Makan siang hari ini menjadi saat-saat yang jauh lebih menyebalkan, bahkan lebih memuakkan daripada saat ada Tammi dalam kehidupan mereka.
Kedatangan kedua mertuanya untuk pertama kali, menjadi sebuah tornado besar yang akan kembali membuat bahtera indha mereka terkoyak.
Sejumlah menu kesukaaan mertuanya sudah dimasak dengan sepenuh cinta oleh Jingga. Namun mereka bahkan tak mau mencicipinya sedikitpun. Masih terngiang jelas penolakan Mama Badai atas semua tentang dirinya beberapa menit yang lalu.
"Maaf Badai, kau lupa jika mama tak suka makanan rumahan? Ayoo, ikut dengan kami atau kau terpaksa kami coret dari keluarga Hankaara." ucap Mama Badai sangat tegas.
Badai hnya bisa mengekori kedua orang tuanya,
"Dan kau, tetap dirumah." ucap Mama Badai kepada Jingga.
Cadillac One itu pergi, meninggalkan hujaman sembilu yang menguliti habis-habisan harga diri juga kepercayaan dirinya Jingga.
Wanita yang baru saja bernafas dari te
Waahhh, apa jingga mau gugat cerai yaaa? Yuuk lanjut baca.
"Pagi Pak." ucap Jingga menyapa Galuh saat baru saja datang alamat yang diberikan oleh pria itu kemarin malam. "Jingga, mari masuk." ucap Galuh kepadanya. Jingga kemudian dikenalkan kepada puterinya yang masih sangat bayi itu. Berlian, nama bayi itu yang baru berusia 4,5 bulan. Bayi lucu dan mengegmaskan yang di vonis hyperaktif ini akan kesulitan dalam istirahat. Itulah yang membuat pengasuh-pengasuh sebelumnya tak kuat. "Pak, tolong jangan katakan kepada siapapun jika saya bekerja pada anda sekarang." ucap Jingga kepada Galuh. Dengan canggung dan berat hati, Galuh akhirnya menyanggupinya. Pria itu sebenarnya tak ingin berbohong, namun dia juga membutuhkan Jingga untuk merawat puterinya, karena itu dia akan menyanggupi janjinya. Mulai pagi ini, Jingga bekerja 24jam sebagai pengasuh Berlian di rumah Galuh yang berada di sebuah hunian elit di pusat kota. Jarak rumahnya ke kantor tak terlalu jauh. Menjadi pengasuh Berlian, Jingga sudah m
"Saya, iyaa saya isterinya!" ucap Jingga yang terpaksa berbohong hanya supaya Galuh segera ditangani tim medis di klinik Pratama tersebut. Mendengar ucapan Jingga, perawat dan dokter jaga tersebut langsung mendorong bangsal Galuh ke dalam ruangan tindakan. Namun sayangnya, kondisi Galuh semakin kritis saja. 'kriing' 'kriing' Suara teelpon masuk di ponsel Galuh terus berdering. Dokter kemudian mengeluarkan posnel dari saku celana pria itu dan menyerahkannya kepada Jingga. "Nyonya, sepertinya seseorang menghubungi suami anda sejak tadi." ucap dokter kepada Jingga. Jingga segera mengambilnya, dan nampak sebuah kontak masuk ke ponsel tersebut sejak tadi. Dengan berat hati dan bingung Jingga mengangkat teleponnya. "Tuan Muda, apa yang terjadi? Lokasi anda menunjukkan jika anda tengah berada di klinik?" ucap seseorang dis eberang telepon terus bicara. "Kau keluarga Galuh? Yaa, Galuh kritis disini." ucap Jingga
"Maaf Nyonya, saya tak butuh uang itu." ucap Jingga sambil melemparkan kembali uang tersebut ke hadapan ibunya Galuh. 'pluk' "Dasar wanita miskin! Beraninya kau mengaku-ngaku isterinya Galuh!" hardik wanita itu kepadanya. Namun Jingga tak menggubrisnya, wanita itu sudah sangat kebal terhadap caci maki penghinaan yang ditujukan padanya. Yaa, sejak hari pernikahannya gagal saat itu, rasanya semua penghinaan seolah menjadi teman baiknya. Jingga melewati koridor rumah sakit dan berjalan ke rumah Galuh. Bagaimanapun dia harus membawa barang-barangnya disana, namun sial karena sesampainya di halaman rumah Galuh. Pita kuning Kepolisian membentang disana. "Mereka pasti melaporkan kepada Polisi! Ahh, seharusnya aku melarikan diri saja daripada membawa Galuh ke klinik." ucap Jingga dalam hatinya. Wanita itu kemudian mengorek uang di saku bajunya. Beruntung sekali, karena dia masih menyimpan beberapa puluh lembar uang di cardigannya itu.
