Share

Bab 9

Penulis: Win
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 18:18:20

"Rumahmu?" Tanya Adina.

"Aku pikir mungkin kalian mau berenang dan beristirahat." Jawab Derek datar.

"Benarkah?" Tanya Bobby kegirangan.

"Sekarang sudah larut." Kata Adina dengan nada peringatan.

"Besok libur, boleh, kan?" Rengek Bobby.

Karena Derek yang menyetir mobil, keputusan jelas bukan di tangan Adina, tapi dia sama sekali tidak menyukai ide untuk pergi ke rumah pria itu. Dia tidak mau Bobby menjadi terlalu akrab dengan orang terkenal yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan sewaktu-waktu bisa pergi begitu saja begitu kegembiraan memiliki seorang anak sudah luntur.

Dan kalau rasa tanggung jawab Derek membuatnya merasa wajib untuk mengasuh Bobby, bagaimana rumah tuanya, yang genteng belakangnya sangat perlu di perbaiki, dapat menandingi rumah modern yang indah dengan kolam renang di halaman belakang dan akuarium di dinding ruang makan?

Akuarium itu hanya salah satu dari ratusan benda lain yang di sebut Bobby "Keren!" ketika dia berjalan dari satu ruangan ke ruangan lainnya. Anjing berbulu hitam pekat sedikit menggeram pada Adina tapi langsung tertarik pada Bobby dan berjalan di samping anak itu, menggoyang-goyangkan ekornya dan menjilati lutut teman barunya.

"Gila! Ruamh ini benar-benar gila!" Pekik Bobby saat melangkah keluar menuju teras untuk mengagumi kolom renangnya.

"Kau bisa pergi berenang." Kata Derek pada Bobby. "Tapi lepaskan dulu sepatunya."

Dengan cepat Bobby melapaskan celananya dan langsung terjun tanpa ragu-ragu. "Gaya renang yang bagus." Komentar Derek.

"Belajar di klub pemuda pada selama sebelas minggu." Kata Adina.

"Apakah dia selalu berhasil ada apa pun yang dia lakukan?" Tanya Derek.

Mereka mengawasi Bobby berenang bolak-balik sebelum akhirnya berhenti untuk istirahat. Luna terus membuntututinya berlari-lari di tepi, menyalak dengan girang. Saat Bobby muncul di permukaan untuk mengambil napas, anjing itu langsung menjilati wajahnya.

"Anjing ini menyukaiku." Bobby tertawa dan menghindar dari jilatan anjing itu.

"Dia belum melakukan apa pun hari ini. Bagaimana kalau kau mengajaknya jalan-jalan?" Tanya Derek. "Dua blok dari sini ada orang yang memiliki sebuah mobil Ferrari. Biasanya mobilnya di parkir di luar saat ini."

Bobby kaluar dari kolam renang dan mengambil handuk dan rantai najing yang ulurkan Derek padanya. " Ayo, Luna. Aku pergi dulu."

Si anak remaja dan teman barunya yang setia keluar lewat gerbang pribadi yang langsung menutup otomatis di belakang mereka.

"Aku rasa Luna mau saja pergi dengan Bobby kalau anak itu mengajaknya langsung." Kata Derek. "Dasar anjing tidka setia."

"Dari dulu Bobby selalu ingin punya anjing." Kata Adina.

"Kenapa dia tidak pernah punya peliharaan?" Tanya Derek dengan alis berkerut.

"Ibuku. Hewan peliharaan membuatnya gugup. Sejak ibu masuk panti, aku belum sempat mencarikan anjing untuk Bobby." Jawab Adina sambil mengangkat bahunya.

Derek mempertimbangkan hal itu sebentar, lalu menunjuk ke arah sebuah ruangan di seberang kolam renang. "Ruang ganti wanita ada di sebelah sana. Kau akan menemukan berbagai macam model baju renang di dalam lemari, tapi aku tidak yakin ada yang ukurannya cukup untukmu."

"Aku tidak butuh baju renang." Jawab Adina.

Derek melangkah mendekat, suaranya berat dan tersenyum lebar. "Itu lebih bagus lagi."

