Saat sedang asik mengerjakan pekerjaannya, ada seseorang yang berjalan dari arah lift menuju ruangan Finn. Stela memperhatikan dengan detail dari kejauhan. Dia tahu siapa yang datang. Dia adalah Arisha Sanjaya istri dari Adrian Sanjaya dan ibu dari Finn. Stela bisa tahu kalau itu adalah Arisha, karena kemarin Stela sempat melihatnya, walau tidak berbincang langsung.
"Selamat siang, Nyonya," sapa Stela dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Selamat siang juga. Apa kamu sekretaris pengganti Ina?"
"Iya, Nyonya."
"Cantik," gumam Arisha tapi masih bisa terdengar oleh Stela. "Apa Finn ada di dalam?" tanyanya kemudian.
"Pak Finn ada di dalam Nyonya, mari saya antar."
"Tidak perlu, lanjutkan pekerjaanmu." Arisha menolak dengan lembut.
"Baik."
Arisha melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Finn. Tanpa mengetuk pintu, Arisha langsung masuk ke dalam ruangan Finn.
"Mama," ucap Finn kaget, melihat mamanya datang ke kantor. "Ada apa Mama ke sini?" tanyanya.
"Apa mama tidak boleh kemari?"
"Bukan begitu, Ma. Kalau Mama ada perlu dengan Finn, bisa menghubungi Finn, tidak perlu capek-capek datang ke sini," jelas Finn pada mamanya.
Finn adalah anak yang sangat menyayangi orang tuanya. Finn berusaha untuk memperlakukan orang tuanya dengan baik, dan tidak menyakitinya. Karena sifatnya itu, dia menerima perjodohan dengan Vania tanpa penolakan.
"Mama mau mencari gaun pernikahan untuk Vania," jelas Arisha pada Finn.
Finn mengerutkan keningnya. Dia heran dengan yang diucapkan mamanya. "Tapi, Vania sedang keluar negeri, Ma. Mama tahu bukan, dia sampai tidak bisa hadir kemarin," jelas Finn dan sedikit mengingatkan mamanya.
"Iya, Mama tahu."
"Lalu kenapa Mama mau mencari gaun?" Finn masih heran mamanya masih mau mencari gaun di saat Vania tidak ada.
"Mama rasa sekretaris barumu itu mempunyai tubuh yang hampir mirip dengan Vania. Jadi tidak ada salahnya mama meminjamnya untuk mencoba gaun Vania." Arisha memberikan ide pada anaknya.
"Tapi ma—"
Belum selesai Finn bicara mamanya sudah memotong pembicaraannya. "Panggilkan dia, Mama yang akan memintanya sendiri."
Finn tahu betul mamanya tidak bisa dilarang dan dicegah saat memiliki keinginan.
"Baiklah."
Finn langsung meraih telepon dan menghubungi Stela. Dia meminta Stela untuk masuk ke dalam ruangannya.
Stela yang diminta ke ruangan Finn, langsung menuju ke ruangan atasannya itu. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk.
"Masuk!" seru Finn.
Stela masuk ke dalam ruangan Finn, setelah suara Finn terdengar. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Finn yang mendapat pertanyaan dari Stela, melirik ke arah mamanya. Dia tidak bisa menjelaskan permintaan aneh mamanya.
"Begini, saya mau mencari gaun untuk Vania. Karena Vania tidak ada, saya mau mengajak kamu," jelas Arisha pada Stela.
"Saya Nyonya?" tanya Stela memastikan.
"Iya, karena bentuk tubuh kamu mirip dengan Vania jadi saya mengajak kamu," jawab Arisha.
‘Siapa yang nikah, siapa yang cari gaun,’ batin Stela.
"Baiklah, Nyonya." Stela tidak punya pilihan untuk menolak, apa lagi menolak istri pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
Setelah Stela mengiyakan permintaan Arisha untuk mencari gaun, akhirnya Stela mengikuti Arisha ke butik.
"Oh ya, kita sampai lupa belum berkenalan," ucap Arisha saat perjalanan ke butik. "Kalau kamu pasti sudah tahu nama saya bukan?" ucapnya seraya tertawa kecil.
