Share

5 : Sentuhan Hangat

Penulis: Az Zidan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-07 01:57:08

Jarum pada jam di dinding tertuju di angka tiga. Kebosanan melanda hidup Dara semenjak keputusannya menikah. Awalnya dia mengira bahwa ini perjuangan.

Namun, setahun terlepas, mulai terasa bahwa ini memang kebodohan. Gadis dengan tinggi seratus enam puluh sentimeter itu, duduk di ruang tamu. Menghadap ke pintu. Mengubah tatanan kursi yang semula menghadap tembok.

Dia benar-benar mencari kesibukan untuk mengalihkan pikirannya yang semerawut.

Kemudian ia buka lagi laptopnya. Berkelit dengan cerita yang digarap sejak sebulan lalu.

"Ini hal konyol yang sebetulnya, Dara," cecarnya pada diri sendiri.

"Lihat! Orang di luar sana mengagumi bagaimana kau begitu mahir menata diksi tentang bagaimana seorang pria menjamah wanitanya. Sementara kamu sendiri merasakan sensasinya saja tidak pernah! Dusta apa lagi yang kamu ciptakan, huh?" kesalnya pada diri sendiri.

Ia sempatkan untuk membaca setiap komentar. Dia balas dengan ungkapan terima kasih. Dan— di sinilah Dara sekarang.

Merenungi, betapa hebat dia menjabarkan kisah romantis sementara kehidupan dunia nyatanya bertolak belakang.

Setelah usai dengan naskah romantisnya, Dara beralih pada cerita fantasi yang hampir seluruh pembacanya tidak segan-segan menggelontorkan uang untuk memberikan tip padanya.

[Ingin bertemu dengan penulisnya.] tulis sebuah akun dengan nama satu alfabet A.

Hanya komentar inilah yang menyita perhatiannya. Selebihnya, bahkan Dara hanya membaca lalu lanjut gulir.

"Sial!" umpatnya saat menyadari jam sudah cukup lama berputar. Dia duduk di tempat itu selama lima jam.

Dara berdiri, ia menukik tubuhnya dan persendian itu mengeluarkan bunyi yang melegakan.

"Gosok tubuhmu agar Raka mau menggaulimu," katanya pada diri sendiri.

Dara menyibak tirai abu-abu kamar mandi. Menutup bilik dari dunia luar. Lantas mengguyur tubuhnya dengan dinginnya air malam ini.

Entah, setan dari mana. Ada satu keinginan diri yang mencoba membujuk Dara merasakan bagaimana indahnya sebuah sentuhan.

Ia giring jemari-jemari kecil nun panjang miliknya untuk membelai diri sendiri. Sejenak Dara terpesona. Gelenyar aneh itu mengaduk perutnya.

"Ah—" desahnya. Entah sadar atau tidak yang pasti saat itu juga mata Dara melotot. Ia jauhkan sejauh mungkin tangannya sendiri.

"Jangan gila, Dara! Jangan mencoba mencelupkan dirimu dalam lubang penyesalan!" Gadis itu terus menyadarkan diri agar tidak kehilangan arah.

Secepatnya ia tarik handuk dari gantungan dan membebatkan pada tubuh. Lekas keluar dari kamar kecil itu dan mengenakan pakaian yang serba panjang. Mencari kehangatan lain yang tidak akan membakar tubuhnya dengan nyaman seperti tadi.

"Kamu beneran nggak pulang, Mas," rintih Dara. Ia mengintip di balik kaca buram seperti biasa.

Dara memutar tubuhnya dan duduk di tempat sebelumnya ia menghabiskan waktu dengan hobinya. Embusan rasa kecewa itu bergelayut mesra pada dirinya. Teramat erat perasaan itu memeluknya.

Dara tersenyum puas saat mendengar suara deru motor beat yang terparkir di depan rumahnya.

Dengan cepat, gadis itu bangkit dan membuka pintu. Senyum penyambutan itu dia suguhkan. Bahkan Dara tepis jauh-jauh bayangan pertengkaran mereka pagi tadi.

"Kamu pulang, Mas? Aku kangen, maafkan aku, ya?" Tangannya melingkar di leher Raka.

Kedua tangan Raka mencekal pinggul Dara. Tanpa ragu Dara berjinjit untuk mendekatkan bibirnya pada mulut Raka. Ia lumat lembut, ia jepit bibir bawah suaminya menggunakan kedua mulut sebelum akhirnya Dara tarik perlahan untuk dilepaskan.

