Share

PART XLIX

Author: Anna Kuhas
last update Last Updated: 2022-02-03 21:58:16

Cukup dua kata itu saja sudah membuatku membeku. Aku sudah mempersiapkan hati untuk mendengar informasi tidak menyenangkan ini dari jauh-jauh hari. Karena sebenarnya, dugaan-dugaan yang timbul akibat sikap janggal ibuku memang mengarah ke sana. Namun, mendengarnya langsung dari mulut Aiden tetap membuatku terpukul.

“Sejak kapan lo tahu?” tanyaku dengan dada bergemuruh. Mungkin Aiden bisa menyadari itu karena suaraku mulai bergetar.

“Udah lama. Lebih dari setahun yang lalu.”

Aku menunduk dan memutar kembali kejadian aneh pada tahun awal aku masuk SMA. Yang aku ingat hanya perubahan drastis sikap Aiden menjadi pemurung.

“Itu yang bikin lo jadi sering ngunci diri di kamar?”

Aiden mengangguk. Aku tidak berani bertanya lebih lanjut. Karena semakin banyak aku tahu, semakin keras pula kebenaran menghantamku. Namun, aku harus benar-benar mengerti yang terjadi secara rinci. Agar aku bisa menentukan langkahku selanjutnya.<

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dia-lo-gue   Pengumuman penting!

    Hai apa kabar pembaca setiaku.Mau menyampaikan aja bahwa cerita ini akan di lanjut di buku yang berbeda. karena sebenarnya kisah Katy dan Jace seharunya sudah tamat ketika mereka bertunangan.Hanya saja saya masih sayang sama mereka berdua dan ingin mereka punya cerita yang lebih lanjut.Maka dari itu aku bikin Dia-Lo-Gue Season 2 dengan cerita yang pelik, konflik yang lebih berat, dan karakter yang lebih dewasa. Jadi, ratenya harus di ganti karena cerita Dia-Lo-Gue seasion pertama itu rate remaja.Segitu aja dulu ya,, ditunggu lanjutan Dia-Lo-Gue season 2.XOXO,Anna kuhas

  • Dia-lo-gue   PART 91 (EUPHORIA KEKUASAAN)

    Aku menjejakkan kaki ke lantai marmer mewah di lobi utama kediaman keluarga Ashad, merasakan atmosfer megah yang selalu membuatku sedikit terintimidasi. Budi, membawaku bertemu Jace di ruang kerjanya. Sebuah ruangan yang terasa seperti perwujudan kepribadian keluarga Ashad. Dingin, elegan, namun diselimuti aura kekuasaan yang tak terbantahkan.Buku-buku tebal berjejer sempurna di rak kayu gelap, aroma kopi pahit dan kulit mahal menyelimuti udara. Jace berdiri di dekat jendela besar, membelakangi Katy, siluetnya yang tegap terpantul samar di kaca.“Aku enggak tahu kapan kamu pamit pulang dari rumah Mama. Aku kira kita bakal nginep di sana.” Suaraku membuatnya berbalik.Jace berjalan perlahan, raut wajah ceria dan ramah yang dia tampilkan di meja makan ibuku telah hilang, berganti dengan ekspresi datar tanpa emosi, lebih dingin dari embusan AC sentral yang terasa menusuk kulit.“Kamu terlalu sibuk sama handphone-mu. Sampai aku harus kirim orang buat jemput kamu di sana.”Kalimat Jace men

  • Dia-lo-gue   PART 90 (MERENGGANG)

    Embun sisa hujan semalam masih mendekap erat jendela kamar hotel yang megah, meredupkan cahaya pagi menjadi kelabu yang sendu. Di atas ranjang satin yang kusut, jejak pergulatan yang panas dan penuh gairah masih membekas.Aku masih terbaring di ranjang besar ini. Di samping lelaki yang setiap napasnya terhembus, menimbulkan renjatan penyesalan yang dalam. Pikiranku kembali pada kegiatan kami beberapa jam yang lalu. Sebuah ritual sakral yang biasanya terselip senyuman manja, bisikan cinta, dan dekapan kerinduan. Namun yang terjadi hanyalah pelampiasan amarah yang tak terucapkan.Beberapa titik air keluar dari sudut mata. Bercampur dengan bulir keringat, jejak aktifitas kami yang intens di kamar hotel sedingin ini. Mataku menerawang ke langit-langit ruangan. Mencari tahu, kenapa aku bisa menangis saat orang yang aku rindukan ada disampingku.Aku buru-buru bangkit dari ranjang. Berjalan menyebrangi kamar menuju kamar mandi besar dengan bath tup mewah lengkap dengan berbagai minyak aromat