Empat bulan berlalu dengan sangat cepat, keseharian Jingga di peternakan kuda ini sangat menyita waktunya. Meski demikian, Jingga sangat senang menjalaninya. "Siapa dia?' tanya Arshan kepada Madame Bee. "Dia karyawan baru Tuan." ucap Madam Bee kepada putera pemilik STALLEST ini menjelaskan. Tatapan Arshan langsung terbius oleh kecantikan Jingga yang paripurna itu. Pria itu sangat terkesan oleh wanita muda yang mau bekerja sekotor ini di peternakannya. "Kakek, ambilkan peralatanku." ucap Arshan kepada Kakek Tora. Senyum melebar kemudian terihat di wajah kakek Tora sambil memperhatikan putera sulung majikannya ini. Arshan adalah pria berumur 35 tahun yang matang secara ekonomi juga secara biologis. Pria ini sudah pernah menikah, namun pernikahannya tak berlangsung lama karena isterinya menggugat cerai dirinya di usia pernikahan mereka yang baru beberapa bulan. Alasan tak sanggup melayani hasrat seksual suaminya yang hyperak
Jingga sangat menikmati cuti tahunan Arshan kali ini yang membawanya dalam lautan gairah. Tanpa disadari, Jingga telah masuk dalam lingkaran dosa yang membuatnya terjerat. "Sayang, aku harus pergi sore ini. Tahun depan aku akan datang lagi." ucap Arshan yang memang selalu mengunjungi peternakan ini setiap akhir tahun saja ketika mendapatkan cuti panjang. "Iyaa, hati-hati yaa." ucap Jingga dengan wajah malu-malu. "Kau tak akan meminta kontak ponselku atau surelku atau bahkan medsosku?" ucap Arshan sambil terus menggenggam tangan Jingga. Wanita itu menarik nafasnya dalam-dalam. Dia tahu jika dia tak berhak sejauh itu terhadap Arshan. "Cukup dengan nanti kau datang lagi." ucap Jingga sambil mengulaskan senyum di wajahnya. Jingga tak ingin menanggapi hubungan ini dengan serius, sejak awal gairahnya terlesut oleh Arshan, Jingga sadar jika Arshan pasti hanya menganggapnya sebagai sebuah benefit semata. Dan Jingga tak akan menolaknya, bagaima
"Jingga! Tolong antarkan pesanan ini ke kamar tamu kita yaa?" ucap Madame Bee kepada Jingga. Dengan senang hati, Jingga melakukannya. Wanita itu bergegas mengambil sepaket rempah mandi dan akan segera diberikannya kepada tamu yang memang dijadwalkan akan tinggal sepekan di peternakan ini. Sesampainya di kamar tamu, Jingga segera mengetuk pintu untuk memberikan pesanan mereka. Dari dalam, muncullah seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut yang panjang tergerai basah. "Ini pesanan anda Nyonya." ucap Jingga sambil menyerahkan paket tersebut kepada wanita itu. "Terimakasih, ini tip nya." ucap wanita itu dengan suara sangat lembut. Jingga tak menolak. Wanita itu dengan senang hati menerima uang tip yang diberikan padanya itu. Lama di tempat ini membuat Jingga mulai mengerti cara bertahan di tempat ini dengan baik tanpa mengganggu atau merugikan siapapun. Siang berganti senja dengan sangat cepat, Jingga merasakan kerin
"Jingga, Jingga..." terdengar suara seseorang memanggilnya. Namun Jingga tak berhenti, dia memilih terus memacu kudanya menjauhi istal utama dimana Badai memanggilnya tadi. Hari kedua Badai di peternakan berakhir dengan cepat, Jingga memilih menghabiskan waktu sejak pagi buta ke peternakan anakan kuda di seberang perkebunan untuk mengecek kuda-kuda yang masih sangat muda disana. Yang terpenting adalah menghabiskan waktu di tempat yang jauh supaya Madam Bee tak meminta bantuannya untuk melayani tamu khusus mereka. Keesokan harinya, Jingga sudah bersiap hendak berangkat ke peternakan anakan kuda saat hari masih terang tanah. Dengan langkah tegap, Jingga juga melihat kamar diseberangnya masih menyalakan lampunya. Wanita ini langsung mengehntakkan kudanya pelan supaya tak membuat kegaduhan untuk pergi ke peternakan diseberang. Namun ditengah jalan, seseorang menghadangnya hingga mmebuat Jingga terlempar berguling-guling di ta
"Jingga, Jingga..." terdengar suara seseorang memanggilnya. Namun Jingga tak berhenti, dia memilih terus memacu kudanya menjauhi istal utama dimana Badai memanggilnya tadi. Hari kedua Badai di peternakan berakhir dengan cepat, Jingga memilih menghabiskan waktu sejak pagi buta ke peternakan anakan kuda di seberang perkebunan untuk mengecek kuda-kuda yang masih sangat muda disana. Yang terpenting adalah menghabiskan waktu di tempat yang jauh supaya Madam Bee tak meminta bantuannya untuk melayani tamu khusus mereka. Keesokan harinya, Jingga sudah bersiap hendak berangkat ke peternakan anakan kuda saat hari masih terang tanah. Dengan langkah tegap, Jingga juga melihat kamar diseberangnya masih menyalakan lampunya. Wanita ini langsung mengehntakkan kudanya pelan supaya tak membuat kegaduhan untuk pergi ke peternakan diseberang. Namun ditengah jalan, seseorang menghadangnya hingga mmebuat Jingga terlempar berguling-guling di ta