"Ini yang kamu mau, bukan?" bisik Raka.

Sungguh! Suara itu terdengar merdu di telinga Dara. Dia tidak takut mengulang kelakuan yang baru saja dia minati. Bahkan teramat menggebu hingga ia melompat dan membelitkan kedua kakinya melingkar di pinggang sang suami.

Dara lanjutkan pautan hangat yang menggetarkan lewat bibir mereka. Merasakan setiap desir indah yang mendidihkan darah mereka. Ini panas, tetapi begitu didambakan oleh Dara.

"Aku mencintaimu, Mas," bisik Dara di sela-sela pautan panas itu.

Dara tidak butuh jawaban. Dia sudah cukup percaya dan puas dengan kemajuan yang ditunjukkan lewat aksi sang suami.

Hanya menelusuri tubuh Dara dengan telapak tangan pria itu saja sudah membuat istrinya kelojotan. Erangan tipis hingga desah basah Dara meluncur dengan mudah dari mulutnya.

"Bawa aku terbang, Mas," bisik Dara. Ia daratkan kecupan mesra itu pada telinga Raka.

Sorot mata yang biasanya dipenuhi dengan air mata, sekarang terus menunjukkan binar ketertarikan. Gairah yang meletup-letup.

"Ini menyenangkan, Mas." Padahal ini hanya sebuah sentuhan, belaian lembut yang tercipta dari jari-jari nakal Raka. Namun, sudah sangat memabukkan bagi Dara.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   144 : Bahagia Selalu

    "Siapa aku? Siapa aku yang kalian kenal?" Setelah sekian lama.membisu, bahkan daftar menu yang sebelumnya tersentuh pun kini teronggok tidak dihiraukan. Mereka kalut dengan pemikiran mereka masing-masing. Mereka sibuk meminta maaf dan menantikan jawaban yang diberikan oleh anaknya."Prilly. Dara, bahkan namamu sekarang atau dulu, mommy tidak peduli. Siapa pun nama yang kamu sukai, kamu berhak memakainya. Bu Larasita sudah memberikan nama yang begitu baik, begitu indah dan bagus. Mommy hanya ingin kamu memaafkan kamu, Nak. Mommy telah kehilangan segalanya, penyesalan mommy tidak pernah bisa berhenti setelah mengetahui berita hilangnya, kamu. Mommy minta maaf, Dara." Veily mencoba meraih tangan anaknya.Anak yang tidak pernah dia asuh, tidak pernah dia susui. Tidak pernah berhenti dia rindukan, tetapi tidak pernah ada aksi yang dia lakukan hingga dua puluh enam tahun berlalu. Sebegitu pentingkah Cloe sampai harus melupakan anak mereka yang lainnya?"Ibu," gumam Dara. Air mata yang menet

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   143 : Bertemu dan Terungkap

    Sebuah mobil putih berhenti di halaman sempit milik Dara, tepat di bahu jalan mungkin lebih lama. Karena pekarangan rumah itu bahkan tidak muat untuk di masuki motor."Siapa, ya?" tukas Dara dengan tatapan yang lurus ke depan meniti siapa gerangan orang yang menakutkan mobilnya di depan gubuk reyot miliknya."Aku kenal mobil itu," jawab Abby, tetapi dia tidak berniat memberitahukan siapa pemiliknya ke pada Dara. Begitu keduanya tiba dan keluar dari mobil. Dara melihat dua orang berdiri di depan rumahnya dan barang-barang miliknya yang sudah berada di luar rumah.Dara melongo tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Bahkan wanita paruh baya dengan gayanya yang khas dan tubuh yang masih sangat kokoh dan fit itu terlihat berseteru dengan sang pemilik rumah."Tante Veily? Ada apa ini? Ibu Luri, kenapa barang-barang saya di luar?" Dara yang telah berhasil mendekati mereka, langsung bertanya alasan kenapa barang-barang miliknya seolah terbuang."Masih tanya kenapa! Kamu jelas-jelas tidak bi

