Aura yang kuat menyelimuti tubuh Orion. Dia menggunakan kekuatannya untuk memanggil benda yang bersemayam pada bulan merah di atas sana. Awalnya Orion tidak tahu kalau ada sesuatu yang ada di bulan merah ketika pertama kali melihatnya, dia hanya menganggapnya familier saja karena 40% kemiripannya dengan bulan merah di Paradis. Namun, setelah beberapa saat memperhatikannya, barulah Orion paham kalau yang ia rasakan sebelum ini tidak hanya kemiripannya saja, ada sesuatu yang Orion kenal memang bersemayam pada benda di atas langit malam tersebut.
Energi spiritual yang ada di sana ikut berputar, mematuhi perintah Orion. Bulan merah yang awalnya diam bergeming dan memancarkan sinar lembut kini berubah. Warna merah di permukaan bulan perlahan-lahan menjadi semakin pekat, warnanya menyelimuti seluruh permukaan bulan dan membuatnya menyerupai gumpalan darah. Tidak hanya bulan merah saja yang berubah, langit gelap di sekitarnya pun juga ikut terpengaruh.
Ketika bulan merah itu berpendar terang, Orion yang memusatkan kekuatannya pun tersenyum. Dia membuka telapak tangan kanan yang sejajar dengan dadanya. Detik berikutnya, sebuah cahaya dari bulan turun ke telapak tangan Orion dengan kecepatan cahaya. Dan setelah cahaya itu menghilang, Orion melihat sebuah kristal kecil berwarna merah darah dengan bentuk yang tidak beraturan berada di atas telapak tangannya. Kristal itu terlihat seperti pecahan dari sebuah kristal yang lebih besar ukurannya.
Kristal ini… Orion menggenggam kristal itu, dan ketika ia kembali membuka tangannya, kristal yang berada di sana pun kini menghilang. Orion memasukkan benda itu dalam ruang portabel.
“Bulan merah itu menghilang. Bagaimana ini bisa terjadi?!!” pekik Harry. Suaranya penuh akan keterkejutan.
Orion mengalihkan pandangannya. Ia melihat ke atas. Benar sekali yang Harry katakan, bulan merah yang awalnya bertengger di atas langit kini sudah menghilang, hanya hamparan langit gelap yang terlihat di atas mereka.
“Tunggu, apa kau barusan menghancurkan bulan merah itu?” Harry bertanya lagi, kini ia memberikan tatapan penuh takjub ke arah Orion. “Kalau benda itu bisa dihancurkan, bukankah itu artinya bulan merah yang kita lihat tadi merupakan kristal kunci yang membuat dungeon ini tetap eksis.”
Kristal kunci?
Dungeon?
Dua istilah yang Harry katakan membuat Orion terheran-heran. Dia masih belum memahaminya dengan baik karena tidak memiliki ingatan asli tubuh yang ia gunakan. Apakah dungeon yang dimaksud di sini adalah dungeon sama yang ia ketahui saat di Paradis?
Meskipun dirinya masih memiliki pertanyaan yang belum terjawab, di sisi lain Orion merasa lega. Harry yang sedari tadi fokus pada keanehan bulan merah di atas sana tidak melihat apa yang Orion lakukan barusan, Harry tidak tahu kalau Orion mengambil kristal merah dari tubuh bulan dan membuat benda di atas sana menghilang.
Lebih baik memang begitu, ungkap Orion dalam hati tidak lama kemudian. Dengan begini dia tidak perlu susah-susah untuk mencari alasan dan menjelaskan apa yang terjadi kepada Harry.
“Apakah kalau aku menghancurkan kristal kunci yang kau maksud tadi, dungeon ini akan ikut hancur?” tanya Orion setelah lama termangu.
“Seharusnya begitu. Aku hanya Hunter kelas C dan ini pertama kalinya aku masuk dalam dungeon setelah mendapatkan lisensi Hunter. Aku mendengar dari beberapa Hunter senior kalau setiap dungeon memiliki kristal kunci, apabila benda itu dihancurkan maka dungeonnya akan ikut menghilang,” ungkap Harry.
