Share

Bab 11

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-08-14 10:15:29

Tari menginginkan Ary.

Memangnya apa yang membuat anak tiri ayahya itu tertarik? Uang?

Ah tentu saja jangan ditanya, ibu dan anak itu memang pecinta uang dan akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang.

Cahaya merebahkan tubuhnya, kalau memang Tari menginginkan laki-laki itu dia tidak masalah, lagi pula dia tidak berhutang apa-apa.

Uang yang diberikan Agung Hartawan maupun modal yang diberikan Ary untuk toko sang ayah tidak akan dia nikmati.

Cahaya berusaha memejamkan matanya, dia berkeras menolak resah yang dia rasakan jika akhirnya nanti Ary akan memilih Tari.

Dia hanya perlu realistis saja, ini akan menguntungkannya, setidaknya Tari tidak akan merepotkan ayahnya lagi dan yang paling penting akan segera pergi dari rumah ini.

Cahaya sudah akan masuk ke alam mimpi saat ponselnya menjerit minta perhatian, nomer baru terpampang di layarnya.

Seharusnya Cahaya tidak harus peduli dengan nomer itu tapi nomer itu terus bebal melakukan panggilan hilanga membuatnya kesal.

“Syukurlah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 15

    “Bisanya cuma ngadu,” gumam Cahaya sambil menghabiskan ayam goreng miliknya. Untung saja makanannya sudah habis saat terdengar suara papanya datang dan dua benalu untuk langsung menyambutnya dan mengadukan apa yang terjadi tadi, tanpa repot-repot merendahkan suaranya. “Kita harus menjamunya dengan baik kan, Pa tapi Aya malah marah dan mendorong mama.” Aya memegang cangkir tehnya dan menyesap isinya sedikit sambil menanti apa yang akan dilakukan ayahnya. Dulu ayahya akan menjadi hakim yang adil jika dia bertengkar dengan teman atau saudara sebayanya, sang ayah akan bertanya dengan lembut kejadian menurut versi kedua belah pihak lalu saat tahu Cahaya yang salah, sang ayah akan menasehati dengan lembut tapi tegas, sehingga membuat Cahaya segan untuk mengulangi perbuatan salah yang sama. Akan tetapi hal itu rasanya sudah lama sekali tak terjadi, mata dan hati ayahnya seolah tertutup rapat. Bahkan dia tak segan menghukum Cahaya hanya karena aduan satu pihak dari kedua benalu itu. Cah

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 14

    “Gadis yang sangat beruntung.” Ary menoleh dan wajahnya berubah datar saat melihat siapa yang ada di belakangnya. “Sejak kapan kamu ada di sini?” “Cukup lama untuk melihat kalian yang sarapan bersama padahal aku juga belum sarapan,” kata laki-laki itu dengan tampang memelas yang sama sekali tak berhasil mempengaruhi Ary. Ary menatap tajam laki-laki di depannya itu membuat laki-laki itu mengangkat tangannya tanda menyerah. “Ada apa?” Laki-laki itu menyerahkan sebuah map pada Ary. “Dua minggu lagi, kenapa baru kamu berikan padaku sekarang! Brian kamu tahu betapa pentingnya tugas ini!” kata Ary berang. “Maaf, bos. Pak Dewa langsung yang mengintruksikan, lagi pula masih dua minggu lagi dan aku sudah cek jadwalmu kosong hari itu.” Ary terdiam sebentar tapi pandangannya begitu tajam pada lawan bicaranya. “Kenapa sebelum bicara dengan pak Dewa kamu tidak memastikan padaku dulu.” Nada bicaranya tenang, tapi mampu membuat lawan bicaranya tanpa sadar melangkah mundur. Salah satu klien