"Sudah, Nyonya." Stela mengiyakan. "Saya Auristela, Nyonya," ucap Stela memperkenalkan diri.
"Nama yang cantik, kalau begitu saya panggil Auri saja?"
"Silakan, Nyonya."
"Jangan panggil Nyonya kalau sedang di luar seperti ini, panggil Tante Risha saja."
"Tap—” Stela benar-benar merasa tidak enak diminta memanggil 'Tante' oleh mama bosnya.
"Sudah ini perintah." Ucapan Arisha penuh dengan ancaman.
"Baik Tante Risha." Akhirnya Stela mengalah untuk memanggil sesuai keinginan dari Arisha.
Sesampainya di butik, mereka sudah disambut oleh pelayan. Dalam hati Stela sudah bisa membayangkan, kalau kedatangan Arisha akan disambut istimewa. Sebagai istri pemilik perusahaan besar, pengaruhnya dalam bisnis cukup besar, dan sudah pasti semua orang mengenal Arisha.
"Apa ini calon pengantin?" tanya desainer yang akan membuat gaun untuk Vania.
"Iya," jawab Arisha.
Stela langsung mengerutkan keningnya. Kenapa dia mengatakan aku calon pengantin? batin Stela bingung.
"Calon pengantinnya cantik sekali, Nyonya," puji desainer di sela-sela mengukur gaun kepada Stela.
Stela hanya diam dan tidak menjawab ucapan desainer itu. Dia masih merasakan kebingungan yang luar biasa.
"Karena dia cantik jadi buatlah gaun yang akan membuatnya terlihat lebih cantik," jawab Arisha pada desainer.
Saat sedang asik mengukur gaun, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya yang menghampiri Arisha.
"Jeng Risha di sini?" tanya wanita paruh baya itu pada Arisha.
"Iya Jeng Rani, saya sedang mencari gaun untuk pernikahan putra saya."
Wanita paruh baya itu melirik Stela yang sedang sibuk diukur oleh desainer.
"Itu calon menantu? Cantik sekali," puji nya setelah melihat Stela.
"Iya, dia calon menantu saya," ucap Arisha dengan bangga. "Harus Jeng, cari yang cantik, anak saya juga tampan." Arisha dengan sombongnya memamerkan Stela sebagai menantunya.
Stela begitu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya itu. Dia bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa Arisha mengakui dirinya sebagai calon menantu?
"Iya putra Jeng Risha tampan, layak dapat yang cantik seperti ini.""Iya," jawab Risha dengan senyum kemenangan."Saya pamit duluan ya, Jeng Risha.""Iya," jawab Arisha dengan senyum.Setelah selesai urusan memesan gaun pengantin, Arisha meminta Stela untuk makan siang terlebih dahulu sebelum kembali ke kantor."Kita makan siang dulu, Auri. Kita sudah melewatkan jam makan siang." Arisha sedikit tidak enak pada Stela mengajak, tapi justru membuat kelaparan."Baik, Tante."Stela hanya mengiyakan saja, karena yang diucapkan Arisha benar, kalau mereka melewatkan makan siang karena sibuk memesan gaun pernikahan Vania.Arisha meminta sopir, melajukan mobilnya menuju mall terdekat untuk makan siang mereka yang sudah terlewat. Setelah sampai di mall, Arisha memilih restoran Jepang untuk makan siang mereka."Maafkan saya, karena tadi mengakui kamu sebagai menantu saya.” Akhirnya Arisha menyampaikan permintaan maaf sesaat sampai di restoran."Tidak apa-apa, Tante," bohong Stela. Sebenarnya Stel