Kali ini Orion mendengar istilah baru lagi dari Harry. Hunter yang berarti pemburu, apakah ini merupakan sebuah pekerjaan khusus untuk mengatasi hal-hal berbau supernatural seperti ini? Dalam hati Orion bertanya-tanya mengenai logika yang ada.
“Aku sama sekali tidak menyangka kalau kau seorang Hunter juga, Orion. Kau benar-benar membuatku terkejut,” imbuh Harry lagi. “Tidak hanya membunuh monster yang sukar dibunuh oleh Hunter kelas C sepertiku dan menyelamatkan kita berdua, kau juga berhasil menghancurkan kristal kunci yang menjadi pusat dungeon ini. Aku benar-benar kagum padamu.”
Orion tersenyum kecil, tidak memberikan jawaban yang pasti terhadap spekulasi yang Harry miliki. Apakah dirinya seorang Hunter? Walaupun Orion belum mendapatkan ingatan tentang pemilik asli tubuh yang digunakannya, Orion sangat yakin kalau si pemilik tubuh bukanlah seorang Hunter, bahkan menggunakan superpower saja juga mustahil untuk dilakukannya sebelum ini —karena si pemilik tubuh sebelumnya tidak memiliki superpower.
Bagaimana Orion tahu mengenai hal itu? Intuisinya mengatakan demikian, dan Orion selalu mempercayai intuisi yang dimilikinya.
Ketertarikan Orion terhadap dunia baru ini semakin bertambah.
Kedua mata emerald Orion berpendar penuh ketertarikan, dia pun lalu menundukkan kepala untuk menyembunyikan kilat aneh yang ia miliki di kedua matanya. Orion menulikan telinganya untuk sesaat dari mendengar ocehan penuh kekaguman yang Harry lontarkan tanpa henti, dia memilih untuk menggunakan persepsinya untuk merasakan keadaan di sekitar mereka berdua.
Tidak lama setelah itu, Orion menarik persepsinya kembali, lalu dirinya mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Harry.
“Apa kau ingat di mana pintu keluar tempat ini berada?” Orion yang ingat akan informasi dari Harry beberapa waktu lalu pun menanyakan hal ini.
“Eh?” Harry mengedipkan mata, dia terlihat tidak paham dengan pertananyaan yang tiba-tiba saja Orion lontarkan padanya.
Melihat tanda tanya yang terpasang di muka Harry, Orion ingin sekali memencet pangkal hidungnya. Pemuda itu menggelengkan kepala, senyuman kecil yang terpasang di bibirnya tidak meredup, Orion terlihat sabar dan tidak terburu-buru.
“Kau mengatakan kalau kristal kunci dihancurkan maka dungeon akan menghilang. Kalau begitu, bukankah seharusnya kita bergegas keluar dari tempat ini sekarang? Aku tidak tahu apakah kita berdua akan terperangkap selamanya kalau kita tidak keluar dari dungeon yang hancur.” Orion menjelaskan maksudnya dengan sabar kepada Harry.
Orion melihat wajah Harry yang masih memiliki ekspresi bodoh itu kini berubah, menjadi penuh kejut lalu berubah lagi menjadi pucat pasi. Pemuda itu mengganggukkan kepala dengan keras —yang entah kenapa mengingatkan Orion pada seekor ayam yang tengah mematukkan kepalanya. Orion menahan dirinya untuk tidak tersenyum, ia tidak ingin menyinggung perasaan Harry.
“Kau benar, Orion!!” seru Harry dengan panik. “Kita harus segera keluar dari sini atau kita berdua akan terperangkap. Beruntungnya aku masih ingat di mana pintu dungeon terbuka, kau tinggal mengikutiku saja untuk keluar dari tempat ini!!”
Sembari mengulum senyum, Orion memberikan anggukan singkat. Dia tidak menyanggah ucapan Harry yang mengajukan diri sebagai penunjuk jalan, karena Orion sendiri tidak tahu letak portal masuk dan keluar yang dimaksud. Namun, beberapa detik telah berlalu tetapi Harry masih tidak bergerak dari tempatnya.
