Share

3. Keluar Dari Dungeon

Penulis: Skyler Artemis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-19 11:32:09

Aura yang kuat menyelimuti tubuh Orion. Dia menggunakan kekuatannya untuk memanggil benda yang bersemayam pada bulan merah di atas sana. Awalnya Orion tidak tahu kalau ada sesuatu yang ada di bulan merah ketika pertama kali melihatnya, dia hanya menganggapnya familier saja karena 40% kemiripannya dengan bulan merah di Paradis. Namun, setelah beberapa saat memperhatikannya, barulah Orion paham kalau yang ia rasakan sebelum ini tidak hanya kemiripannya saja, ada sesuatu yang Orion kenal memang bersemayam pada benda di atas langit malam tersebut.

Energi spiritual yang ada di sana ikut berputar, mematuhi perintah Orion. Bulan merah yang awalnya diam bergeming dan memancarkan sinar lembut kini berubah. Warna merah di permukaan bulan perlahan-lahan menjadi semakin pekat, warnanya menyelimuti seluruh permukaan bulan dan membuatnya menyerupai gumpalan darah. Tidak hanya bulan merah saja yang berubah, langit gelap di sekitarnya pun juga ikut terpengaruh.

Ketika bulan merah itu berpendar terang, Orion yang memusatkan kekuatannya pun tersenyum. Dia membuka telapak tangan kanan yang sejajar dengan dadanya. Detik berikutnya, sebuah cahaya dari bulan turun ke telapak tangan Orion dengan kecepatan cahaya. Dan setelah cahaya itu menghilang, Orion melihat sebuah kristal kecil berwarna merah darah dengan bentuk yang tidak beraturan berada di atas telapak tangannya. Kristal itu terlihat seperti pecahan dari sebuah kristal yang lebih besar ukurannya.

Kristal ini… Orion menggenggam kristal itu, dan ketika ia kembali membuka tangannya, kristal yang berada di sana pun kini menghilang. Orion memasukkan benda itu dalam ruang portabel.

“Bulan merah itu menghilang. Bagaimana ini bisa terjadi?!!” pekik Harry. Suaranya penuh akan keterkejutan.

Orion mengalihkan pandangannya. Ia melihat ke atas. Benar sekali yang Harry katakan, bulan merah yang awalnya bertengger di atas langit kini sudah menghilang, hanya hamparan langit gelap yang terlihat di atas mereka.

“Tunggu, apa kau barusan menghancurkan bulan merah itu?” Harry bertanya lagi, kini ia memberikan tatapan penuh takjub ke arah Orion. “Kalau benda itu bisa dihancurkan, bukankah itu artinya bulan merah yang kita lihat tadi merupakan kristal kunci yang membuat dungeon ini tetap eksis.”

Kristal kunci?

Dungeon?

Dua istilah yang Harry katakan membuat Orion terheran-heran. Dia masih belum memahaminya dengan baik karena tidak memiliki ingatan asli tubuh yang ia gunakan. Apakah dungeon yang dimaksud di sini adalah dungeon sama yang ia ketahui saat di Paradis?

Meskipun dirinya masih memiliki pertanyaan yang belum terjawab, di sisi lain Orion merasa lega. Harry yang sedari tadi fokus pada keanehan bulan merah di atas sana tidak melihat apa yang Orion lakukan barusan, Harry tidak tahu kalau Orion mengambil kristal merah dari tubuh bulan dan membuat benda di atas sana menghilang.

Lebih baik memang begitu, ungkap Orion dalam hati tidak lama kemudian. Dengan begini dia tidak perlu susah-susah untuk mencari alasan dan menjelaskan apa yang terjadi kepada Harry.

“Apakah kalau aku menghancurkan kristal kunci yang kau maksud tadi, dungeon ini akan ikut hancur?” tanya Orion setelah lama termangu.

“Seharusnya begitu. Aku hanya Hunter kelas C dan ini pertama kalinya aku masuk dalam dungeon setelah mendapatkan lisensi Hunter. Aku mendengar dari beberapa Hunter senior kalau setiap dungeon memiliki kristal kunci, apabila benda itu dihancurkan maka dungeonnya akan ikut menghilang,” ungkap Harry.