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   142 : Rumah Spesial

    Dalam ruangan yang tidak terlalu besar, mungkin hanya tujuh kali delapan meter, di sana hanya ada ranjang yang memiliki tiang besi dengan ukiran lawas di bagian atas kepala, dua nakas di samping kanan dan kiri tempat meletakkan lampu tidur dan satu sofa serba guna, atau sofa seribu gaya. Ranjang itu sendiri tidak terlalu besar, dengan ukuran besar. Sempit dan memang itu yang diinginkan oleh pemiliknya. Tidak ada almari di dalam ruangan itu, karena bukan difungsikan untuk serba bisa.Almari dan ruang ganti berada di sebelah kamar utama dengan satu pintu penghubung yang hanya ditutup dengan tirai transparan. Di depan kamar sedikit ke kiri adalah ruang baca yang menyuguhkan pemandangan gunung di depannya. Di ruangan paling ujung adalah kamar mandi dan dapur. Ada satu pintu yang menuju ke kebun sayur dan beberapa buah yang bisa hidup di kaki gunung.Di samping ruang tamu, jendela besar yang terpasang kaca itu, tempat bersantai, membaca buku tentunya yang sudah pasti sungai adalah pemandan

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   141 : Hari Istimewa

    Lain rasa bahagia yang dirasakan oleh Dara bersama dengan keluarga barunya. Lain pula apa yang dirasakan Ravella pada keluarganya. Semuanya berubah 180° atau mungkin putaran penuh? 360° atau bagaikan dijungkir balikkan sebuah fakta yang mengejutkan nuraninya? Intinya kehidupannya sudah tidak lagi sama dengan kehidupan yang pernah dia rasa sempurna. Dari kubangan dipungut tercuci bersih dan menyombongkan diri, lupa bahwa dia telah merebut kehidupan bahagia seseorang. Kini, semuanya dikembalikan! Dia tetap akan mengingat bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, yang justru kini harus menanggung beban tetapi orang lain menyebutnya anugerah.Anak— ya! Ravella harus mengurus anaknya seorang diri. Di mana sang ayah mertua meninggal dunia tidak lama setelah dilarikan ke rumah sakit. Sang ibu mertuanya harus syok berat menghadapi kenyataan bahwa dia seorang diri saat ini. Ia juga tidak akan menerima kehadiran Ravella tanpa Raka. Membiarkan wanita itu terkatung-katung tidak jelas bersama cucunya. A

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   140 : Penebusan

    Dalam perjalanan pulang mengantar Dara pulang dengan hati yang diliputi rasa malu, Abby bungkam. tidak ada sepatah kata yang keluar kecuali ungkapan maaf."Maafkan aku, Dara. sungguh, kukira Mommy akan luluh saat melihatmu. tapi, dia justru bersikap layaknya manusia paling suci.""Aku sama sekali tidak mempermasalahkan semua ini, Bee. Tidak mudah menerimaku di tengah musibah yang telah terjadi. Kamu tidak seharusnya marah sama ibumu. Kamu tahu bagaimana aku begitu merindukan sosok ibu kan? Maukah kamu kembali ke rumah dan lebih baik kita meminta maaf padanya.""Tidak! dia sudah merendahkanmu, Sayang." Dara menggeleng."Direndahkan tidak selalu rendah kan? Aku punya kamu, aku tidak merasa di rendahkan saat seorang pria membelaku mati-matian. Aku hanya tidak mau hubunganmu dengan Ibu semakin hancur gara-gara aku. Kita kembali, ya?"Menanti beberapa menit untuk menimbang keputusan hingga mobil itu berputar arah kembali ke rumah. Saat kembali membuka pintu yang sempat dua tinggalkan Abby

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   139 : Kesadaran

    "Tidak! Aku tidak mau mereka kemari! Kalau pun tetap memaksakan ke sini, ya sudah kamu saja yang layani mereka, Pa!" ketusnya setelah Abrisam menyampaikan jika Abby dan Dara akan ke sini untuk makan malam bersama."Ma! Kenapa kamu sangat membenci Abby? Apa salah dia padamu?" Abrisam duduk di sofa, kemudian menatap tajam istrinya yang masih saja terlihat ketus.Sebetulnya Dayyana juga bingung, jawaban apa yang harus dia lontarkan untuk suaminya. Abby memang anaknya yang cukup baik dan tidak senakal itu sehingga dia tak menyukainya. Hanya saja, mungkin karena dia terlalu menyayangi Aaron membuat dia menomor duakan anaknya yang lain, yakni Abby."Kamu itu ibunya! Kenapa kamu bisa-bisanya bersikap seperti itu pada Abby? Ma, Abby itu anak kita satu-satunya sekarang! Abby satu-satunya penerus keturunan kita! Dia darah daging kita! Abby—""Sejak kecil, Abby selalu kamu bedakan. Padahal dia anak yang baik, Ma. Kenapa bisa-bisanya kamu membeda-bedakan kasih sayang antara Aaron dan Abby? Keduan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status