“Kenapa tidak segera pergi?” tanya Orion, dia merasa penasaran.
Orion menunggu Harry dengan sabar, tidak sekali pun memburunya walaupun menurut Orion waktu yang mereka miliki tidaklah terlalu banyak. Kendatipun demikian, Orion memiliki tanda tanya mengapa Harry masih belum bergerak padahal sang pemuda barusan menawarkan diri untuk membimbingnya ke arah pintu keluar dungeon.
Wajah Harry terlihat menarik. Wajahnya memucat, tubuhnya —terutama area kedua kaki— pun bergetar beberapa kali. Peluh mulai membanjiri kening Harry. Orion yang melihatnya mau tidak mau mengernyitkan dahi karena curiga dengan keadaan yang pemuda itu miliki.
“Apa kau tidak bisa bergerak?” Orion kembali bertanya kepada Harry, ingin memastikan kalau kondisi pemuda itu baik-baik saja.
“Uggh… kakiku terasa sangat lemas, aku tidak bisa bergerak sekarang ini,” ungkap Harry pada akhirnya setelah didesak oleh Orion. Tubuh Harry terhuyung sesaat setelah mengatakan hal itu kepada Orion.
Sebelum Harry jatuh terjerembab, dengan sigap Orion menangkapnya dan menopang Harry menggunakan kedua tangannya. Orion mengalungkan satu lengan Harry pada kedua bahunya, membantunya berdiri dengan menopangkan tubuh pemuda itu pada dirinya.
Dia ingat sebelum menemukan Harry, pemuda itu sudah terlebih dahulu terluka parah dan berada di antara tumpukan mayat di sana. Bahkan kondisi Harry sekarang ini juga terlihat tidak baik, terutama dengan tubuh yang dipenuhi luka dan darah yang merembes di mana-mana.
“Kau kehilangan banyak darah, wajar kalau tubuhmu merasa lemah. Kita harus bergegas keluar dari tempat ini dan membawamu ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis,” kata Orion. “Aku akan membantumu, kau hanya perlu memberitahuku di mana letak pintu keluar dungeon berada.”
“Maaf merepotkanmu, Orion,” balas Harry.
Orion tidak membalasnya, ia hanya tersenyum kecil sebagai respon.
Dengan kedua tangan menopang tubuh Harry, Orion berjalan melewati area tumpukan mayat yang ada di sana. Kecepatannya tidak bisa dikatakan lambat meskipun dengan beban yang dibawanya, Orion masih terlihat santai ketika dia berjalan, bahkan tidak lama kemudian mereka pun mulai meninggalkan area altar yang terlihat horor di belakang sana. Orion membawa Harry masuk dalam hutan sesuai dengan petunjuk yang Harry berikan padanya. Beberapa pohon besar yang menjulang tinggi terlewati, dan dua menit kemudian Orion bersama Harry masuk dalam gua yang sedikit tersembunyi di tempat itu.
Karena dalam gua tidak ada penerangan, tempat itu begitu gelap di malam hari. Beruntungnya, Orion memiliki penglihatan tajam sehingga dia tidak memiliki kesulitan untuk berjalan dalam kegelapan. Dia dapat melihat dengan baik kondisi dalam gua meskipun tidak ada pencahayaan di sana. Perjalanan mereka menyusuri gua tidak berlangsung lama, di depan sana terlihat sebuah cahaya yang cukup terang dan membentuk sebuah portal yang kini hampir setengah tertutup.
“Cahaya di depan sana adalah pintu masuk dan keluar yang kumaksud. Kita harus bergegas ke sana sebelum cahayanya menghilang!!” tunjuk Harry.
Orion mengangguk dan berkata, “Aku mengerti.”
Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi maupun melihat-lihat keadaan di terowongan gelap dalam gua, Orion pun bergegas menuju ke arah portal yang kini sudah setengah tertutup di depan sana. Ketika portal yang terbuka tinggal seperempatnya lagi, Orion bersama dengan Harry langsung menerobos masuk ke dalam. Mereka tidak ragu lagi melakukannya.