Kali ini Orion mendengar istilah baru lagi dari Harry. Hunter yang berarti pemburu, apakah ini merupakan sebuah pekerjaan khusus untuk mengatasi hal-hal berbau supernatural seperti ini? Dalam hati Orion bertanya-tanya mengenai logika yang ada.

“Aku sama sekali tidak menyangka kalau kau seorang Hunter juga, Orion. Kau benar-benar membuatku terkejut,” imbuh Harry lagi. “Tidak hanya membunuh monster yang sukar dibunuh oleh Hunter kelas C sepertiku dan menyelamatkan kita berdua, kau juga berhasil menghancurkan kristal kunci yang menjadi pusat dungeon ini. Aku benar-benar kagum padamu.”

Orion tersenyum kecil, tidak memberikan jawaban yang pasti terhadap spekulasi yang Harry miliki. Apakah dirinya seorang Hunter? Walaupun Orion belum mendapatkan ingatan tentang pemilik asli tubuh yang digunakannya, Orion sangat yakin kalau si pemilik tubuh bukanlah seorang Hunter, bahkan menggunakan superpower saja juga mustahil untuk dilakukannya sebelum ini —karena si pemilik tubuh sebelumnya tidak memiliki superpower.

Bagaimana Orion tahu mengenai hal itu? Intuisinya mengatakan demikian, dan Orion selalu mempercayai intuisi yang dimilikinya.

Ketertarikan Orion terhadap dunia baru ini semakin bertambah.

Kedua mata emerald Orion berpendar penuh ketertarikan, dia pun lalu menundukkan kepala untuk menyembunyikan kilat aneh yang ia miliki di kedua matanya. Orion menulikan telinganya untuk sesaat dari mendengar ocehan penuh kekaguman yang Harry lontarkan tanpa henti, dia memilih untuk menggunakan persepsinya untuk merasakan keadaan di sekitar mereka berdua.

Tidak lama setelah itu, Orion menarik persepsinya kembali, lalu dirinya mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Harry.

“Apa kau ingat di mana pintu keluar tempat ini berada?” Orion yang ingat akan informasi dari Harry beberapa waktu lalu pun menanyakan hal ini.

“Eh?” Harry mengedipkan mata, dia terlihat tidak paham dengan pertananyaan yang tiba-tiba saja Orion lontarkan padanya.

Melihat tanda tanya yang terpasang di muka Harry, Orion ingin sekali memencet pangkal hidungnya. Pemuda itu menggelengkan kepala, senyuman kecil yang terpasang di bibirnya tidak meredup, Orion terlihat sabar dan tidak terburu-buru.

“Kau mengatakan kalau kristal kunci dihancurkan maka dungeon akan menghilang. Kalau begitu, bukankah seharusnya kita bergegas keluar dari tempat ini sekarang? Aku tidak tahu apakah kita berdua akan terperangkap selamanya kalau kita tidak keluar dari dungeon yang hancur.” Orion menjelaskan maksudnya dengan sabar kepada Harry.

Orion melihat wajah Harry yang masih memiliki ekspresi bodoh itu kini berubah, menjadi penuh kejut lalu berubah lagi menjadi pucat pasi. Pemuda itu mengganggukkan kepala dengan keras —yang entah kenapa mengingatkan Orion pada seekor ayam yang tengah mematukkan kepalanya. Orion menahan dirinya untuk tidak tersenyum, ia tidak ingin menyinggung perasaan Harry.

“Kau benar, Orion!!” seru Harry dengan panik. “Kita harus segera keluar dari sini atau kita berdua akan terperangkap. Beruntungnya aku masih ingat di mana pintu dungeon terbuka, kau tinggal mengikutiku saja untuk keluar dari tempat ini!!”

Sembari mengulum senyum, Orion memberikan anggukan singkat. Dia tidak menyanggah ucapan Harry yang mengajukan diri sebagai penunjuk jalan, karena Orion sendiri tidak tahu letak portal masuk dan keluar yang dimaksud. Namun, beberapa detik telah berlalu tetapi Harry masih tidak bergerak dari tempatnya.