Saat mendapatkan pertanyaan tentang pernikahan, ada rasa sesak menghimpit dada Stela. Pernikahan? Stela hanya membatin satu kata yang ditanyakan oleh Finn."Saya tidak punya pengalaman banyak, Pak, jadi tidak ada yang saya bisa bagikan." Stela menjawab dengan menahan sesak di dadanya."Kamu benar, kamu juga baru menjalani rumah tangga jadi mungkin belum banyak cerita, atau mungkin kamu bisa ceritakan bagaimana kamu bisa berkenalan dengan suamimu?" Finn masih berusaha menggali semua informasi tentang kehidupan Stela. Entah kenapa, Finn begitu tertarik dengan kehidupan wanita, yang sekarang di dalam mobil bersamanya.Stela sebenarnya malas untuk menjawab, tapi saat atasannya yang mengajukan pertanyaan, rasanya berat untuk menolak semua pertanyaannya. "Kami teman kuliah, dan kami sudah berpacaran empat tahun." Akhirnya itulah yang diceritakan Stela."Wah ... kalian bisa bertahan selama itu. Empat tahun waktu yang lama untuk semua hubungan.""Waktu yang lama sebuah hubungan tidak menjamin
Stela yang mendapat sapa dari Abi seketika membulatkan matanya, dia benar-benar tidak menyangka Abi akan menyapa.Finn melihat keanehan di depannya. Dia tampak terkejut ketika sekretaris Sean mengenal Stela. "Apa Anda kenal dengan Auri?" tanyanya pada Abi.Abi yang tidak tahu keadaan apa ini, dibuat bingung dengan pertanyaan Finn. Sejenak dia menatap Sean meminta jawaban atas pertanyaan Finn."Kami teman lama." Stela yang melihat kebingungan Abi atas pertanyaan Finn, segera menjawab."Iya kami teman lama." Abi mencoba mengiyakan pernyataan Stela.Ekor mata Sean melirik ke arah Stela. Entah magnet apa yang membuat Sean begitu ingin melihat wanita yang selama ini ada di hatinya.Stela yang merasa diperhatikan oleh Sean merasakan debaran di jantungnya. Cinta di dalam hatinya memang belum pudar sedikit pun, tapi kenyataan yang ada tak bisa dielakan lagi.Tatapan Sean tidak bisa Stela artikan sama sekali, dengan status mereka sekarang, entah apa yang ada di hati Sean?"Oh … teman lama." Fi
"Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Stela yang panik. "Tidak perlu." "Kenapa kalian tidak menjelaskan isi dari menu dari restoran kalian!" Stela melayangkan protes pada pelayan restoran. "Maafkan kami Nona, kami benar-benar tidak tahu kalau Tuan ada alergi." Sean yang melihat kepanikan Stela, merasa senang. Stela belum berubah, dia masih tetap sama paniknya saat dirinya alergi. "Sudahlah Stel, ini sudah lebih baik," jawab Sean dengan masih menahan sesak di dadanya. Sejenak Stela tersadar akan kepanikannya yang terlihat jelas di mata Abi dan Finn. ‘Apa yang aku lakukan? Kenapa aku panik seperti ini di depan mereka?’ batin Stela. Finn menatap Stela. Dia merasa aneh saat Stela begitu panik saat Sean terserang alergi. Pikirannya menerka hubungan di antara Stela dan Sean. Namun, dia tidak bisa menebak hubungan apa. Masih jelas di ingatannya, jika Stela mengatakan jika dia tidak mengenal Sean. "Sebaiknya Pak Sean bisa pulang saja, saya rasa Pak Sean butuh istirahat." Finn merasa t
Setelah seminggu yang lalu Stela berjanji untuk ikut Ana ke acara reuni Nathan. Pagi ini Stela bersiap. Dia mengemas beberapa pakaian ganti. Tak lupa sebelum pergi dia memoles wajahnya dengan sedikit make up."Stel, ayo cepat," teriak Ana dari balik pintu kamar kos Stela.Suara Ana membuat Stela buru-buru mengambil tasnya dan membuka pintu."Selalu saja lama," gerutu Ana.Bagi Stela mendengar gerutuan Ana adalah hal biasa. Jadi dia akan mengabaikannya begitu saja.Meninggalkan Ana yang masih menggerutu, Stela menuju mobil Nathan. "Ana, cepat," teriak Stela membalas Ana yang masih di belakang."Dasar!" Ana berucap seraya berlari mengejar Stela. Perasaan kesal menyelimuti Ana. Teriakan Stela yang didengarnya, membuatnya seolah dialah yang terlambat."Kena kamu." Ana memeluk Stela, menyalurkan kekesalannya.Stela langsung tertawa saat Ana memelukanya dan menangkapnya. Tawa Stela pun berbalas tawa dari Ana. Hingga tawa keduanya terdengar riang mengisi pagi.Nathan yang sudah biasa melihat