"Bukan itu maksudku." Kata Adina sambil memutar matanya.

"Kau juga pernah berenang telanjang sebelumnya, aku ingat itu." Kata Derek.

"Sepertinya kau salah karena yang ada dalam ingatan itu adalah waktu kau dan Linda yang berenang telanjang malam-malam di laut." Balas Adina.

"Oh, benar. Waktu itu kau tidak mau membuka bajumu. Kami berdua terus menerus mengajakmu, tapi kau tetap tidak mau." 

"Kau bisa di tangkap karena merusak moral anak di bawah umur." Kata Adina tajam.

"kau tidak memberiku kesempatan untuk merusak moralmu. Kau menangis dan berlari pulang. Kenapa?" 

Adina menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa pun, dia terpesona dengan cahaya dari sinar bulan yang tepat berada di atas kepala Derek. Persis seperti apa yang dia lihat di pantai malam itu, ketika Deolinda menyebutnya pengecut dan mengancam akan mencekiknya kalau dia memberitahu orangtua kami tentang apa yang di lakukan kakaknya itu.

"Ayolah kuper. Ini tidak berbahaya. Kau tidak akan tersambar petir." Kata Derek berusaha membujuk Adina.

Saat itu Adina sangat ingin bergabung dengannya dalam air laut, tapi dia terlalu malu pada tubuhnya yang belum berkembang dan terlalu takut ketahuan.

"Kenapa kau tidak mau berenang bersamaku malam itu? Apakah kau takut padaku?"

"Tidak." Bantah Adina setengah berbisik.

"Kenapa kau menangis waktu itu, Adina? Apakah kau malu?"

"Aku menangis karena marah." Jawab Adina.

"Marah? Padaku?" tanya Derek bingung.

"Padamu dan juga Linda. Aku membencimu karena bisa menganggap semuanya begitu gampang sedangkan itu tidak bagiku. Tapi aku lebih marah pada diriku sendiri. kau tahu, sebenarnya aku sangat ingin bergabung dengan kalian, tapi aku tidak berani." Kata Adina jujur.

Mata Derek menyipit. "Sekarang kesempatanmu untuk mengganti kesempatan yang dulu hilang."

"Aku masih tidak berani." Kata Adina.

"Aku selalu berani." Kata Derek melepaskan sepatu dan membuka kaus kakinya. Dalam satu sentakan kaus birunya dia lepaskan lewat kepalanya. Kaus itu terjatuh di kaki Adina.

"Derek?"

"Hmm?" Gumam Derek saat dia membuka celana pendeknya.

Mata Adina yang lapar menjelajahi dada Derek. Bulu dadanya yang sudah sedikit lebih lebat di bandingkan ketika pria itu masih berumur dua puluhan. Bulu-bulu itu menutupi setiap ototnya yang keras, yang meyakinkan seorang pengusaha yang baru-baru ini meminta izin untuk memasarkan sebuah poster seorang Derek Emir.

Pengusaha itu ingin membuat gambar Derek yang memakai pakaian seragam pilot yang terbuka hingga ke pusar. Pasti akan laku keras. Tentu saja Maskapainya sangat marah. Mereka tidak memberi tanggapan resmi pada ide gila itu. Pers menayangkan berita itu selama beberapa hari sebelum akhirnya berita itu menghilang begitu saja.

Tapi sekarang Adina, dengan mulut kering, telapak tangan berkeringat dan lutut yang lemas, berpikir kalau ide pengusaha itu bagus juga.

Derek melepaskan celana pendeknya dan menendangnya ke samping, lalu mengaitkan ke dua ibu jarinya ke karet celana dalamnya. Otomatis Adina mengulurkan tangan untuk mencegah pria itu bertindak lebih jauh. 

"Aku tidak bisa membiarkan Boby melihatku berenang telanjang di kolam renangmu, Derek." Kata Adina. "Ini konyol dan sangat kekanak-kanakan. Hentikan."

"Kalau begitu berhenti menjadi perusak suasana dan pergi pakai baju renang."

