“Dia mengatakan hal yang aneh?” ulang Prims sembari menatap Arley, sejenak menghentikan kegiatan mengunyah yang sedang berlangsung.“Iya, Sayang,” jawab Arley tanpa keraguan.Prims memiringkan kepalanya sekilas ke kiri, “Apa yang aneh itu, Arley?”“Kamu sungguh tidak menyadarinya?”“Tidak,” Prims menggeleng dengan yakin.“Dia bilang kalau profesor Mashe lebih sering membicarakanmu.”“Lalu?”“Itu aneh, Sayang.”“Huh?” kedua alis Prims terangkat. Menatap lurus pada Arley yang meletakkan kedua tangannya tertelungkup di bawah dagunya selama beberapa detik.Terlihat sedang mencoba merangkai kata untuk bisa ia katakan pada Prims dalam cara sesederhana mungkin.“Saat seseorang mengatakan, ‘lebih banyak’ atau ‘lebih sering’ atau mungkin ‘lebih baik’ itu harus dada pembandingnya. Misalnya ... profesor Mashe lebih banyak membicarakanmu daripada dia. Tapi Celine tidak bilang begitu tadi. Dia hanya bilang kalau ‘profesor Mashe lebih banyak membicarakanmu’ begitu saja. Kalimat itu tidak lengkap, d
“Sayang?” panggil Arley dengan panik. Trauma dengan penculikan yang terjadi sebelumnya. Apalagi dengan keadaan Arley yang meninggalkannya begitu saja, ia dibuat cemas.Arley hampir berlari menuju ke titik kecelakaan terjadi karena berpikir Prims menyusulnya.Tetapi hal itu ia urungkan saat ia melihat Prims yang datang dari seberang jalan dengan sebatang es krim yang ada di tangannya.“Astaga ....”Arley jatuh kedua bahunya. Sedangkan yang dicemaskan dan hampir membuatnya terkena serangan jantung malah datang dengan polosnya.“Kamu sudah selesai?” tanya Prims sembari menyodorkan satu es krim pada Arley.“Dari mana kamu, Primrose?”“Aku ingin buang air kecil. Jadi aku ke swalayan yang ada di sana,” tunjuknya sekilas pada swalayan yang memang tak jauh dari mereka. “Lalu membeli ini karena aku pikir evakuasinya akan lama.”“Kamu tahu kalau aku baru saja berpikir bahwa kamu menghilang?”Prims hampir saja tersedak mendengar yang disampaikan oleh Arley.“Maaf, aku betul-betul tidak bisa me
‘Celine bertemu profesor terlebih dahulu daripada Nona.’ Berulang kali Prims mengatakan itu di dalam hatinya.Terngiang, menimbulkan persepsi khusus yang dibentuk oleh batinnya sendiri.Yang semakin lama Prims pikirkan ... ia sepertinya mengerti kenapa Celine membencinya.Itu pasti karena Celine menganggap Prims telah mengambil posisinya di samping profesor Mashe. Dan itu diperkuat oleh pernyataan Jayden yang mengatakan,“Dari informasi yang aku peroleh, dulunya Celine adalah seorang anak di panti asuhan. Selama dia tumbuh di sana, dia mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari bapak pemilik pantinya. Kemudian pada hari dia melarikan diri dari panti itu, dia menepi ke studio milik professor Mashe. Setelah beberapa kali datang ke sana, dia mendapatkan hidup yang lebih baik karena profesor memberinya pekerjaan sebelum akhirnya dia dinikahi oleh seorang dokter gigi.....“Tetapi, kebahagiaan yang dia dapatkan dengan pria itu tidak bertahan lama karena mereka dihadapkan pada sebu
‘Apakah memang sejauh itu?’ batin Prims menelan rasa cemas.Ia terdiam selama beberapa menit untuk mencerna peristiwa yang terjadi di sekitarnya ini.Termasuk juga Celine yang sedalam itu membencinya tanpa Prims ketahui.....Jayden dan Lucia berpamitan beberapa saat setelahnya. Setelah memastikan Prims sedikit tenang dan meyakini bahwa tak akan ada hal buruk yang terjadi padanya.Tetapi, meski bibir tersenyum kala mengatakan ‘Iya’ tetapi hatinya tak bisa berbohong.Ia cemas.Memasuki kamarnya yang ada di lantai dua, ia duduk dengan menghela napasnya yang berat. Ingin abai pada apa-apa saja yang ia dengar hari ini dan percaya pada Arley serta Jayden bahwa tak akan ada sesuatu yang buruk menimpanya, tetapi tidak bisa.Mengingat kembali rekaman video di mana Celine merobek lukisannya dengan senjata tajam saja membuat Prims bergidik merinding.Entah apa yang akan ia lukai dengan senjata tajam miliknya itu. Jauh hari sebelumnya adalah Golden Retriver milik suaminya, lalu lukisan Prims. Ti
