“Lo harus pukul gue supaya gue percaya sama lo.” Gema tentu saja tidak akan begitu saja percaya dengan ucapan Axel. Bagaimanapun, dia merasa mengenal Axel dan lelaki itu tak pernah melirik atau pun peduli dengan seorang perempuan mana pun. Bahkan Leona yang menempel pada Axel pun, tidak dipedulikan. Namun jika mengingat bagaimana interaksi Permata dan Axel sejak mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya, tentulah itu menimbulkan kecurigaan. “Xel, lo nggak sedang bohong, kan?” Axel bukan orang yang suka mengeluarkan kata-kata tidak berguna dengan sebuah kebohongan. Setidaknya, kebohongan di masa lalu yang dilakukan kepada Permata tidak dihitung. Tapi, ini sungguh sulit untuk dimengerti oleh Gema. Axel tidak menjawabnya. Dia memilih menutup matanya dan mengabaikan Gema yang ada di sampingnya. Jika Gema tidak percaya dengannya, maka itu bukan lagi urusannya. Yang terpenting adalah dia sudah mengatakan yang sebenarnya. “Gue harap lo bisa segera melakukan pembayaran untuk Permata
“Kamu terus menolakku selama ini, tapi kamu begitu baik kepada perempuan itu?” Kebencian Leona semakin membumbung tinggi kepada Permata setelah melihat adegan malam ini. Dilihat dari tempatnya, Axel dan Permata tampak akrab dan itu melukai hatinya. Selama ini, Leona tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh Axel. Apa yang dimiliki oleh Permata sehingga membuat Axel tertarik kepada perempuan itu? Pertanyaan itu mengaung di dalam kepalanya. Axel menatap Leona tampak tak bersalah. Dia justru merasa Leona sangat mengganggunya. “Kenapa kamu di sini?” Bukannya menjelaskan sesuatu, Axel justru menanyakan sesuatu di luar konteks. “Ini sudah terlalu malam untuk seorang perempuan berkeliaran di luar rumah.” “Kalau aku tidak melakukan ini, maka aku tidak akan tahu kalau kamu bermain dengan perempuan lain tanpa sepengetahuanku.” Ekspresi Axel begitu dingin saat mendengar ucapan Leona. Atas dasar apa Leona menuduhkan ucapan semacam itu kepadanya? Leona bukan kekasihnya, bukan juga istrinya,
“Apa yang ingin Ibu bicarakan? Saya masih ada jadwal dan saya harus bekerja.” Permata menatap perempuan yang ada di depannya itu dengan tatapan datar miliknya tanpa ada perasaan takut sedikitpun. Namun itu berbanding terbalik dengan Leona yang tidak akan berhenti sampai di sana sebelum dia memeringatkan Permata tentang Axel. “Ikut denganku, maka kamu akan tahu.” Leona bersikap seperti Permata adalah karyawannya. Hal itu membuat Almeda dan Denial merasakan darahnya mendidih. Namun alih-alih marah, Permata dengan ringan menjawab, “Anda bukan bos saya yang mengharuskan saya mengikuti perintah Anda, Bu. Maka jika Anda mau berbicara dengan saya, silakan berbicara di sini. Saya akan memastikan kepada Anda kalau saya mendengarnya dengan sangat jelas.” “Kamu menolakku? Beraninya kamu!” Suaranya meninggi dan menarik perhatian beberapa orang. Bahkan beberapa staf yang melihat itu segera mendekat dan memastikan tidak ada kekacauan. “Berlian, kamu baik-baik saja?” Begitu lelaki itu bertanya.