Mata Derek menatap mata Adina dengan tatapan yang menantang. Adina mungkin bisa bertahan lebih lama kalau mata pria itu tidak mengangkat alisnya dengan penuh tanda tanya dan kembali mengaitkan ibu jarinya ke celana dalamnya. Derek menang.

Adina berbalik dan berjalan dengan kaku menuju pintu sebuah ruangan dan membantingnya hingga tertutup. Ada tiga baju renang dan sepuluh menit kemudian Adina muncul menggunakan sebuah baju renang berwarna hitam. bahannya cukup ketat untuk menutupi seluruh tubuhnya yang ramping.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibalik Bayangan Masa Lalu   Bab 41

    "Aku tidak berusaha terdengar seperti orang munafik. Jangan berpkir aku melihat diriku seperti itu. Seharian aku mempersiapkan pidato ini. Setiap kata yang aku ucapkan adalah ungkapan dari hatiku. Tolong biarkan aku selesaikan. Masih ada yang lain." Jawab Adina dan Derek menganggukkan kepalanya menyuruhnya melanjutkan apa yang ingin Adina bicarakan."Apa yang terjadi pagi ini..." Adina memulai."Hmm?""Ada beberapa alasan mengapa hal itu sampai terjadi." Kata Adina hampir tergagap."Yang aku tahu itu adalah pemanasan yang bagus." Kata Derek."Derek..."Maaf." Derek melambaikan tangannya dengan tidak sabar."Aku merasa sangat sedih karena kematian ibuku. Tidak berdaya, kau tahu. Seperti bertanya-tanya apa gunanya hidup kalau harus berakhir seperti itu?" Kata Adina."Aku mengerti. Kau membutuhkan untuk berkontak dengan manusia lain, dan menegaskan kalau hdup ini memang memiliki arti." Kata Derek sambil menganggukkan kepalanya."Benar." Kata Adina, diam-diam merasa terkejut karena Derek

  • Dibalik Bayangan Masa Lalu   Bab 40

    Dengan langkah lemas Adina menaiki anak tangga rumahnya. Dia tidak menyalakan lampu sama sekali, meski pun hari sudah sore dan kegelapan mulai memenuhi tiap sudut rumahnya.Di kamar tidurnya dia melepaskan sepatu kulitnya yang berwarna hitam dan meletakkan tasnya di atas lemari kecil. Adina berjalan menuju jendela yang mengarah langsung ke taman belakang. Dia menatap ke kejauhan untuk beberapa lama. Keputusaan telah merasukinya.Dia baru saja hendak berbalik ketika dia melihat bola sepak milik Bobby tergeletak begitu saja di rumpun bunga di tanah. Bola yang terlihat sangat kesepian, terbuang dan terlantar. da tampaknya melukiskan segala kesedihan dalam hidup Adina.Adina mendesah kuat-kuat dan mengulurkan tangannya ke punggung belakangnya untuk membuka resleting gaun hitamnya."Mari aku bantu." Kata Derek.Adina langsung berbalik karena terkejut. Derek berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka, dia masih mengenakan jaket hitam dan kemeja hitamnya. Saat denyut jantung Adina sudah k

  • Dibalik Bayangan Masa Lalu   Bab 39

    Setelah mandi dengan cepat, Adina segera berpakaian. Adina menenteng sepatunya dan berjalan menyusuri rumah itu, dia berjalan ke arah dapur. Kemudian dia melihat sebuah pintu yang setengah terbuka. Adina kemudian mendorong pintu pelan dan membukanya.Kamar Bobby. Hal itu yang langsung terlihat olehnya. Pakaian-pakaiannya tergelatak di mana-mana, Sebuah kebiasaan buruk yang dulu membuatnya marah tapi kini dengan pesih dia merindukan kebiasaan itu. Berbagai ponser bintang rock, altet olahraga, dan sebuah poster model berbaju bikini yang ceria memenuhi dinding kamarnya. Sebuah minatur pesawat ada di meja bersama dengan setumpuk buku sekolah.Meski pun Bobby baru menempati kamar itu sebentar, Bobby sudah mengisi kamar itu dengan semua ciri khasnya. Selain barang-barang yang dari dulu sudah dia miliki, Adina juga melihat ada sebuah tv baru yang lengkap dengan perlengkapan video game, sesuatu yang memang sangat di inginkan Bobby sejak lama. Sebuah telepon yang sepertinya baru saja di pasan