Prims Melihat salah seorang dari mereka juga menggdor kaca mobil di kursi penumpang. Suara tembakan sekali lagi menggema di udara. Mulut pistol dari salah seorang pria itu diayun-ayunkan di jendela tempat di mana Will duduk. Seolah itu adalah sebuah ancaman agar Will segera keluar atau nyawanya yang akan menjadi taruhan."Jangan keluar, Pak Will," pinta Prims memohon.Saat Prims berpikir bahwa Will akan menurut untuk keluar dari mobil, yang ia lakukan selanjutnya ternyata di luar dugaan.Will menginjak pedal gasnya, menerjang para pria berpakaian hitam itu.Tembakan semakin sering terdengar, Prims menutup kedua telinganya.Will pontang-panting mengemudikan mobilnya. Ia seperti tidak ingin membuat Prims masuk dalam jebakan yang sama seperti yang dilakukan oleh Alice saat menculiknya.Prims menoleh ke belakang, dua mobil mengikutinya menerjang jalanan di Seattle yang lengang. Will sesekali melirik melalui kaca spion yang menggantung di atasnya, memeriksa Prims yang duduk di belakang de
“Bagaimana caranya menggiringnya untuk datang pada kita, Nona Primrose?” tanya Carlos. Prims yang ditanya beberapa saat terdiam sebelum ia menatap pria dengan jas semi formal itu.“Anda bisa menggunakan temannya untuk memancing kedatangannya, detektif Carlos.”“Dengan pria-pria yang tadi mengejar anda?”“Benar. Kita bisa memanfaatkan mereka untuk memberi tahu Celine bahwa mereka sudah berhasil menangkapku.”“Bagaimana kalau dia tidak percaya?”“Aku yakin dia akan percaya, dari tempat dia bersembunyi dan mengasingkan diri ... memercayai orang yang sudah dia bayar untuk melakukan kejahatan lebih membuatnya percaya daripada ia percaya pada orang baru.”“Lalu selanjutnya? Kami ingin mendengar rencana dari anda, Nona Primrose.”“Gunakan aku untuk membuatnya keluar!”Prims bisa mendengar hela napas Arley yang sedikit dalam, ada ketidak setujuan yang menyeruak darinya. Tetapi ia sedang menahan diri untuk tak mengkonfrontasi istrinya di depan banyak orang.Mereka pergi setelah melakukan bebe
“Sebaiknya kamu menjaga bicaramu karena hidup dan matimu bergantung padaku sekarang ini, Primrose!” ucap Celine seraya menghembuskan asap rokok di depan wajah Prims yang terbatuk untuk menghindarinya.Wanita itu menjatuhkan putungnya yang terlihat masih mengeluarkan bara. Di atas lantai yang sedikit basah dan lembab, kakinya yang berbalut di dalam sepatu cats itu menginjaknya hingga pipih.Meski Prims tidak melihat ke bawah, ia yahu betul bahwa sekarang ini Celine sedang menjadikan putung rokok itu sebagai sebuah peringatan, menyusul kalimatnya yang memberi ancaman perihal hidup dan mati prims bergantung padanya.“Apa alasan kamu melakukan ini?” tanya Prims, menatapnya dengan mata yang berair. “Karena kamu sudah mengambil semuanya dariku.”“Aku? Mengambil apa darimu memangnya?”Celine lebih dulu tertawa sebelum melepas tangannya dari leher Prims dengan kasar.“Tempat di samping profesor Mashe. Kalau kamu tidak lancang dengan datang ke studio itu, yang menjadi satu-satunya orang di sa
“AKHH!” Celine merintih kesakitan.Niat hati ingin menyerang Prims dan membungkamnya karena ‘lancang’ yang terjadi justru dirinyalah yang malah babak belur.Punggungnya terasa patah saat ia menerjang meja setengah lapuk yang tadi ia duduki.Sebuah hal yang tidak ia antisipasi. Langkah Prims seperti baru saja lepas dari pegawasannya dan menjadi senjata makan tuan.Ia berpikir ... ‘Bagaimana bisa Prims memiliki kekuatan seperti itu?’Ataukah memang itu adalah sebuah bentuk pembelaan diri? Sehingga kekuatan yang terperangkap di dalam dirinya keluar di saat ia merasa terhimpit dan tak memiliki jalan keluar?Belum usai pemikiran panjangnya ... atau bagaimana saat ia meraba punggungnya di bawah tatapan Prims yang menelisik dan mengusiknya, tiba-tiba ... “ANGKAT TANGAN!”“POLISI! ANGKAT TANGAN!”Celine mendengar derap kaki banyak orang. Ia mencari perlindungan dengan meraba senjata api yang ia sembunyikan di balik kaos ketat yang ia kenakan.Tetapi hal itu urung ia lakukan karena ia mendeng