“Kenapa tidak segera pergi?” tanya Orion, dia merasa penasaran.

Orion menunggu Harry dengan sabar, tidak sekali pun memburunya walaupun menurut Orion waktu yang mereka miliki tidaklah terlalu banyak. Kendatipun demikian, Orion memiliki tanda tanya mengapa Harry masih belum bergerak padahal sang pemuda barusan menawarkan diri untuk membimbingnya ke arah pintu keluar dungeon.

Wajah Harry terlihat menarik. Wajahnya memucat, tubuhnya —terutama area kedua kaki— pun bergetar beberapa kali. Peluh mulai membanjiri kening Harry. Orion yang melihatnya mau tidak mau mengernyitkan dahi karena curiga dengan keadaan yang pemuda itu miliki.

“Apa kau tidak bisa bergerak?” Orion kembali bertanya kepada Harry, ingin memastikan kalau kondisi pemuda itu baik-baik saja.

“Uggh… kakiku terasa sangat lemas, aku tidak bisa bergerak sekarang ini,” ungkap Harry pada akhirnya setelah didesak oleh Orion. Tubuh Harry terhuyung sesaat setelah mengatakan hal itu kepada Orion.

Sebelum Harry jatuh terjerembab, dengan sigap Orion menangkapnya dan menopang Harry menggunakan kedua tangannya. Orion mengalungkan satu lengan Harry pada kedua bahunya, membantunya berdiri dengan menopangkan tubuh pemuda itu pada dirinya.

Dia ingat sebelum menemukan Harry, pemuda itu sudah terlebih dahulu terluka parah dan berada di antara tumpukan mayat di sana. Bahkan kondisi Harry sekarang ini juga terlihat tidak baik, terutama dengan tubuh yang dipenuhi luka dan darah yang merembes di mana-mana.

“Kau kehilangan banyak darah, wajar kalau tubuhmu merasa lemah. Kita harus bergegas keluar dari tempat ini dan membawamu ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis,” kata Orion. “Aku akan membantumu, kau hanya perlu memberitahuku di mana letak pintu keluar dungeon berada.”

“Maaf merepotkanmu, Orion,” balas Harry.

Orion tidak membalasnya, ia hanya tersenyum kecil sebagai respon.

Dengan kedua tangan menopang tubuh Harry, Orion berjalan melewati area tumpukan mayat yang ada di sana. Kecepatannya tidak bisa dikatakan lambat meskipun dengan beban yang dibawanya, Orion masih terlihat santai ketika dia berjalan, bahkan tidak lama kemudian mereka pun mulai meninggalkan area altar yang terlihat horor di belakang sana. Orion membawa Harry masuk dalam hutan sesuai dengan petunjuk yang Harry berikan padanya. Beberapa pohon besar yang menjulang tinggi terlewati, dan dua menit kemudian Orion bersama Harry masuk dalam gua yang sedikit tersembunyi di tempat itu.

Karena dalam gua tidak ada penerangan, tempat itu begitu gelap di malam hari. Beruntungnya, Orion memiliki penglihatan tajam sehingga dia tidak memiliki kesulitan untuk berjalan dalam kegelapan. Dia dapat melihat dengan baik kondisi dalam gua meskipun tidak ada pencahayaan di sana. Perjalanan mereka menyusuri gua tidak berlangsung lama, di depan sana terlihat sebuah cahaya yang cukup terang dan membentuk sebuah portal yang kini hampir setengah tertutup.

“Cahaya di depan sana adalah pintu masuk dan keluar yang kumaksud. Kita harus bergegas ke sana sebelum cahayanya menghilang!!” tunjuk Harry.

Orion mengangguk dan berkata, “Aku mengerti.”

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi maupun melihat-lihat keadaan di terowongan gelap dalam gua, Orion pun bergegas menuju ke arah portal yang kini sudah setengah tertutup di depan sana. Ketika portal yang terbuka tinggal seperempatnya lagi, Orion bersama dengan Harry langsung menerobos masuk ke dalam. Mereka tidak ragu lagi melakukannya.