Akhirnya Stela dan Ana memutuskan untuk ikut jalan-jalan Nathan, menikmati suasana pegunungan yang asri.Stela sedikit menyesali saat memutuskan mengikuti Nathan yang mengajaknya keluar untuk berjalan-jalan. Saat Stela keluar dari kamarnya, ternyata dia menemukan Finn juga ada disana, dan berniat ikut untuk jalan-jalan di sekitar Villa juga.Sebagai sepasang kekasih Ana dan Nathan menggunakan waktu untuk berdua. Walaupun mereka sering bertemu di rumah sakit, waktu-waktu berdua seperti sekarang dengan suasana yang indah membuat hubungan mereka lebih dekat.Hingga mau tak mau, Stela harus rela berjalan berdampingan bersama Finn, tepat di belakang Ana dan Nathan."Apa kamu suka suasana pegunungan?" tanya Finn membelah keheningan saat mereka berjalan mengekor di belang Ana dan Nathan." Iya Pak," jawab Stela singkat."Jangan panggil ‘Pak’, panggil Finn saja saat di luar seperti ini." Finn membenarkan panggilan untuk dirinya dari Stela.Stela yang diminta untuk memanggil nama oleh Finn han
"Kenapa juga harus ada dia di sini?" gerutu Ana sesaat setelah mereka berdua masuk ke dalam kamar."Kamu tadi dengar bukan, dia ke sini atas ajakan Olivia." Stela mengingatkan Ana yang mendengar pembicaraan antara Olivia, Sean, dan Finn."Iya, tapi aku kesel, Stel. Aku membawa kamu ke sini untuk melupakan dia, tapi dia ada di sini, lalu apa jadinya?" Ana masih terus meluapkan kekesalannya yang melihat Sean di tempat yang sama dengannya.Stela hanya tersenyum. Dia merasa senang ternyata niat utama Ana adalah membuatnya senang. Setelah ucapan Sean tentang surat pengajuan cerai waktu itu, memang Stela merasa sedih. Dia bersyukur masih ada teman-temannya yang mau selalu ada untuknya."Sudahlah, mau bagaimana lagi, sekarang dia di sini, kita tidak bisa mengusirnya bukan?" Stela mencoba menenangkan Ana dengan kenyataan yang ada di depan mata mereka.Ana menghela napasnya, rasa kesalnya memang masih tersisa, tapi kalau dia marah-marah seperti ini, Stela akan merasa lebih sedih."Oke, jadi se
Setelah Sean keluar dari kamar Stela memegangi dadanya. Dia merasa tatapan mata Sean selalu membuatnya berdebar. Rasanya tak pernah berubah dari dulu pertama kali melihat Sean.Kenapa aku tidak bisa membencimu, Se?Tok ... tok ....Suara pintu diketuk membuat Stela begitu terkejut. Menerka-nerka siapa yang mengetuk. Segera dia membuka pintu kamar untuk tahu siap orang yang mengetuk pintu kamar."Stel, kamu lama sekali," keluh Ana saat melihat Stela membuka pintu.Stela merasa lega saat Ana yang mengetuk pintu. Dari bagaimana Ana bertanya, temannya itu tidak tahu Sean datang ke kamarnya.‘Rasanya aku takut sekali ada orang yang melihatku dan Sean, seperti aku sedang bertemu dengan selingkuhanku.’"Iya sebentar, aku tadi ke toilet dulu, perutku sedikit sakit, jadi lama." Stela memberi alasan."Apa perlu aku periksa?""Tidak perlu, nanti kamu beri obat saja padaku." Stela merutuki kesalahannya karena memilih alasan sakit. Dia lupa kalau temannya ini dokter."Baiklah aku akan mengambilkan