Share

6 : Mimpi Terindah

Author: Az Zidan
last update Last Updated: 2024-08-07 22:12:42

Brak!

Suara dentum keras yang membuat tubuh Dara tersentak rasa kaget, sehingga pelukan erat mimpi indah itu segera menguar. Mata yang sebelumnya terpejam, seketika melebar dengan denyut di kepala yang terasa menyakitkan. Dara baru saja bermimpi? Namun mimpi itu begitu menghanyutkan perasaannya.

“Mas? Syukurlah kamu pulang. Mau aku didihkan air untuk mandi?” tawar Dara. Ia bangkit dengan memegang sebelah kepalanya. Menarik paksa kesadaran dari nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. Tangannya terulur hendak meraih lengan Raka, tetapi lekas ditepis oleh pria itu.

“Nggak usah. Aku capek, mau tidur!” sungutnya dan mulai merangsek ke kamar.

Di tempatnya Dara menatap punggung lebar yang dalam mimpi tadi dipeluknya dengan erat. Bukankah yang barusan adalah mimpi paling nyata? Mirisnya bahkan di dalam bunga tidur pun, Dara tidak ditakdirkan untuk melakukan hubungan indah sebuah penyatuan.

Pandangannya kini beralih pada pintu yang salah satu engselnya terlepas. Dengusan napas frustasi keluar begitu saja. Bahunya melorot, kepayahan. Namun, langkah kakinya tetap mendekati kejadian perkara yang menimpanya barusan.

“Bisa tidak kalau marah tanpa merusak properti,” gumamnya. Tangannya berusaha mendirikan pintu yang sudah jeblok itu dan mengganjal dengan kursi di bagian belakangnya.

“Mas,” panggil Dara saat ia telah tiba di kamar.

Tidak putus asa gadis itu menawarkan dirinya. “Mas Raka.” Ia bisikkan nama sang suami dengan mesra tepat di depan telingan pria itu.

“Bangunlah sebentar saja. Aku janji setelah merasakan sekali, aku tidak akan menagihnya padamu. Kumohon,” pinta Dara.

Ia arahkan tangan lebar dengan jari yang berurat itu ke dada. Harusnya bagian tubuh yang menantang kencang nan kenyal itu mampu membangkitkan kelakian Raka.

“Sentuh aku, Mas,” desah Dara. Matanya terpejam, merasakan sentuhan tangan Raka yang di mana dia sendiri yang menggerakkan telapak gede itu. Ia terbuai, ini berhasil. Dara larut dalam birahinya.

Sekarang ia tarik naik daster tanpa lengan dengan panjang sebatas lutut itu untuk memperlihatkan bagaimana mulus dan bersih kulit eksotis Dara. Ia akan melakukan apa pun demi mendapatkan kenyataan dari mimpi tadi.

Dia terlalu berharap dan dipeluk rasa lelah atas penantiannya, hingga kini Dara melakukan apa pun demi mendapatkan keinginannya selama ini.

“Lihatlah, kau akan menyukainya, Mas Raka.” Dara membuka diri. Ia melepaskan seluruh pakaian yang melekat pada tubuh.

Sedang Raka yang memiringkan tubuh membelakangi gadis itu memejamkan mata seolah tidak ada apa pun yang terjadi di sana.

Dara menarik bahu suaminya agar terlentang. Ia mengungkung tubuh kurus sang suami. Mengarahkan pusat dadanya pada bibir Raka. Saat ujung bagian tubuh berwarna merah muda itu menyentuh mulut Raka, gadis itu mendesah basah.

“Mas,” erang Dara. Tubuhnya bergetar seluruhnya. Ada yang berlarian dalam persendiannya yang tiba-tiba melemahkan seluruh otot. Dara bak kehilangan ketahanan.

“Berhenti, Dara!” Raka justru memekik dan mendorong tubuh bugil Dara ke ruang kosong di sisinya. Hingga perempuan itu terguling dan mendarat cukup kencang di kasur dengan napas yang tersendat.

“Sudah gila kamu, Dara! Kelakuan sudah seperti wanita murahan! Kamu pelacur, Dara!” geram Raka.

Muka Dara mengerut. Tidak percaya dengan apa yang mencuat keluar dari kerongkogan suaminya sendiri. Secara kilat, matanya terasa pedih bak terpercik abu. Napasnya sesak mendengar cacian yang dengan mudah lolos dari bibir laki-laki yang jelas-jelas adalah suaminya sendiri.

Mulut Dara seakan terkunci. Dia ingin meledakkan amarah dan protes, tetapi ada sesuatu yang menimpa dada hingga membuatnya kesulitan berbicara.

