Share

Bab 5

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:04:20
Grayson menyesap anggurnya, tetapi nyaris tidak menyentuh makan malamnya, sama sekali tidak berselera untuk menghadapi ayahnya. Namun, rasanya dia bisa saja mengabaikannya. Sejak insiden tersebut, dia belum sempat bertemu ayahnya, dan ayahnya nyaris mengamuk untuk memintanya berkunjung ke kastel. Ini adalah makan malam keluarga pertama mereka setelah sekian lama. Sayang rasanya jika harus berlangsung seperti ini.

Grayson merindukan hari-hari ketika ibunya masih hidup. Dulu, tidak peduli apa pun yang terjadi mereka akan selalu makan malam bersama. Akan tetapi, setelah ibunya meninggal karena kanker, makan malam keluarga mereka tidak pernah lagi sama. Saat dunia mereka sepenuhnya berubah, Grayson baru berusia sepuluh tahun dan Xavier delapan tahun.

Setelah ibunya meninggal, ayah mereka menjadi keras, tidak lagi santai dan ceria seperti saat istrinya masih hidup. Dalam sekejap dia pun menjadi menjauh dan memperlakukan keluarganya seolah-olah urusan bisnis, bukannya keluarga sesungguhnya. Untungnya, Grayson dan Xavier tetap akrab selama bertahun-tahun.

Kalau mengingat kembali masa itu, rasanya sulit untuk dipercaya bahwa mereka berhasil melaluinya. Namun, kekosongan yang tercipta karena ibu mereka masih terasa nyata, meski mereka kini sudah tumbuh dewasa.

"Akhirnya jalang itu pergi juga!" seru Raja Maxwell. "Sudah waktunya kau mengusirnya."

Grayson menghela napas. "Ayah, bisakah kita tidak membahasnya lagi?"

"Yang kau perlukan adalah seorang istri yang baik dari Estrea!" sang Raja hendak meminum anggurnya, tetapi malah menggunakan gelas itu untuk menunjuk ke arah kedua putranya. "Kalian berdua! Segeralah menikah! Cari wanita Estrea yang baik!" Dia menyesap minumannya, meletakkan gelasnya, dan menatap mata mereka. "Kalian berdua bertanggung jawab untuk memiliki anak dan meneruskan garis keturunan, paham?"

"Ayah, aku gay." Xavier menghela napas.

Ayahnya mengamatinya sesaat sebelum menjawab, "Itu ... seharusnya tidak menghalangimu untuk tetap memperistri seseorang! Lakukan kewajibanmu untuk negeri ini!"

"Kami sudah sangat memahami kewajiban kami." Xavier menghempaskan serbetnya. "Dan aku tidak akan memperistri siapa pun hanya untuk membuat ayah senang."

Ayah mereka menghantamkan kepalan tangannya ke atas meja. "Kau harus melakukannya!"

"Tidak akan," balas Xavier dengan tenang, lalu dia bangkit dari meja, meletakkan serbet di atas piringnya. "Kalau boleh sekarang, permisi." Setelah itu, dia berjalan keluar.

"Kau tidak boleh pergi saat aku sedang berbicara padamu!" seru sang Raja.

Xavier kembali berjalan masuk. "Hanya itu yang kau lakukan, Yah! Kau berbicara pada kami! Atau, lebih tepatnya menceramahi! Kau tidak pernah mendengar."

"Menemukan seseorang itu mudah. Tapi, jatuh cinta cukuplah sulit," potong Grayson, berusaha meringankan tekanan pada Xavier.

Sang Raja mengembuskan napas. "Siapa yang membahas soal cinta di sini? Kau pikir para leluhurmu menanti hingga cinta menghampiri mereka sebelum menikah? Tidak! Mereka menikah dengan istri yang sesuai, melahirkan garis keturunan, dengan begitu keluarga kita terus berlangsung."

Grayson mengangkat gelas anggurnya ke arah Xavier. "Sebuah bukti nyata keberadaan cinta."

Xavier menyeringai dan kembali duduk.

Kepala sang Raja terangkat cepat. "Grayson, ini bukan lelucon! Masa depan Estrea sedang dipertaruhkan!"

Grayson meletakkan gelasnya lebih keras daripada seharusnya. "Ayah, tidak ada yang sedang bercanda di sini."

