Share

Bab 7 Ucapan Terima Kasih

"Iya putra Jeng Risha tampan, layak dapat yang cantik seperti ini."

"Iya," jawab Risha dengan senyum kemenangan.

"Saya pamit duluan ya, Jeng Risha."

"Iya," jawab Arisha dengan senyum.

Setelah selesai urusan memesan gaun pengantin, Arisha meminta Stela untuk makan siang terlebih dahulu sebelum kembali ke kantor.

"Kita makan siang dulu, Auri. Kita sudah melewatkan jam makan siang." Arisha sedikit tidak enak pada Stela mengajak, tapi justru membuat kelaparan.

"Baik, Tante."

Stela hanya mengiyakan saja, karena yang diucapkan Arisha benar, kalau mereka melewatkan makan siang karena sibuk memesan gaun pernikahan Vania.

Arisha meminta sopir, melajukan mobilnya menuju mall terdekat untuk makan siang mereka yang sudah terlewat. Setelah sampai di mall, Arisha memilih restoran Jepang untuk makan siang mereka.

"Maafkan saya, karena tadi mengakui kamu sebagai menantu saya.” Akhirnya Arisha menyampaikan permintaan maaf sesaat sampai di restoran.

"Tidak apa-apa, Tante," bohong Stela. Sebenarnya Stela sedikit keberatan Arisha mengakuinya sebagai menantunya, tapi rasanya dia tidak punya keberanian menolaknya.

"Tadi itu teman arisan saya. Saya kesal kalau dia menceritakan menantunya yang cantik, padahal tidak terlalu cantik menurut saya. Kaerena itu, waktu dia lihat kamu, dia seolah kagum lihat wajah cantik kamu. Jadi saya kepancing ikut menyombongkan kamu sebagai menantu saya," curhat Arisha pada Stela.

Akhirnya Stela mengerti alasan kenapa Arisha menceritakan pada temannya kalau Stela ini adalah menantunya. Arisha tidak mau kalah dari temannya yang punya menantu cantik, itu yang ditangkap Stela dari ucapan Arisha.

"Kamu jangan marah?" pinta Arisha pada Stela.

"Iya, Tante." Stela menyadari, jika sifat manusia memang seperti itu, tidak mau kalah. Jadi saat Arisha tidak mau kalah, dia memaklumi.

Akhirnya makanan mereka datang, dan mereka melanjutkan makan siang yang tertunda.

Seusai makan, Arisha masih mengajak Stela mengobrol. Sebenarnya Stela tidak enak meninggalkan pekerjaanya, tapi karena yang meminta orang tua dari atasannya, dia hanya bisa mengikuti.

"Vania itu jarang sekali punya waktu, untuk menemani saya pergi-pergi seperti ini, maklum dia model, jadi sibuk pemotretan." Arisha menceritakan pada Stela tentang calon menantunya.

‘Oh … ternyata dia model, pantas saja cantik,’ batin Stela.

"Sebenarnya saya kurang setuju pertunangan Finn dan Vania, tapi papanya yang menjodohkan mereka. Ditambah lagi Vania dan Finn juga saling suka."

‘Kenapa dia menceritakan padaku?’ batin Stela.

"Mungkin mereka berjodoh, Tante." Akhirnya Stela membuka mulutnya mengomentari curhatan ibu dari bosnya itu.

"Iya, saya itu maunya punya menantu yang bisa masak," ucap Arisha menyampaikan apa yang diinginkannya. "Apa kamu bisa masak tidak?" tanya Arisha pada Stela.

"Bisa, Tante."

"Wah ... kapan-kapan kamu ajari saya masak. Saya sebenarnya belum bisa masak," ucap Arisha seraya tertawa kecil.

‘Dia mau menantu yang bisa masak, tapi dia sendiri tidak bisa memasak,’ batin Stela tertawa.

"Baiklah, nanti kapan-kapan saya akan ajari Tante memasak. Tante, suka masakan tradisional atau western?"

"Kamu bisa dua-duanya?" tanya Arisha dan Stela mengiyakan. "Wah, bagus itu, saya mau belajar dua-duanya." Arisha begitu bersemangat.

Mereka berdua pun sepakat. Setelah cukup lama Stela menemani Arisha, akhirnya Arisha mengantarkan Stela kembali ke kantornya.

"Saya tidak turun, sampaikan pada Finn saya langsung pulang," ucap Arisha saat Stela hendak turun.

"Iya, Tante." Stela mengangguk.

