Share

Bab 10

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:04:20
"Olivia, aku sedang menunggu telepon," Grayson berbicara pada speaker ponselnya. "Tolong tunda panggilan lainnya."

"Baik, Yang Mulia," jawab Olivia.

"Terima kasih, Olivia."

Grayson mengembuskan napas berat setelah memutus sambungan itu, berharap dia sedang melakukan hal yang benar. Dia telah memikirkannya berulang kali dan ia tahu ini adalah pilihan yang tepat. Ia hanya pernah memberikan hatinya pada satu wanita ... dan wanita itu baru saja menghancurkannya. Tidak, lebih baik ia hidup tanpa cinta. Lagi pula, kakek moyangnya dan orang-orang terhormat di masa lalu, bahkan para bangsawan, menikah karena status, uang, atau untuk meneruskan garis kebangsawanan. Mengapa ia tidak?

Telepon berdering dan Grayson menekan tombol speaker. "Yang Mulia, panggilan yang Anda nantikan sudah tersambung."

"Terima kasih, Olivia." Ia menekan klik, lalu menekan sebuah tombol di komputer. Seketika, seorang pria berpakaian rapi dengan rambut keabu-abuan tampak di layar. "Yang Mulia, nama saya Tuan Franklin dari AmericanMate. Saya sudah terhubung dengan Nona Douglas. Apakah sekarang waktu yang tepat?"

Grayson memaksakan seulas senyum. "Ya, tentu saja. Terima kasih, Tuan Franklin."

Pria itu mengangguk kecil, bibirnya membentuk senyuman. "Yang Mulia."

Layar kemudian tertutup sebentar, ketika menyala kembali, wanita berambut coklat panjang sama seperti di foto muncul di layar. Namun, wanita itu tampak lebih cantik dari fotonya.

"Halo, Nona Douglas," ia mengawali. "Nama saya Grayson. Senang bertemu Anda."

"Saya yang senang," katanya. Suaranya terdengar manis dan terpelajar. Terlihat dari perangainya, bisa dibilang ia wanita yang kuat tetapi lembut.

Grayson melipat tangannya di atas meja, memutuskan untuk menjaga pertemuan mereka dalam nuansa bisnis. "Terima kasih telah bersedia bertemu saya hari ini. Saya minta maaf tidak bisa bertemu langsung, tetapi dalam waktu sesingkat itu—"

"Tidak apa-apa," Nona Douglas memotong. "Saya sangat mengerti."

Grayson mengangguk. "Baik, kalau begitu." Ia menghela napas. "Saya punya beberapa persyaratan sebelum menjadi suami Anda. Sayangnya, persyaratan-persyaratan itu tidak bisa dinegosiasikan. Namun, jika Anda tidak setuju, kita bisa berjalan sendiri-sendiri dan tak ada yang terluka. Namun, saya tetap akan meminta Anda untuk menjaga kerahasiaan mutlak."

"Saya mengerti," ujarnya, ekspresinya tak terbaca.

"Baik kalau begitu." Grayson mengembuskan napas dalam. "Ini akan menjadi pernikahan sungguhan. Namun, aku tak akan memaksamu. Saat kau siap, kau yang akan datang padaku. Selain itu, kau jangan pernah mengkhianatiku. Jika kau jadi tidak bahagia, maka kau akan mengatakannya padaku secara langsung."

Ia mengangguk.

"Hal lainnya," Grayson melanjutkan, "tak pernah ada perceraian di keluargaku. Artinya, aku tak akan pernah menceraikanmu. Jadi, pikirkan baik-baik sebelum menerima tawaranku."

"Aku mengerti."

"Dan satu hal lagi, Nona Douglas—"

"Tolong panggil saja Ari," dia memotong. Ketika ia terdiam, wanita itu mengedikkan bahu dan menatap lurus-lurus ke dalam matanya. "Jika kita akan menikah, bukankah paling tidak kita bisa saling memanggil nama masing-masing?"

Grayson menyeringai. "Ya, benar sekali ... Ari."

Ari memiringkan kepalanya. "Ada lagi yang ingin kau katakan padaku?"

"Kau suka berterus terang, bukan?"

Wanita itu tersenyum. "Sama sepertimu."

Grayson berpikir sejenak kemudian mengangguk. "Ya, bisa dibilang begitu."

"Jadi?"