Cahaya dalam portal begitu menyilaukan. Dengan kedua mata yang kini dipejamkan, Orion terus berjalan ke depan sampai akhirnya dia tiba di sebuah tempat yang tidak lagi terpengaruh oleh cahaya yang menyilaukan tersebut. Mereka berdua muncul di sebuah tempat yang benar-benar berbeda dari terowongan dalam gua yang gelap sebelumnya. Portal yang sebelumnya terbuka sedikit di belakang sana langsung menghilang ketika mereka berdua keluar dari dalamnya.

“Dua orang berhasil keluar dari dungeon!!!”

“Cepat panggil tim medis kemari, mereka berdua terluka parah!!”

Oh dear Lord, apa yang terjadi di dalam sana? Cepat, bawa tim medis kemari untuk menolong dua anak-anak yang malang ini?!!”

Hiruk-pikuk suara dari banyak orang terdengar. Di sebuah gubuk tua yang ada di pinggiran desa kini ada banyak orang yang berkumpul di sana. Warga sipil yang penuh akan rasa penasaran dan juga kekhawatiran ketika melihat Orion keluar dari portal ingin datang mendekat, akan tetapi sekelompok orang yang mengenakan jas hitam dan berpakaian rapi membuat penghalang dengan tubuh mereka —mencegah warga lainnya mengerumuni dalam jarak dekat.

Orion membuka kedua matanya yang sedari tadi tertutup, namun cahaya yang terang dari sinar matahari di atas sana langsung membuatnya kembali memejamkan mata. Setelah Orion mengerjapkan mata beberapa kali dan memastikan matanya sudah terbiasa, barulah dia membuka kedua matanya. Orion menemukan mereka berdua dikepung oleh sekelompok orang berpakaian hitam yang membentuk barisan barikade, lalu di sana juga ada sekelompok warga yang tengah menonton mereka.

Tempat itu bukanlah hutan belantara maupun altar berdarah yang Orion kenali sebelumnya. Tempat di mana Orion berada seperti di sebuah desa. Meskipun jarak gubuk tua tempatnya berada sekarang cukup jauh dengan perumahan warga terdekat, Orion masih bisa melihat beberapa bangunan khas pedesaan yang kecil dan tertata rapi.

Orion mengalihkan perhatiannya kepada sekelompok warga yang ada di sana. Mereka terlihat seperti warga desa sekitar, bahkan beberapa di antara mereka masih membawa alat pertanian seperti cangkul dan sabit, kelihatannya mereka langsung datang dari ladang masing-masing. Orion melihat ekspresi yang terpasang di wajah warga begitu beragam —penasaran, penuh harap, sedih, dan lain sebagainya.

“Permisi.” Orion membuka mulutnya, memanggil seorang pria berpakaian jas hitam lengkap yang mirip seperti seorang agen rahasia. “Apa kau bisa memanggil ambulans untuk datang ke sini? Temanku terluka parah dan membutuhkan bantuan medis segera.”

Pria paruh baya yang berpakaian rapi itu tidak memberikan tanggapan seperti menganggukkan kepala maupun mengubah ekspresinya. Orion tidak dapat mendeteksi apa yang tengah pria itu pikirkan, kacamata hitam yang dikenalan oleh sang pria menutupi semuanya.

“Aku sudah memanggil tim medis untuk datang ke tempat ini, mereka sudah berada di pintu masuk desa dan sebentar lagi akan sampai,” ucap sang pria paruh baya. Dia menoleh ke arah Harry yang terluka parah dan tengah ditopang oleh Orion, lalu perhatiannya kembali terfokus pada Orion.

“Apa kalian berdua merupakan satu-satunya yang selamat dari tim ekspedisi yang mengeksplorasi dungeon kelas E ini?”

Pertanyaan yang diucapkan oleh sang pria tidak mirip dengan sebuah pertanyaan, namun lebih mirip seperti fakta setelah melihat hanya Orion dan Harry saja yang keluar dari dalam dungeon.

“Tidak mungkin hanya kalian berdua saja ‘kan? Bagaimana dengan anakku yang ikut dengan tim ekspedisi???” Seorang wanita tua terdengar begitu histeris ketika melontarkan pertanyaan kepada mereka.