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 13

    Ary menggelengkan kepalanya dengan takjub bahkan sampai tubuh gadis itu tak terlihat lagi. “Dia tidak berubah sama sekali.” Ingatan Ary melayang pada peristiwa bertahun-tahun silam tapi masih begitu jelas dalam ingatannya seolah peristiwa itu baru saja terjadi kemarin. Ary menatap tubuh-tubuh yang bergelimpangan di depannya dengan pandangan tajam, erangan kesakitan terdengar bersahutan dari dua puluh orang yang berhasil dirobohkannya, sedangkan di belakang sana orang-orang meringkuk ketakutan melihat caranya membereskan lawan. Bau anyir darah tercium memuakkan di udara, tapi itu sama sekali tidak membuat Ary goyah, luka di tangannya juga mengucurkan darah segar, tapi itu bukan masalah untuknya, kehidupannnya memang sudah keras sejak kecil, tangis dan darah bukan hal yang asing baginya. Pertempuran bukan hal asing di dua puluh tahun hidupnya ini, sejak kanak-kanak dia terbiasa dengan semuanya dan makin terbiasa setelah dia bekerja untuk mengawal orang-orang yang bisa membayarnya d

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 12

    “Langsung saja ke toko, aku tidak lapar,” kata Cahaya. Pertengkaran tadi telah membuat nafsu makannya hilang sudah. Dia tahu ayahnya sudah tidak lagi menyayanginya sejak lama, tapi dia tak pernah menyangka sang ayah akan menjegal kebahagiaannya demi anak tirinya, setidaknya itu yang terlihat di mata mereka. Dia sama sekali tidak tahu apa salahnya pada pasangan ibu dan anak itu, mereka sebelum ini tidak saling kenal. Kenapa mereka sangat bernafsu untuk menghancurkan kebahagiaannya. “Tapi aku lapar,” kata Ary tak terbantahkan, dia bahkan tak mau repot-repot membuka helmnya, tapi suaranya cukup jelas di telinga Cahaya. “Kalau begitu turunkan aku di sini, kamu bisa makan sendiri,” kata Cahaya kesal, bukan hanya pada Ary tapi juga pada keadaan yang megharuskannya berteriak untuk mengalahkan hiruk pikuk kendaraan pagi ini apalagi Ary menjalankan motornya meliuk-liuk seperti pembalap membuatnya harus memeluk laki-laki itu erat-erat. “Enak saja, kamu harus temani aku, kalau mau turun

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 11

    Tari menginginkan Ary. Memangnya apa yang membuat anak tiri ayahya itu tertarik? Uang? Ah tentu saja jangan ditanya, ibu dan anak itu memang pecinta uang dan akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang. Cahaya merebahkan tubuhnya, kalau memang Tari menginginkan laki-laki itu dia tidak masalah, lagi pula dia tidak berhutang apa-apa. Uang yang diberikan Agung Hartawan maupun modal yang diberikan Ary untuk toko sang ayah tidak akan dia nikmati. Cahaya berusaha memejamkan matanya, dia berkeras menolak resah yang dia rasakan jika akhirnya nanti Ary akan memilih Tari. Dia hanya perlu realistis saja, ini akan menguntungkannya, setidaknya Tari tidak akan merepotkan ayahnya lagi dan yang paling penting akan segera pergi dari rumah ini. Cahaya sudah akan masuk ke alam mimpi saat ponselnya menjerit minta perhatian, nomer baru terpampang di layarnya. Seharusnya Cahaya tidak harus peduli dengan nomer itu tapi nomer itu terus bebal melakukan panggilan hilanga membuatnya kesal.“Syukurlah

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 10

    “Kenapa papa setuju Cahaya menikah dengan Ary?” Cahaya yang akan masuk ke dalam rumah langsung menghentikan langkahnya. Itu suara Tari, dan pasti sang ayah sudah menceritakan semuanya pada istri dan anak barunya, tapi yang membuat Cahaya penasaran adalah kenapa Tari yang katanya anak rumahan yang baik hati dan  lemah lembut sampai tahu tentang laki-laki itu, sedangkan dia yang hobi nongkrong sampai malam sama sekali tidak tahu?Cahaya tadinya berharap menemui dokter Natasya supaya bisa membawa Ary ke RSJ kembali tapi kenyataan yang dia dapat malah lebih mengerikan dari pada mempunyai calon suami gila. Laki-laki itu kejam dan tanpa ampun, itulah yang dia simpulkan dari keterangan sang dokter, meski dia dua kali pertemuan mereka Ary tidak menunjukkan sikap itu, atau karena laki-laki itu cukup tertarik padanya. Pikiran terakhir itu bahkan tak membuatnya lebih baik. Cahaya tanpa sadar menggigil ketakutan dia ingat betul kondisi anak buah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status