  • Dia-lo-gue   PART 89 (HUKUMAN)

    Dunia seolah berhenti bernapas. Hawa malam mendadak terasa seperti belati es yang menusuk ke dalam dada. Siluet lelaki yang sedang menatapku dari balik kaca mobil seolah melemparkan palu godam ke arahku yang siap meremukan setiap jengkal organ tubuhku.“Kayaknya mobil itu ada orangnya.” Suara Hiro semakin meyakinkanku bahwa malam ini tidak akan mudah untuk aku lalui.“Gue masuk sekarang. Makasih tumpangannya ya. Hati-hati dijalan,” ucapku sambil menyerahkan helm padanya dengan tergesa-gesa.“Gue anterin sampai ke dalam.”“Enggak perlu!” tanpa sadar, intonasiku meningkat karena rasa panik yang menyerang.Sudut mataku kembali melirik ke arah kaca mobil yang gelap. Aku menyadari, dibalik kaca itu, ada mata yang masih mengawasi gerak gerak kami berdua.Dahi Hiro bertaut. “Jam tiga pagi ada orang di dalam mobil lagi ngintai rumah lo. Elo yakin ini aman?”Aku menghembuskan napas dengan kasar. “Gue kenal mobil itu . Enggak ada masalah. Semua aman.”Aku coba menyakinkannya dengan nada bicara

  • Dia-lo-gue   PART 88 (MOTOR BESAR)

    Akhirnya aku tenggelam kembali ke dalam lautan kode. Baris demi baris kode aku baca kembali dengan seksama demi mencari kesalahan pada sintaks yang sudah diberi catatan oleh Hiro sebelumnya. Cukup banyak catatan yang ditambahkan ke dalam program ini. Contohnya seperti:“Logika modul harus spesifik, belajar lagi cara kerja fungsi.”“Penamaan harus ringkas dan unik. Jangan bikin bingung diri sendiri.”“Banyak banget catatan kaki, ini bikin program atau nulis diari?”Kata-kata dengan kesan menghina tidak hanya keluar dari mulut Hiro. Bahkan dalam back-end program saja, dia masih sempat membuatku kesal. Namun, lebih dari pada itu, aku merasa terhibur dengan kalimat-kalimatnya. Seperti sedang dimarahi betulan rasanya.Sesekali Hiro datang menghampiriku. Baik itu untuk menanyakan apakah ada kesulitan atau tidak, atau hanya sekedar duduk diam menemani. Bahkan dia masih sempat membawakan mie goreng untukku. Katanya, jangan sepelekan rasa lapar kalau sedang menulis kode. Karena otak sedang be

  • Dia-lo-gue   PART 87 (ROTI MANIS)

    Suara klakson yang melengking, deru mesin yang tak putus, dan riuh rendah tawa bercampur aduk menciptakan melodi khas akhir pekan kota. Aku membiarkan diriku terseret arus, tanpa tujuan pasti, menikmati kebebasan anonimitas yang hanya bisa kutemukan di tengah keramaian. Sesekali aku berpapasan dengan pasangan muda mudi yang bercengkerama dengan mesra. Menumbuhkan perasaan iri yang biasanya tidak pernah aku rasakan selama ini.Bagaimana aku bisa iri pada kisah cinta orang lain, sedangkan aku punya tunangan yang sempurna di sana.Lelah dengan hiruk pikuk jalanan kota, aku memutuskan untuk mencari tempat untuk sekedar duduk santai sambil menyeruput kopi. Kebetulan tidak jauh dari tempatku berdiri, aku menemukan sebuah kedai kopi yang sedikit tersembunyi dan dihimpit gedung tinggi dengan banyak pohon di sekitarnya.Suara lonceng terdengar seiring pintu kaca aku dorong untuk membuka jalan. Begitu kakiku sudah masuk ke dalam, aku terkejut karena kafe tersembunyi ini ternyata penuh dengan pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status