Grayson mencondongkan badannya lebih dekat ke layar, menyukai keberanian wanita ini. "Mengapa kau melakukan ini?" Dia menghela napas. "Aku ingin kebenarannya, apa pun itu."

"Aku ... eh ... lebih baik tak usah ...."

"Kalau begitu panggilan ini selesai," jawab Grayson. "Terima kasih atas waktumu."

"Tunggu!" teriaknya, ketenangannya hilang sudah. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca, air matanya terancam akan tumpah.

Grayson menunggu, memberinya waktu.

"Adikku terkena leukimia," katanya, suaranya hampir seperti bisikan "Ibuku seorang pelayan dan tak punya uang maupun asuransi. Dan adikku, Henley, kami berdua adalah mahasiswa. Aku berhenti kuliah sampai semua ini berakhir." Dia menghela napas. "Tak ada cara lain untuk membayar tagihan rumah sakitnya."

Grayson membeku menatap layar. Melihat Ari, mendengar ceritanya, membawa ingatannya kembali saat kehilangan ibunya akibat kanker. Ia dengan cepat mengumpulkan kembali ketenangannya. "Alih-alih tiga, aku akan memberimu lima juta. Dua juta untuk belanja pakaianmu dan untuk menyelesaikan masalahmu. Dan juga, aku mengharapkanmu untuk pindah ke Estrea sesegera mungkin."

Ari mengangguk, menyeka air matanya. "Apakah aku boleh pulang untuk mengunjungi adik dan ibuku lagi?"

Grayson tersenyum. "Ya, tentu saja. Kau akan jadi istriku, bukan budak. Kau bebas bepergian sesukamu. Meski demikian, kau akan diminta untuk bersama pengawal sepanjang waktu ... sama seperti semua keluarga kerajaan lainnya."

Ari mengangguk menyetujui perjanjian itu, kemudian menatap matanya, menegakkan bahunya, lalu menunggu.

Grayson bergerak mendekat ke layar dan menurunkan suaranya. "Kau tak perlu takut, Ari. Aku pria terhormat, dan kau akan aman bersamaku."

Ia tersenyum. "Aku menghargainya."

"Selanjutnya, sebagai istriku, kau akan diberikan pelajaran orasi dan menjalankan semua tugas bersamaku." Tak mampu menahan diri, hatinya mulai bersimpati padanya. "Apakah kau punya keinginanmu sendiri?"

"Aku hanya ingin adikku mendapatkan perawatan medis sebaik mungkin." Ia menatap layar, pandangan matanya tak pernah goyah.

"Baik. Aku akan menelepon. Setelah itu, beritahu Olivia, asisten pribadiku, nama rumah sakit tempat adikmu dirawat."

Ari mengangguk. "Terima kasih."

Grayson tersenyum. "Aku senang melakukannya." Dia menghela napas berat. Tadinya ia ingin menjaga pertemuan ini tetap dalam nuansa bisnis, dan ia bisa merasakan kendalinya terlepas saat ia merasa bersimpati pada Ari. Alasannya mau melakukan ini sangat mulia. Mungkin alasan yang paling mulia yang bisa Grayson pikirkan. Jika saja uang mampu menyelamatkan ibu Grayson, maka ia juga tak akan ragu. "Apakah kau setuju dengan syarat yang kuajukan?"

"Ya, itu sangat murah hati. Terima kasih," jawab Ari.

Grayson tersenyum "Mari berharap kau masih tetap akan berterima kasih setelah kita menikah selama dua puluh tahun."

Ari menyeringai. "Mari berharap kau masih tetap akan memberikan penawaran yang sama setelah dua puluh tahun."

Grayson tergelak, mengagumi keberaniannya. "Aku akan bicara denganmu secepatnya." Lalu ia berkata pada Olivia. "Siapkan berkas-berkasnya." Ia mulai berjalan keluar, tetapi kemudian berbalik. "Dan juga, cari nama rumah sakit tempat adiknya dirawat. Kalau kau sudah selesai, beri tahu aku."

Olivia mengangguk. "Baik, Yang Mulia."

"Terima kasih." Ketika berjalan pergi, dia berharap sedang membuat keputusan yang tepat. Namun, entah jadi lebih baik atau lebih buruk, secara harfiah, ia sudah melakukannya, tahu bahwa saat ia membuat keputusan, ia akan melaluinya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status