Ayah mereka menatapnya dan Xavier bergantian, dan mengamati mereka. "Kalau begitu, beri tahu aku, apa yang sudah kalian usahakan untuk melanjutkan silsilah keluarga kita?"

"Soal itu, baru-baru ini aku mulai berkencan dengan seseorang," Grayson berbohong.

Semua orang berhenti makan dan keheningan menyelimuti seisi ruangan. Bahkan Maryellen dan Rachelle, pelayan mereka, terpaku saat menatap ke arahnya.

Grayson mengabaikan mereka.

Ayahnya akhirnya kembali tenang. "Baguslah! Apa dia seorang wanita Estrea yang baik?" Raja Maxwell terus bersikeras bahwa calon istri putranya haruslah seorang Estrea, hingga rasanya kuping Grayson bisa berdarah mendengarnya. Hingga titik ini, Grayson sudah tidak lagi peduli apakah calon pengantinnya adalah orang Estrea ataukah berasal dari Mars.

"Ayah, aku muak membuat kehidupan cinta kami menjadi pusat diskusi makan malam ini." Grayson bangkit dan menegak habis sisa anggurnya. "Karena itu, aku akan pergi."

"Nak, maaf kalau aku sudah terlalu keras. Tetapi, dengan semua yang sudah terjadi dan masalah dengan Marcus ... ya ...." Ekspresi sang Raja melembut. "Kumohon. Tetaplah tinggal. Kau belum menyentuh makan malammu sama sekali."

Grayson menghela napas dan menepuk pundak ayahnya. "Lain kali. Selamat malam, Yah."

Sebelum ayahnya bisa mengatakan hal lain, Grayson sudah melangkah tegas keluar pintu dan tidak berhenti hingga dia sudah berada di luar.

"Biarkan aku mengantarmu pulang. Kau sudah minum terlalu banyak." Grayson berbalik dan menemukan Xavier mengikutinya keluar.

"Kau pun sudah minum banyak."

Xavier menggeleng. "Tidak. Aku hanya minum satu gelas sepanjang malam."

Grayson menghela napas. "Terserah." Dengan begini, mereka pun bisa sekalian mengobrol.

"Kita naik mobilku." Xavier menekan tombol buka kunci dan mobil Corvette antiknya berbunyi pelan. "Kau bisa kembali dan mengambil mobilmu besok."

Grayson mengangguk dan mengalah tanpa protes. Selagi mereka berkendara menuju rumah milik Grayson di kawasan elite, pria itu menatap pepohonan yang mereka lintasi. "Xavier, maaf soal Dima yang sudah membongkar rahasiamu. Dia boleh saja menyerangku, tetapi seharusnya dia tidak menarikmu ke dalam masalah ini."

Xavier mengangkat bahu. "Kurasa ayah pun sudah tahu sejak awal." Dia melirik ke arah Grayson dan tersenyum. "Lagi pula, setidaknya itu membuatku tidak harus lagi mengadakan konferensi pers."

Grayson terkekeh. Tidak peduli apa pun yang terjadi, Xavier masih bisa menemukan sisi positif dalam segala hal. Grayson hanya berharap Xavier bisa tetap berpandangan seperti itu seterusnya.

***

"Kau ingin masuk untuk minum?" tanya Grayson pada Xavier saat dia menghentikan mobil di depan rumah Grayson di kawasan elite sesaat kemudian.

Xavier menyeringai. "Tidak, aku menyetir." Dia menatap mata Grayson. "Apa kau akan baik-baik saja?"

Grayson menepuk bahu Xavier. "Ya, terima kasih." Dia mengangkat alis. "Kau?"

Xavier tersenyum. "Sama."

Grayson tersenyum. "Ya, begitulah." Dia menarik adiknya ke dalam pelukan dan melepaskannya. "Hati-hati saat menyetir pulang."

Xavier tersenyum. "Tentu saja." Grayson beranjak keluar mobil, tetapi sebelum dia menutup pintu, Xavier menambahkan, "Kau harus memberitahuku soal gadis misteriusmu suatu hari!"

Grayson tertawa, tahu adiknya mungkin sudah mencurigai bahwa tidak ada "gadis misterius" ini sama sekali.

"Nanti saja. Nanti." Grayson menutup pintu dan Xavier mengangguk ke arahnya dan menjalankan mobil untuk pulang ke rumah.

Dalam perjalanan naik tangganya, Grayson mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor AmericanMate. Tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status