Cahaya dalam portal begitu menyilaukan. Dengan kedua mata yang kini dipejamkan, Orion terus berjalan ke depan sampai akhirnya dia tiba di sebuah tempat yang tidak lagi terpengaruh oleh cahaya yang menyilaukan tersebut. Mereka berdua muncul di sebuah tempat yang benar-benar berbeda dari terowongan dalam gua yang gelap sebelumnya. Portal yang sebelumnya terbuka sedikit di belakang sana langsung menghilang ketika mereka berdua keluar dari dalamnya.
“Dua orang berhasil keluar dari dungeon!!!”
“Cepat panggil tim medis kemari, mereka berdua terluka parah!!”
“Oh dear Lord, apa yang terjadi di dalam sana? Cepat, bawa tim medis kemari untuk menolong dua anak-anak yang malang ini?!!”
Hiruk-pikuk suara dari banyak orang terdengar. Di sebuah gubuk tua yang ada di pinggiran desa kini ada banyak orang yang berkumpul di sana. Warga sipil yang penuh akan rasa penasaran dan juga kekhawatiran ketika melihat Orion keluar dari portal ingin datang mendekat, akan tetapi sekelompok orang yang mengenakan jas hitam dan berpakaian rapi membuat penghalang dengan tubuh mereka —mencegah warga lainnya mengerumuni dalam jarak dekat.
Orion membuka kedua matanya yang sedari tadi tertutup, namun cahaya yang terang dari sinar matahari di atas sana langsung membuatnya kembali memejamkan mata. Setelah Orion mengerjapkan mata beberapa kali dan memastikan matanya sudah terbiasa, barulah dia membuka kedua matanya. Orion menemukan mereka berdua dikepung oleh sekelompok orang berpakaian hitam yang membentuk barisan barikade, lalu di sana juga ada sekelompok warga yang tengah menonton mereka.
Tempat itu bukanlah hutan belantara maupun altar berdarah yang Orion kenali sebelumnya. Tempat di mana Orion berada seperti di sebuah desa. Meskipun jarak gubuk tua tempatnya berada sekarang cukup jauh dengan perumahan warga terdekat, Orion masih bisa melihat beberapa bangunan khas pedesaan yang kecil dan tertata rapi.
Orion mengalihkan perhatiannya kepada sekelompok warga yang ada di sana. Mereka terlihat seperti warga desa sekitar, bahkan beberapa di antara mereka masih membawa alat pertanian seperti cangkul dan sabit, kelihatannya mereka langsung datang dari ladang masing-masing. Orion melihat ekspresi yang terpasang di wajah warga begitu beragam —penasaran, penuh harap, sedih, dan lain sebagainya.
“Permisi.” Orion membuka mulutnya, memanggil seorang pria berpakaian jas hitam lengkap yang mirip seperti seorang agen rahasia. “Apa kau bisa memanggil ambulans untuk datang ke sini? Temanku terluka parah dan membutuhkan bantuan medis segera.”
Pria paruh baya yang berpakaian rapi itu tidak memberikan tanggapan seperti menganggukkan kepala maupun mengubah ekspresinya. Orion tidak dapat mendeteksi apa yang tengah pria itu pikirkan, kacamata hitam yang dikenalan oleh sang pria menutupi semuanya.
“Aku sudah memanggil tim medis untuk datang ke tempat ini, mereka sudah berada di pintu masuk desa dan sebentar lagi akan sampai,” ucap sang pria paruh baya. Dia menoleh ke arah Harry yang terluka parah dan tengah ditopang oleh Orion, lalu perhatiannya kembali terfokus pada Orion.
“Apa kalian berdua merupakan satu-satunya yang selamat dari tim ekspedisi yang mengeksplorasi dungeon kelas E ini?”
Pertanyaan yang diucapkan oleh sang pria tidak mirip dengan sebuah pertanyaan, namun lebih mirip seperti fakta setelah melihat hanya Orion dan Harry saja yang keluar dari dalam dungeon.