Mobil Arisha meninggalkan kantor, Stela pun masuk ke dalam kantor untuk bekerja kembali. Saat keluar dari lift Stela melihat Finn yang ingin masuk ke dalam lift juga. Mau tidak mau Stela harus berpapasan di depan lift

"Kamu sudah kembali?" tanya Finn. Matanya seraya melihat keberadaan mamanya.

"Iya, Pak"

Stela yang menyadari Finn mencari mamanya akhirnya menjelaskan. "Nyonya Arisha tadi langsung pulang, saya diminta untuk menyampaikan pada Anda"

"Oh .... "

"Apa mama menyusahkanmu?"

"Tidak, Pak. Nyonya tidak menyusahkan saya."

"Baguslah, kalau dia tidak menyusahkanmu." Finn lega saat mamanya tidak membuat Stela kesusahan. Sebagai anak dia tahu seperti apa mamanya.

"Terima kasih sudah mau menemani mama dan membantu memilih gaun untuk pernikahan saya." Finn mengulas senyumnya.

"Sama-sama, Pak." Stela membalas dengan senyuman juga.

"Maaf Pak, saya pamit kembali bekerja."

"Iya."

****

Jam menujukan pukul lima, dan itu artinya jam kerja telah berakhir. Stela yang menyelesaikan tugasnya, dia bersiap untuk pulang.

Saat sedang menunggu taksi, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan Stela. Stela mengira mobil itu berhenti untuk orang lain, tapi saat Stela melihat tidak ada orang selain dirinya, dia merasa bingung. Namun, kebingungannya terjawab saat kaca mobil dibuka dan menujukan Finn di dalamnya

"Ayo saya antar!"

Stela masih menimbang-nimbang kata untuk menolak ajakan Finn. Dia merasa tidak enak untuk diantar oleh Finn.

Finn yang menyadari langsung membuka pintu mobil seraya berkata. "Ini untuk ucapan terima kasih karena mengantar mama."

Stela yang melihat pintu mobil sudah dibuka, tidak bisa menolak. Perintah Finn seolah tak terbantahkan. Akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam mobil mengikuti perintah Finn.

Finn melajukan mobilnya meninggalkan kantor dan mengantarkan Stela.

"Di mana rumahmu?" tanya Finn sesaat kemudian.

Saat ditanya di mana rumahnya, Stela sedikit berpikir. ‘Tidak mungkin aku mengatakan aku tinggal di kos, sedangkan dia pikir aku sudah menikah.’ Stela menimbang alasan apa yang tepat.

"Auri ... " panggil Finn, yang membuat Stela tersadar dari diamnya.

"Em ... saya mau ke kos Ana terlebih dahulu, Pak," ucap Stela yang tiba-tiba terlintas ide untuk menjadikan Ana alasannya pada Finn.

"Baiklah, di mana itu?"

"Di jalan Flamboyan," ucap Stela menyebut alamat.

Finn mengangguk dan melajukan mobilnya menuju alamat yang sudah disebut oleh Stela.

"Maaf tadi mama merepotkanmu." Finn membuka pembicaraan dengan Stela, dan mencoba meminta maaf kembali.

Stela yang mendengar Finn mulai bicara mau tidak mau harus menjawab. "Tidak apa-apa, Pak, saya senang menemani Nyonya Risha."

"Saya juga heran kenapa mama tiba-tiba mencari gaun, padahal belum ada tanggal pasti pernikahan." Finn sedikit bercerita.

Stela yang mendengar cerita Finn sedikit mengerutkan dahinya dan berpikir keras. Bagaimana bisa belum ada tanggal pasti tapi sudah mencari gaun. Stela hanya bisa membatin keheranan.

"Mungkin Nyonya Risha terlalu senang menanti pernikahan Pak Finn, jadi mungkin disiapkan lebih awal." Stela mencoba memberi jawab masuk akal yang berada di pikirannya.

Finn tertawa mendengar jawaban dari Stela "Kamu benar, mama memang menginginkan pernikahanku, tapi sayangnya Vania masih terlalu sibuk."

Stela sebenarnya merasa tidak enak mendengar cerita pribadi atasannya. Dia hanya menjawab pertanyaan itu dengan senyuman. Karena bingung harus menjawab apa dengan cerita itu.

Finn yang melihat Stela tersenyum, dibuat terpesona. ‘Cantik.’ Finn hanya memuji dalam hati.

"Sebagai seorang wanita, apa yang terlintas di benakmu tentang pernikahan? Maksudku, kamu sudah menikah, jadi mungkin lebih banyak tahu, dan kamu bisa berbagi denganku, Auri."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
ayo,finn.awas kalo kamu nanti jatuh cinta kepada ste loh
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
sepertinya mama arisha lebih menyukai ste menjadi menantunya daripada vania
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status