“Angkasa awas!” Axel menangkap Angkasa yang hampir saja tertabrak oleh sepeda yang dikendarai oleh seorang anak laki-laki. Axel memeluk bocah kecil itu dan mereka terjatuh di atas rumput hias dengan Angkasa berada di atas tubuh lelaki itu. “Om, aku minta maaf.” Bocah bekisar umur sembilan tahun itu mendekat dengan wajah ketakutan. Tapi dia cukup berani untuk tidak lari dan memilih untuk meminta maaf. Bukan hanya itu, Sus Dian juga berlari untuk melihat kondisi Angkasa. “Angkasa.” Perempuan itu segera merebut Angkasa dari Axel dan memastikan jika bocah itu baik-baik saja.Sus Dian tentu saja bukan tidak memperhatikan Angkasa. Perempuan itu ada di sana dan memantau Angkasa. Hanya ada beberapa langkah dari tempatnya duduk, Angkasa tiba-tiba saja turun dari sepedanya dan berlari ke arahnya. Sus Dian belum menyadari kedatangan Axel sampai lelaki itu meneriaki Angkasa ‘awas’. “Angkasa tidak apa-apa?” Sus Dian benar-benar ketakutan saat memeriksa tubuh Angkasa. Tidak ada lecet atau apa
“Gue tahu.” Bayu tidak memiliki hak apa pun untuk mengungkapkan sesuatu atas masalah yang bukan masalahnya. “Tapi, lo masih ngelibatin diri dengan perempuan itu? Kenapa?”“Dia datang untuk menuntut balas.” Axel tanpa ragu mengungkapkan kepada Bayu. “Perbuatan yang pernah gue lakukan sama dia di masa lalu.” Setelah Axel mengatakan itu, mereka berdua diliputi keheningan. Bayu mungkin berpikir jika itu pantas dilakukan oleh Permata mengingat bagaimana Axel melakukan sesuatu yang sangat menyakitkan untuk perempuan itu di masa lalu. Dan sekarang saat Permata kembali, dia bukan lagi seorang Permata yang mudah dikelabui oleh rayuan gombal seorang lelaki. Permata fokus pada pekerjaannya dan dia dikenal di penjuru negeri ini. *** Permata sedang menidurkan Angkasa saat bocah itu berbaring tidak tenang. Sejak tadi, Angkasa seolah enggan untuk menutup matanya seolah dia sedang terganggu oleh sesuatu yang menyeramkan.“Angkasa kenapa? Angkasa sakit?” Karena bocah itu menahan dirinya untuk tida
“Kalau begitu, Onty Al akan mencari jadwal libur untuk Mami.” Sekali lagi, Angkasa tersenyum dengan anggukan semangat ketika mendengar janji yang diberikan oleh ibunya. Hal itu membuat Permata merasa perasaannya sedikit lebih baik dari sebelumnya. Dalam hati dia terus berjanji membuat putranya bahagia. Setelah obrolan pagi itu, Permata berangkat kerja bersama dengan Almeda dan Denial. Tentu saja dia selalu memberikan wejangan kepada Sus Dian untuk menjaga putranya dengan baik. Permata menutup matanya sepanjang perjalanannya ketika Almeda memekik marah.“Apa ini?” Begitu katanya. Permata tidak peduli dengan Almeda dan terus menutup matanya erat. Almeda terkadang berlebihan saat menanggapi sesuatu. “Berita apa ini?” Denial yang melihat Almeda dari kaca spion segera menoleh ke belakang. “Ada apa?” “Buka hp-mu dan kamu akan lihat.” Denial tidak mengambil banyak waktu untuk melihat apa yang dilihat oleh Almeda. Dalam sekejap berita itu menyeruak keluar. [Berlian Berkencan Dengan Kek
“Tapi pertemuan itu adalah sebuah ketidaksengajaan. Saya juga tidak tahu kenapa paparazzi begitu cepat mengambil gambar kami dan mengeluarkan sebuah berita yang tidak berdasar.” Mendengar itu, Leona mencibir. “Kamu yakin dengan ucapanmu? Kamu sepertinya pandai sekali berkelit.” “Saya tidak meminta orang untuk mempercayai ucapan saya. Kalau memang tidak percaya, kenapa tidak langsung menanyakan kepada Axel?”Leona mengerutkan bibirnya saat Permata mengatakan itu. Bagaimanapun, dia tidak ingin menyinggung Axel dalam masalah ini. Tujuannya jelas, jika dia hanya ingin Permata masuk dalam perangkapnya dan tidak lebih. Leona hanya ingin melihat Permata dihujat oleh semua orang karena berkencan dengan kekasih orang lain. “Kamu pikir Axel memiliki waktu untuk hal semacam ini?” “Dalam gambar itu ada dua orang. Saya dan Axel. Saya sudah mengklarifikasi yang sebenarnya terjadi. Jadi, urusan percaya atau tidak, itu bukan ranah saya. Karena saya rasa, klarifikasi dari pihak satunya juga harus
“Leona?” Axel bertanya dengan kening mengernyit. Karena tidak ada yang berani mengaku calon istri Axel kalau bukan perempuan itu. Lalu dia segera menyembuhkan, “Dia bukan calon istri saya.” “Calon istri atau bukan, tapi Leona sudah berani mengarahkan tangannya pada Berlian.” Almeda tidak punya ampun kali ini. Sudah cukup mereka diperlakukan buruk oleh perempuan itu dan dia tidak akan tinggal diam. “Karena gosip murahan itu, dia menyangka Berlian sedang merayu Anda. Sungguh tidak masuk akal. Dia bahkan mempersulit Berlian pada pemotretan siang ini.” Almeda mengeluarkan semua amarahnya kepada Axel tak peduli apa. Namun Gema yang merasa ada kejanggalan pada ucapan Almeda, kini mendekat. “Leona melakukannya dua kali?” Begitu tanya Gema dengan rasa penasaran yang tinggi. Barulah Almeda menyadari dia sudah berbicara terlalu banyak. Gadis itu segera berkelit. “Untuk cover majalah Larena, sepertinya Ibu Leona akan membatalkan kontrak, Pak. Dia sengaja melakukan itu untuk mempersulit Ber