Share

31

Waktu itu angin sejuk dari akhir musim hujan meniup-niup daratan kota Eila, memberikan rasa sejuk dan hangat yang seimbang untuk sekedar berjalan-jalan keluar di tengah hari sambil menikmati pemandangan sawah dan perkebunan kebanggan kota mereka. Tanah yang tidak pernah berhenti memproduksi sayuran segar dan buah-buah yang menggiurkan dan bernilai mahal.

Di bawah pohon nangka besar di ujung kebun apel dan lemon milik salah satu keluarga paling kaya di kota Eila, Arkana berjongkok sambil memunguti daun-daun kering untuk bahan prakaryanya. Sudah setengah jam ia menunggu Svaha di sana, beberapa tetangga yang lewat menyapanya dengan ramah, namun teman baiknya tidak kunjung muncul. Jadi, Arkana memutuskan untuk mulai memungut daun-daun itu sendirian.

Beberapa helai rambutnya melambai-lambai bersama desiran angin yang semakin lama semakin membikin gigil. Arkana sudah bersin lebih dari tiga kali, ketika langkah kaki itu mendekatinya. Arkana memasang wajah senang sambil meno

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status