“Kakakku ikut dalam tim ekspedisi. Di mana dia sekarang??”

“Tidak… tidak… Ayah…!!!”

Tangisan dari beberapa warga pecah. Atmosfer yang ada di tempat itu menjadi lebih berat. Kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan melebur menjadi satu. Kelihatannya warga yang berkumpul di sana adalah keluarga dari orang-orang yang terbunuh di dungeon. Mereka berkumpul di sana karena ingin menunggu anggota keluarga mereka yang masuk dalam dungeon keluar. Namun, bukannya tawa gembira yang menyambut, tragedi menyedihkan lah yang menyapa mereka semua.

Orion yang menjadi pusat perhatian karena menjadi salah satu dari dua orang yang bisa keluar dengan selamat dari dungeon hanya melihat semua itu dengan sepasang mata yang tenang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   39. Bukan Hari Keberuntungan Orion

    Matahari yang sedari tadi bersinar dengan angkuhnya di atas langit pun perlahan-lahan kecemerlangannya tertutup oleh awan. Benda langit tersebut terus bergerak, warna jingga yang sedikit pucat kini menggantikan warna biru yang awalnya mendominasi langit St. Ludwig. Melihat ke ufuk barat, matahari sebentar lagi tenggelam, dan sekarang waktu telah mununjukkan pukul lima sore.Setelah dokumen bermaterai yang menyatakan kedua belah pihak telah memutuskan hubungan kekeluargaan mereka ditandatangani, ibu Orion tidak perlu lagi menunjukkan kepura-puraannya. Sengaja atau tidak, ia memperlihatkan sekelebat rasa ketidaksabaran, dan setelah mengucapkan perpisahan yang dingin ia langsung bergegas meninggalkan Orion di kafe sendirian. Sejak detik itu pula, Orion Black tidak lagi mempunyai hubungan dengan Renata Turner, ia telah menjadi seorang yatim piatu dan sebatang kara.‘Ini adalah keputusan yang tepat,’ katanya dalam hati.Setelah kepergian ibunya, Orion tidak langsung pergi dari tempat itu.

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   38. Ibu Dan Anak? Tidak, Mereka Hanya Orang Asing

    Langit di atas kota St. Ludwig berwarna biru cerah. Matahari yang duduk di singgasananya tidak menunjukkan akan bersembunyi di balik awan, sehingga panas teriknya membuat banyak orang sedikit mengeluh dan beberapa di antaranya memilih berjalan cepat untuk menghindari sengatan matahari. Sekarang ini Therondia masih mengalami musim panas, saat waktu menujukkan tengah hari, panas yang terpancar dari atas benar-benar membuat sebagian besar orang kewalahan.Orion yang berjalan kaki menuju tempat yang ditunjukkan oleh sang ibu merasa beruntung karena ia memiliki stok pil es dalam ruang portabelnya, pil es tersebut akan membuat tubuhnya tidak terpengaruh oleh suhu panas dan menjaganya tetap dingin. Mengingat musim panas di Therondia, khususnya St. Ludwig, sangat ekstrim—Orion langsung menelan satu butir pil es sebelum dia memulai perjalanan menuju kafe Emporrium.Setidaknya dengan begini ia bisa menjalani sepanjang musim panas dengan lebih nyaman.Berbicara mengenai perjalanannya, Orion semp

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   37. Registrasi Ulang

    Pada hari itu juga, Orion memutuskan untuk keluar dari rumah sakit. Sepuluh menit setelah dia berhasil mencerna semua energi spiritual dalam kristal kunci dan memastikan tubuhnya sudah stabil, Orion pun segera bergegas menuju stasiun kota yang berjarak kurang dari dua kilometer dari rumah sakit. Tidak sekali pun Orion mencoba menoleh ke belakang, dia terus berjalan dan masuk dalam taksi yang dipesannya.Perjalanan Orion menuju St. Ludwig jauh lebih lancar dibandingkan dengan perjalanannya yang pertama. Kali ini kereta api yang membawa Orion tidak mengalami kendala apapun. Tidak ada monster atau dungeon pop-out yang muncul tiba-tiba, dan setelah satu jam perjalanan menggunakan kereta, akhirnya Orion tiba juga di ibu kota Kerajaan Therondia, St. Ludwig.Berbeda dengan kampung halaman Orion yang ada di kaki gunung, St. Ludwig tampak sangat megah dan penuh akan hiruk-pikuk keramaian. Sebagai ibu kota kerajaan besar seperti Therondia, St. Ludwig merupakan kota metropolitan dan jantung utam

