Share

Bab 9

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:04:20
Beberapa hari setelah dia mengirimkan berkasnya, telepon berdering. Saat Ari melihat nama penelepon, dari AmericanMate.

"Halo?" Ari menjawab, mengangkatnya pada dering pertama. Rasanya seperti kupu-kupu menari dalam perutnya. Ini adalah panggilan yang ia nanti-nantikan.

"Ya. Apakah ini Nona Ari Douglas?" terdengar suara wanita di ujung seberang.

Ari menjaga suaranya tetap tenang. "Betul, ini Ari," ia menjawab, hatinya berdebar.

"Halo. Nama saya Alba dan saya menelepon dari AmericanMate," wanita itu berkata. "Kami telah menerima berkas Anda dan pemilik akan berbicara dengan Anda secara langsung terkait dengan kesesuaian Anda. Anda punya waktu sebentar?"

"Ya, tentu." Semua skenario berlarian di kepalanya, dari dicocokkan dengan seorang miliarder hingga ditolak ... dan semua yang ada di antaranya.

"Tolong tunggu sebentar." Suara musik mendadak mulai mengalun di telinganya.

Ari tidak keberatan. Dia mensyukuri momen tunggu tersebut. Ia beberapa kali menarik napas dalam dan menenangkan selagi menunggu.

Vickie melihatnya dari belakang meja tempat dia sedang mengerjakan PR-nya dan menaikkan alisnya. Ari mengangguk mantap, memberitahu sahabatnya telepon itu dari AmericanMate tanpa suara.

"Apakah kau bisa mengalihkannya ke Skype," Vickie berbisik, "Atau paling tidak nyalakan speaker-nya."

Awalnya Ari tak mau melakukannya, kemudian dia sadar akan sangat bagus baginya jika ada orang lain yang mengawasi panggilan itu. Ia terlalu gugup dan bersemangat hingga takut mungkin akan melewatkan sesuatu.

"Kalau aku melakukannya, kau harus berjanji tak akan bilang apa-apa."

Vickie mengangguk, sementara mulutnya menganga tak percaya, seakan berkata, Bukannya aku selalu begitu?

"Selamat siang," kata suara riang seorang pria di telepon . "Saya Hugh Franklin, pemilik AmericanMate. Apa kabar Anda hari ini?"

"Baik, terima kasih," Ari menjawab. "Apakah Anda keberatan jika saya nyalakan speaker-nya?"

"Tidak, tidak sama sekali," ucapnya. Ari segera memencet tombol hingga Vickie bisa mendengarnya juga. "Nona Douglas, saya ingin berterima kasih atas lamaran Anda di agensi kami dan secara pribadi saya ucapkan selamat datang di AmericanMate."

"Terima kasih." Ari terkejut karena sang pemilik sendiri yang meneleponnya dan bertanya-tanya apakah ini memang prosedur standar.

"Saya juga ingin memberitahu Anda bahwa saya tidak menampilkan Anda di situs, tapi menemukan pasangan yang sesuai untuk Anda, yang bersikeras untuk menjaga kerahasiaannya," lanjut pria itu. "Tentu saja, Anda akan disumpah untuk kerahasiaan mutlak."

Ari memandang Vickie, yang sama bingungnya. "Ya, tentu saja."

"Bagus," Tuan Franklin melanjutkan. "Selanjutnya, saya ingin Anda tahu bahwa kami baru saja menerima penawaran tertinggi yang pernah kami terima, tapi beliau ingin melakukan panggilan Skype dengan Anda sebelum transaksinya lengkap."

"Ya, tentu saja," Ari setuju. "Boleh saya bertanya, berapa banyak tawarannya?"

"Tiga juta dolar ... dan beliau akan membayar biaya perjalanan Anda, dan tentu saja termasuk biaya-biaya lain yang mungkin Anda keluarkan."

Ari hampir saja menjatuhkan teleponnya. Di seberang ruangan, Vickie menari-nari bahagia dalam diam. Ari mengabaikannya.

"Apakah Anda senggang besok ... katakanlah ... sekitar pukul dua belas siang?" tanya Tuan Franklin. "Dengan adanya perbedaan zona waktu, akan menjadi pukul lima sore di tempat beliau."

"Ya. Baik." Itu akan memberinya waktu untuk bersiap-siap. "Boleh saya bertanya di mana beliau tinggal?"

"Saya tak bisa memberi Anda terlalu banyak detail, namun beliau dari Estrea, suatu kedaulatan di wilayah Eropa," Tuan Franklin menjawab. "Beliau yang akan menceritakan detailnya, tapi jika Anda berdua setuju, Anda akan diminta untuk terbang ke Estrea untuk tinggal di sana. Apakah itu bisa diterima?"

Ari menghela napas. Ia benci akan pikiran harus meninggalkan ibu dan adiknya, tapi ia akan bersedia melakukan apa saja jika itu berarti kesempatan untuk menyelamatkan adiknya. "Ya, tentu saja."

"Bagus!"

"Siapa namanya?"

Ada sebuah jeda, dan akhirnya Tuan Franklin berkata, "Tentu saja, Anda sudah menandatangani perintah tutup mulut, jadi Anda disumpah untuk menjaga kerahasiaan mutlak."

"Ya, tentu saja." Ari memandang Vickie. "Teman saya, Vickie, masih mendengarkan. Apakah tidak apa-apa?"

Ada sedikit jeda sampai akhirnya ia menjawab. "Lebih baik secara rahasia. Silakan matikan speaker-nya."

"Baik, Tuan." Ia melakukan apa yang diminta dan Vickie hanya bisa pasrah menjatuhkan diri secara dramatis ke ranjangnya, penasaran setengah mati siapa orang itu. "Oke. Saya siap." Jantung Ari berdegup penuh antisipasi.

"Namanya Pangeran Grayson Pierce dari Estrea. Beliau adalah putra mahkota."

Ari hampir jatuh ke ranjang. "Jadi, jika kami menikah, itu akan menjadikan saya seorang putri?"

Bola mata Vickie seakan meloncat dari kepalanya.

Ia seakan bisa mendengar senyum dalam suara Tuan Franklin. "Ya, benar. Dan jika semuanya berjalan dengan lancar, akan jadi calon ratu, saat waktunya tiba. Namun, itu lebih baik dibicarakan pada diskusi selanjutnya."

"Oh begitu ...."

"Jadi, apakah Anda setuju?" Tuan Franklin menunggu penuh harap.

Ari menghela napas. Akan banyak yang harus dikorbankan, tetapi banyak juga yang akan dia dapatkan. Dan adiknya layak mendapatkan kesempatan sekecil apa pun ... sepenuhnya. "Ya, tentu saja."

"Bagus!" Tuan Franklin terdengar sangat gembira seakan baru memenangkan lotre. "Saya akan menugaskan Alba mengirimkan tautan Skype sebentar lagi."

Vickie kembali meloncat-loncat di ranjangnya.

Ari memutar matanya. "Saya menunggu kesempatan itu." Setelah dia mematikan telepon, dia menatap Vickie. "Menurutmu aku melakukan hal yang benar?"

Vickie menjatuhkan diri ke ranjang, menatapnya dengan mata lebar, mengingatkan Ari pada anak kecil. "Siapa dia?" tanyanya dengan suara pelan.

Ari menghela napas. "Aku bersumpah jika kau memberi tahu orang-orang, aku tak akan pernah bicara padamu lagi."

Vickie menyilangkan tangan di dadanya.

"Pangeran Estrea ... di mana pun itu."

Vickie berpikir sejenak lalu mengedikkan bahu. "Yah? Kau bisa saja dapat yang lebih buruk."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status