“Sudah betul aku tidak pulang! Malu aku melihatmu seperti itu, Dara! Di otakmu hanya ada seks dan seks!”

“Cukup!” Dara memegangi dadanya. Ia menarik selimut untuk membungkus tubuhnya.

“Kau bilang aku wanita murahan?! Aku merendahkan diriku di hadapanmu! Kau suamiku dan aku istrimu! Apa pantas kau menuduhku begitu?! Bahkan hingga kini aku masih menjaga kesucianku! Aku memberinya padamu! Tapi dengan mudahnya kamu menolakku mentah-mentah!”

“Karena kamu tidak pernah tahu waktu untuk meminta!” sengit Raka.

“Kapan?! Kapan waktu yang tepat untukku minta hakku, Mas! Tunjukkan kapan waktu itu! Tunjukkan!” Dara menjerit dengan derai air mata yang terus membanjiri pipinya.

Dia murka pada dirinya sendiri. Kenapa harus menangis? Air mata bajingan.

“Kau menolakku seolah aku tidak pantas untuk penyatuan sakral itu, Mas. Kau begitu jijik padaku. Apa arti dari perjuanganmu? Apa yang membuatmu begitu menolak kehadiranku?” suara Dara kembali melemah.

Berulang kali ia remas dadanya, bahkan tidak jarang dia pukul dada itu. Berharap bahwa rasa sakit itu menyingkir. Akan tetapi bukannya pergi justru kian dalam mengorek lara dalam ruang sempit di dada Dara.

“Aku muak melihatmu!” Pria itu kembali keluar. Menutup pintu kamar dengan sangat kencang. Dara yakin jika kelakuan pria itu akan terdengar dari luar rumahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   144 : Bahagia Selalu

    "Siapa aku? Siapa aku yang kalian kenal?" Setelah sekian lama.membisu, bahkan daftar menu yang sebelumnya tersentuh pun kini teronggok tidak dihiraukan. Mereka kalut dengan pemikiran mereka masing-masing. Mereka sibuk meminta maaf dan menantikan jawaban yang diberikan oleh anaknya."Prilly. Dara, bahkan namamu sekarang atau dulu, mommy tidak peduli. Siapa pun nama yang kamu sukai, kamu berhak memakainya. Bu Larasita sudah memberikan nama yang begitu baik, begitu indah dan bagus. Mommy hanya ingin kamu memaafkan kamu, Nak. Mommy telah kehilangan segalanya, penyesalan mommy tidak pernah bisa berhenti setelah mengetahui berita hilangnya, kamu. Mommy minta maaf, Dara." Veily mencoba meraih tangan anaknya.Anak yang tidak pernah dia asuh, tidak pernah dia susui. Tidak pernah berhenti dia rindukan, tetapi tidak pernah ada aksi yang dia lakukan hingga dua puluh enam tahun berlalu. Sebegitu pentingkah Cloe sampai harus melupakan anak mereka yang lainnya?"Ibu," gumam Dara. Air mata yang menet

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   143 : Bertemu dan Terungkap

    Sebuah mobil putih berhenti di halaman sempit milik Dara, tepat di bahu jalan mungkin lebih lama. Karena pekarangan rumah itu bahkan tidak muat untuk di masuki motor."Siapa, ya?" tukas Dara dengan tatapan yang lurus ke depan meniti siapa gerangan orang yang menakutkan mobilnya di depan gubuk reyot miliknya."Aku kenal mobil itu," jawab Abby, tetapi dia tidak berniat memberitahukan siapa pemiliknya ke pada Dara. Begitu keduanya tiba dan keluar dari mobil. Dara melihat dua orang berdiri di depan rumahnya dan barang-barang miliknya yang sudah berada di luar rumah.Dara melongo tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Bahkan wanita paruh baya dengan gayanya yang khas dan tubuh yang masih sangat kokoh dan fit itu terlihat berseteru dengan sang pemilik rumah."Tante Veily? Ada apa ini? Ibu Luri, kenapa barang-barang saya di luar?" Dara yang telah berhasil mendekati mereka, langsung bertanya alasan kenapa barang-barang miliknya seolah terbuang."Masih tanya kenapa! Kamu jelas-jelas tidak bi