  • Dibalik Bayangan Masa Lalu   Bab 38

    Adina mendesah dalam-dalam sebelum dia membuka kedua matanya. Tubuhnya terasa lemas seperti dia baru saja melakukan aktifitas yang berat. Seolah setiap sel dalam tubuhnya tidak berdaya. Jantungnya berdetak lebih kuat dan lambat. Dia nyaris dapat merasakan aliran darah yang mengalir di pembuluh darahnya. Dia tidak ingat kapan terakhir kali dia pernah merasa sesantai ini. Bersantai seperti ini tanpa harus memikirkan apa pun rasanya enak sekali.Adina menguap dan meregangkan tubuhnya. Saat itulah dia merasa kakinya menyentuh kaki lain yang bukan kakinya. Adina langsung terkejut lalu dengan perlahan dia menoleh ke sampingnya. Derek sedang tidur tepat di sampingnya. Rambutnya acak-acakan dan bagian bawah wajahnya derdapat jenggot yang baru tumbuh. Selimut hanya menyelimutinya sebatas pinggang. Dada pria itu terpampang di depan wajahnya.Adina hanya berbaring dengan diam, dia nyaris tidak berani untuk bernapas. Adina memandangi pria itu. Menit demi menit sudah berlalu. Alam bawah sadarnya

  • Dibalik Bayangan Masa Lalu   Bab 37

    "Aku pikir aku tidak perlu mengatakan tentang apa rancanaku padamu, Derek." Kata Adina."Aku tidak membeli mobil itu sebagai sogokan agar bisa lebih dekat dengan Bobby. Aku berani sumpah. AKu ahkan berpikir kalau kamu mungkin akan ikut senang kalau Bobby juga senang." Kata derek sambil tersenyum sinis. "Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang istimewa baginya. Itu saja." Lanjut Derek."Aku juga begitu!" Kata Adina dengan meninggikan suaranya sambil menunjuk dadanya."Aku mengerti dan aku minta maaf karena itu. Memang aku yang salah. Hanya itu yang bisa aku katakan saat ini. Kecuali..." Derek berhenti dan memandang Adina dengan tatapan memohon dan menarik napas panjang. "Kau memiliki Bobby selama ini. Kamu merayakan ulang tahunnya selama ini bersamanya. Aku tidak pernah mengalami hal itu." Lanjut Derek.Adina terdiam, tidak mengatakan apa pun."Baiklah. Aku mungkin memang terlalu berlebihan dengan memberinya mobil itu. Tapi tolong jangan salahkan aku. Aku masih baru dalam hal ini. Aku a

  • Dibalik Bayangan Masa Lalu   Bab 36

    Mulut Adina menganga lebar. "Apa?""Mengingat keadaan emosionalmu saat ini, kamu tidak bisa mengendarai mobil, sesuatu yang buruk bisa saja terjadi di jalanan. Lagi pula, aku tidak yakin kalo kamu punya tenaga untuk pulang ke rumah. Sebaiknya kamu tinggal di sini saja, tidak baik kalau kamu sendirian malam ini." Jelas Derek."Tidak apa-apa. Aku bisa mengatasinya sendiri." Jawab Adina."Aku memaksamu. Aku punya banyak kamar tidur yang kosong." Kata Derek."Tapi tempat tidurnya sudah pernah di gunakan." Balas Adina.Derek meringis. "Ternyata kau masih ingat. Tajam sekali ingatanmu. Aku janji, malam ini tidak akan ada pasangan setengah telanjang yang akan mengganggumu. Semua temanku sudah tahu kalau aku sekarang tinggal bersama anak remaja jadi perilaku seperti itu sudah di larang di sini." Jawab Derek."Apa yang kamu katakan pada mereka?" Tanya Adina penasaran."Mereka harus mencari tempat lain jika ingin telanjang." Jawab Derek."Bukan, maksudku tentang Bobby." Kata Adina sambil memuta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status