“Tidak mungkin hanya kalian berdua saja ‘kan? Bagaimana dengan anakku yang ikut dengan tim ekspedisi???” Seorang wanita tua terdengar begitu histeris ketika melontarkan pertanyaan kepada mereka.
“Kakakku ikut dalam tim ekspedisi. Di mana dia sekarang??”
“Tidak… tidak… Ayah…!!!”
Tangisan dari beberapa warga pecah. Atmosfer yang ada di tempat itu menjadi lebih berat. Kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan melebur menjadi satu. Kelihatannya warga yang berkumpul di sana adalah keluarga dari orang-orang yang terbunuh di dungeon. Mereka berkumpul di sana karena ingin menunggu anggota keluarga mereka yang masuk dalam dungeon keluar. Namun, bukannya tawa gembira yang menyambut, tragedi menyedihkan lah yang menyapa mereka semua.
Orion yang menjadi pusat perhatian karena menjadi salah satu dari dua orang yang bisa keluar dengan selamat dari dungeon hanya melihat semua itu dengan sepasang mata yang tenang.
“AAAAAH… Tolong… Tolong!!!”“Tuhan, aku tidak mau mati di sini…”“AAKKH… AAAKKKHHH!!!!!”Kepanikan, ketakutan, kecemasan, dan emosi negatif lainnya melanda penumpang kereta. Kereta api yang menghilang dalam terowongan kota Lewis muncul di tengah kota misterius dengan kecepatan tinggi. Tidak ada tanda-tanda kereta api akan berhenti meskipun masinis sudah berusaha menarik rem untuk menghentikannya. Kereta itu terus melaju, percikan api serta bunyi keras muncul di area ban kereta api—semua itu terjadi karena di sana tidak ada rel kereta sehingga ban kereta api bertemu langsung dengan aspal jalanan di tengah kota sepi tersebut.Langit merah serta tiga matahari di atas sana menjadi saksi bisu saat kereta api muncul dan terus berjalan tanpa tahu kapan harus berhenti.Kota itu memiliki beberapa gedung bertingkat dan juga bangunan-bangunan lainnya yang mengingatkan orang pada kota urban
Universitas Imperial St. Ludwig merupakan universitas negeri nomor satu di Therondia, dan sebagai universitas terkemuka tempat itu selalu memiliki kouta terbatas yang diincar oleh banyak orang, tidak hanya dari kalangan elit bangsawan saja tapi juga dari masyarakat umum. Sudah menjadi rahasia umum kalau mayoritas lulusan dari Universitas Imperial St. Ludwig menjadi petinggi dari beberapa sektor di Therondia, bahkan orang terkaya di negara ini merupakan lulusan dari universitas tersebut, begitu pula anggota keluarga kerajaan.Tidak heran kalau universitas tersebut menjadi kampus favorit bagi banyak orang.Orion, selaku rakyat jelata di Therondia merasa beruntung aplikasinya masuk ke Universitas Imperial St. Ludwig diterima. Nilainya pada ujian masuk perguruan tinggi menjadi nilai tertinggi, dan prestasi ‘Orion Black’ di sekolah juga menjadi nilai tambah baginya bisa diterima di universitas terkemuka tersebut. Tidak heran pihak kampus menerima aplikasinya begitu saja.Kendatipun demikia
Malam itu Mariana mengembuskan napas terakhirnya. Kondisi tubuhnya semakin lama semakin menurun, bahkan dengan penyaluran energi serta penyembuhan dari Dokter Ryan sekalipun tidak bisa membantunya. Nenek Orion tidak bisa bertahan lagi, dan tidak lama kemudian dia memejamkan mata untuk selama-lamanya.Mengetahui realita di depan mereka, anehnya Orion tidak melihat adanya guratan kesedihan maupun depresi di wajah neneknya. Hanya kelegaan yang muncul di wajah senja sang nenek, bahkan ketika dia memejamkan matanya pun bibirnya masih bisa menyunggingkan senyuman kecil yang menandakan kerelaan dari dalam lubuk hati terdalam.Orion hanya bisa melihat semuanya dalam diam, tidak sekalipun dia menyela maupun mengubah apa yang seharusnya terjadi, bahkan ketika dia sudah mendapatkan cairan kristal azuicot yang seharusnya bisa menyembuhkan Mariana. Semua itu adalah kehendak nenek Orion sendiri, wanita tua itu merasa waktunya sudah tiba dan dia tidak ingin berada di dunia ini lagi, bahkan nostalgia