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   142 : Rumah Spesial

    Dalam ruangan yang tidak terlalu besar, mungkin hanya tujuh kali delapan meter, di sana hanya ada ranjang yang memiliki tiang besi dengan ukiran lawas di bagian atas kepala, dua nakas di samping kanan dan kiri tempat meletakkan lampu tidur dan satu sofa serba guna, atau sofa seribu gaya. Ranjang itu sendiri tidak terlalu besar, dengan ukuran besar. Sempit dan memang itu yang diinginkan oleh pemiliknya. Tidak ada almari di dalam ruangan itu, karena bukan difungsikan untuk serba bisa.Almari dan ruang ganti berada di sebelah kamar utama dengan satu pintu penghubung yang hanya ditutup dengan tirai transparan. Di depan kamar sedikit ke kiri adalah ruang baca yang menyuguhkan pemandangan gunung di depannya. Di ruangan paling ujung adalah kamar mandi dan dapur. Ada satu pintu yang menuju ke kebun sayur dan beberapa buah yang bisa hidup di kaki gunung.Di samping ruang tamu, jendela besar yang terpasang kaca itu, tempat bersantai, membaca buku tentunya yang sudah pasti sungai adalah pemandan

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   141 : Hari Istimewa

    Lain rasa bahagia yang dirasakan oleh Dara bersama dengan keluarga barunya. Lain pula apa yang dirasakan Ravella pada keluarganya. Semuanya berubah 180° atau mungkin putaran penuh? 360° atau bagaikan dijungkir balikkan sebuah fakta yang mengejutkan nuraninya? Intinya kehidupannya sudah tidak lagi sama dengan kehidupan yang pernah dia rasa sempurna. Dari kubangan dipungut tercuci bersih dan menyombongkan diri, lupa bahwa dia telah merebut kehidupan bahagia seseorang. Kini, semuanya dikembalikan! Dia tetap akan mengingat bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, yang justru kini harus menanggung beban tetapi orang lain menyebutnya anugerah.Anak— ya! Ravella harus mengurus anaknya seorang diri. Di mana sang ayah mertua meninggal dunia tidak lama setelah dilarikan ke rumah sakit. Sang ibu mertuanya harus syok berat menghadapi kenyataan bahwa dia seorang diri saat ini. Ia juga tidak akan menerima kehadiran Ravella tanpa Raka. Membiarkan wanita itu terkatung-katung tidak jelas bersama cucunya. A

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   140 : Penebusan

    Dalam perjalanan pulang mengantar Dara pulang dengan hati yang diliputi rasa malu, Abby bungkam. tidak ada sepatah kata yang keluar kecuali ungkapan maaf."Maafkan aku, Dara. sungguh, kukira Mommy akan luluh saat melihatmu. tapi, dia justru bersikap layaknya manusia paling suci.""Aku sama sekali tidak mempermasalahkan semua ini, Bee. Tidak mudah menerimaku di tengah musibah yang telah terjadi. Kamu tidak seharusnya marah sama ibumu. Kamu tahu bagaimana aku begitu merindukan sosok ibu kan? Maukah kamu kembali ke rumah dan lebih baik kita meminta maaf padanya.""Tidak! dia sudah merendahkanmu, Sayang." Dara menggeleng."Direndahkan tidak selalu rendah kan? Aku punya kamu, aku tidak merasa di rendahkan saat seorang pria membelaku mati-matian. Aku hanya tidak mau hubunganmu dengan Ibu semakin hancur gara-gara aku. Kita kembali, ya?"Menanti beberapa menit untuk menimbang keputusan hingga mobil itu berputar arah kembali ke rumah. Saat kembali membuka pintu yang sempat dua tinggalkan Abby

  • Dibuang Suami Setelah Menikah   139 : Kesadaran

    "Tidak! Aku tidak mau mereka kemari! Kalau pun tetap memaksakan ke sini, ya sudah kamu saja yang layani mereka, Pa!" ketusnya setelah Abrisam menyampaikan jika Abby dan Dara akan ke sini untuk makan malam bersama."Ma! Kenapa kamu sangat membenci Abby? Apa salah dia padamu?" Abrisam duduk di sofa, kemudian menatap tajam istrinya yang masih saja terlihat ketus.Sebetulnya Dayyana juga bingung, jawaban apa yang harus dia lontarkan untuk suaminya. Abby memang anaknya yang cukup baik dan tidak senakal itu sehingga dia tak menyukainya. Hanya saja, mungkin karena dia terlalu menyayangi Aaron membuat dia menomor duakan anaknya yang lain, yakni Abby."Kamu itu ibunya! Kenapa kamu bisa-bisanya bersikap seperti itu pada Abby? Ma, Abby itu anak kita satu-satunya sekarang! Abby satu-satunya penerus keturunan kita! Dia darah daging kita! Abby—""Sejak kecil, Abby selalu kamu bedakan. Padahal dia anak yang baik, Ma. Kenapa bisa-bisanya kamu membeda-bedakan kasih sayang antara Aaron dan Abby? Keduan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status