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   36. Sangat Lezat, Aku Ingin Lebih

    “Keberadaanmu adalah sebuah kesalahan. Aku tidak seharusnya melahirkan dirimu ke dunia ini. Aku menyesal tidak membunuhmu saat kau masih berada dalam perutku!!” Seorang wanita bergaun putih berteriak dengan histerisnya ke arah anak laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Wanita itu sebenarnya cantik, namun kulitnya yang terlampau pucat dan rambut panjangnya yang acak-acakkan membuatnya tampak seperti orang gila. Kedua mata miliknya menampilkan sorot penuh kebencian pada anak laki-laki di hadapannya, seolah-olah anak itu adalah musuh bebuyutannya dan bukannya anak kandungnya sendiri.“Mati kau! Mati!!!” Teriakan itu kembali meluncur dari mulut sang wanita, diikuti oleh sumpah serapah yang mengutuk sosok mungil di hadapannya tersebut. Tidak hanya berteriak saja, wanita berambut acak-acakan itu juga mengambil beberapa barang kecil yang dapat dijangkaunya, dia melemparkan benda itu ke arah sang anak kecil. Bukannya menghindar, anak laki-laki yang baru berusia empat tahun tersebut me

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   35. Tiga Matahari Misterius

    ‘Patung adalah benda mati dan mereka tidak mungkin hidup, kecuali kalau mereka merupakan monster batu yang memang tubuhnya terbuat dari batu. Tapi, tidak mungkin patung kelinci sialan ini adalah monster batu ‘kan!’ Orion melihat bagaimana Leo terpelanting tidak berdaya setelah patung berkepala kelinci menyerangnya secara tiba-tiba. Pukulan keras seperti itu pasti menimbulkan luka dalam bagi Leo, dan Orion tidak akan terkejut lagi kalau sang pemuda akan muntah darah setelah ini.Benar sekali dugaan Orion. Tubuh Leo menabrak arena komidi putar dan membuat wahana tersebut setengah hancur—dan mungkin sepenuhnya mengingat wahana itu sebelumnya sudah bobrok karena terlalu lama tidak dirawat. Beberapa patung plastik berbentuk kereta kerang dan kuda-kudaan pun langsung copot dari tiangnya, bahkan tak sedikit pula yang ikut ringsek akibat hantaman kuat dari tubuh Leo yang menabraknya. Debu menyelimuti area tersebut, hanya suara orang—Leo—yang terbatuk-batu saja terdengar dari sana.Orion tida

  • Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat   34. Makhluk Dari Mimpi Buruk

    Drap… drap… drap…Hentakan langkah kaki berat terdengar dari kejauhan. Suaranya memberikan petunjuk kalau si pemilik langkah kaki tengah bergerak cepat dan jumlahnya pun juga lebih dari satu individual yang datang. Seiring waktu berjalan, suara hentakan itu semakin bertambah keras, artinya makhluk yang tengah mengincar Leo dan Orion tengah mendekat dengan kecepatan tinggi.Leo mengeratkan pegangannya pada tongkat sihir. Peluhnya yang menetes dari kening mulai turun ke pipi, sesekali kepalanya bergerak dengan sepasang mata awas yang tidak pernah menurunkan penjagaannya. Sang Hunter kelihatan sekali sangat tegang dari gestur tubuh yang dimilikinya. Ibaratnya sebuah anak panah yang telah dipasangkan pada busur panahan, ia siap menyerang ketika sesuatu yang keluar dari persembunyiannya itu menampakkan dirinya.Berbeda dengan sikap Leo yang begitu was-was. Kedua bahu Orion turun sesaat dengan satu tangan tersimpan dalam saku celana. Wajah tampan pemuda itu tidak menunjukkan sedikit pun ras

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status