Kereta api yang membawa Orion melaju dengan kecepatan tinggi, membelah garis perkotaan dan memasuki terowongan bawah tanah sebelum kemudian keluar dari sana. Hamparan sawah serta pegunungan tidak jauh dari sana menandakan kalau kereta api itu telah keluar dari area urban. Di atas sana senja pun pulai menyapa, burung-burung camar mulai menampakkan sosoknya dengan beterbangan beriringan, menambah keharmonisan layaknya lukisan indah di tangan pelukis jenius.Orion mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar jendela, pikirannya fokus pada telepon Dokter Ryan yang kini tengah tersambung dengannya.Apa yang terjadi? Mengapa nada suara sang dokter tampak tegang dan juga tergesa-gesa?Dua pertanyaan itu muncul dalam benak Orion, membuatnya sedikit khawatir.“Aku sedang berada di kereta menuju Desa Burton. Apa ada yang terjadi dengan Nenek?” Tanpa mengutarakan basa-basi seperti biasanya, Orion pun langsung bertanya dan mengutarakan maksudnya.“Orion, kondisi nenekmu berubah drastis dan sa
“Aku senang bisa melihatmu keluar dari dungeon dengan selamat,” kata Andy. Ucapannya terdengar tulus, begitu pula dengan senyuman yang terpatri di bibir tipis itu.“Kurasa itu hanya keberuntungan belaka,” sahut Orion, memberikan tanggapannya terhadap perkataan Andy.Andy menggeleng kepala. “Keberuntungan juga bagian dari kekuatan seseorang.”Pemuda berjas hitam tersebut menoleh ke arah tim penambang, kemudian matanya beralih pada mobil ambulans yang mengangkut Mark dan ketua tim penambang. Beberapa tim medis menutup pintu belakang mobil, dan tidak lama kemudian mobil ambulans itu mulai melaju meninggalkan area pembangunan gedung untuk menuju rumah sakit terdekat.Andy menghela napas pelan, senyumannya meredup.“Dari 30 tim Hunter yang masuk ke dungeon, hanya kalian bertujuh saja bisa keluar dari sana. Aku sempat mendengar dari Nona Eliza kalau monster dalam dungeon ini sangat berbahaya dan melebihi level yang NTH informasikan sebelumnya, kesalahan kecil ini menciptakan tragedi besar y
Layar hologram warna biru dimana hanya Orion yang bisa melihatnya muncul di hadapan pemuda itu. Kata ‘memproses’ yang disertai dengan angka dan garis proses pun tampak jelas tertulis di sana. Seiring dengan bertambahnya angka proses, garis warna biru pun juga mulai bergerak penuh, memperlihatkan kalau sistem yang Orion miliki tengah menganalisa cairan misterius dalam sisa-sisa kepompong milik ratu lebah.Tidak berselang lama proses analisa pun selesai, dan layar hologram di depan pemuda itu menampilkan hasil analisa yang telah selesai dilakukan.[Lelehan sisa kristal azuicot, memiliki kadar kemurnian mana sebesar 40%. Lelehan sisa kristal azuicot ini merupakan cairan nutrisi yang menyelimuti kepompong monster lebah. Memiliki sifat korosi medium, namun di dalamnya terdapat kandungan energi kehidupan sekitar 20%]Mata Orion berbinar, benda yang tengah dicarinya dan tampak sukar untuk ditemukan di mana-mana nyatanya ada di hadapannya sekarang ini. Meskipun tidak berbentuk kristal maupun