannya. Otaknya pasti sudah m

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 77

    "Pa-pa, ehm... Sudah lama di sini kenapa tidak menghubungiku?" Tanya Cahaya sediikit terbata. Ary menatap istrinya, sebenarnya dia merasa kasihan karena Cahaya terlihat sekali seperti akan pingsan karena lelah, tapi dia tidak mungkin mengusir mertuanya. Meski sudah lama hidup dan besar dijalanan dengan kehidupan yang penuh kekerasan tapi Ary juga tahu sopan santun. "Silahkan masuk," kata Ary sambil merangkul bahu istrinya. Lidahnya masih kelu saat akan memanggil laki-laki ini dengan panggilan papa secara langsung, apalagi saat dia tahu apa yang laki-laki ini lakukan pada istrinya, makin hilanglah respeknya, tapi dia tidak ingin istrinya kecewa padanya. Cahaya memang sering kali bertengkar dengan ayahnya tapi dia tahu sang istri sangat menyayangi laki-laki yang menjadi penyebabnya ada di dunia ini. "Bersihkan diri dulu, biar aku temani papamu sebentar," bisik Ary pada istrinya. Cahaya menatap suaminya sejenak lalu mengangguk. "Bentar, pa. Aya mau mandi dulu," katanya yang diang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status