"Mama keramas? Bukannya semalam Mama demam?" "Iya, Mama udah sembuh. Udah enakan karena semalam udah dikerik dan diiurut Gio." Ibu mertuaku tersenyum. "Kapan, Ma?" tanyaku heran. Semalam aku udah tidur dan saat aku bangun, Mas Gio, suamiku tidur begitu pulas. "Semalam, saat kamu tidur." Alasannya takut tidur sendirian di kamar yang besar, ibu mertuaku minta tidur bersamaku dan suami. Aneh banget, tapi itulah yang terjadi dalam rumah tanggaku saat ini.
View More"Bunga, hey! Kenapa, Sayang?" "Lepas, Mas! Aku dengar semua apa yang kamu katakan pada mama. Oh, jadi selama ini, kamu memiliki perasaan lain sama mama. Itu dosa besar! Kamu gila, Mas! Kamu sakit, kamu kelainan! Aku benci kamu, Mas! Ceraikan aku! Aku gak mau hidup dengan pria sakit seperti kamu! Ceraikan aku, ceraikan, Mas!" "Bunga, ada apa? Kamu mimpi apa? Kenapa mimpinya serem, Sayang?" aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Ternyata aku masih berada di kamarku. Bola mataku bergerak liar memastikan bahwa aku benar-benar aku tidak sedang bermimpi. Namun, mimpi itu sangat jelas aku alami. Tapi.... "Mas, ini jam berapa? A-aku mimpi apa? M-maksudnya aku bilang apa?" tanyaku masih setengah tidak percaya. "Kamu minta cerai. Kamu meracau tidak jelas. Tunggu, aku ambilkan air." Mas Gio meraih gelas di atas meja kecil yang ada di samping ranjang, lalu ia berikan padaku. "Mas, ini hari apa?""Senin, kenapa?""Mama dan papa udah pulang?" "Udah, aku yang bukain pintu tadi. Ini sudah jam dua. M
Part 9"Mbak, papa nginep di rumah Mbak Bunga?""Iya, Dre. Masih betah, kenapa?""Rumah sepi banget, Mbak. Cuma aku sama bibik. Bibik juga ngetem di kamar. Aku mau ajak temen nginep. Bilangin papa, boleh gak? Aku telepon papa, HP-nya gak aktif. Emang papa ke mna, Mbak?" aku melihat jam dinding yang sudah berada di angka sepuluh. Suamiku belum pulang, begitu juga papa dan mama Sofi yang sejak ijin pergi ke rumah sakit, belum ada pulang ke rumah dan belum juga kasih kabar. "Papa lagi keluar. Ada urusan katanya. Nanti Mbak bilangin. Temen kamu cowok'kan?""Iya, Mbak, temen kampus dua orang. Makasih Mbak-ku Sayang. Udah dulu ye." Panggilan dari Andre terputus. Aku kembali menelepon papa, masih sama, nada sambungnya sibuk. Ke mana sih? Pintu pagar terbuka. Rupanya mas Gio yang pulang dengan motornya. Aku membuka pintu rumah untuk menyambut suamiku. "Loh, aku kirain kamu udah tidur, Sayang. Tumben, jagain pintu!" Ia tersenyum begitu lebar setelah itu berhasil membuka hem full cap yang ia
Part 8"Bunga, ada apa? Kenapa HP Mama ada di tangan kamu?" aku sontak melemparkan ponsel logo apel digigit itu ke atas ranjang mama karena benar-benar kaget dengan suara mama. "Oh, itu, anu, ponsel Mama tadi jatuh di lantai, jadinya maksud saya mau dinaikin lagi ke ranjang. Itu, Ma, saya ada beli sop iga kalau Mama mau makan." Mama sudah menggenggam ponselnya dengan kuat. "Iya, nanti Mama turun makan. Kamu siapkan saja.""Baik, Ma." Aku segera pamit undur diri. Kali ini bukan pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk mama, melainkan pergi ke kamar papa. Aku ketuk dua kali, lalu aku tekan kenop pintu. Papa malah asik berdiskusi di depan laptopnya. Apa pesan tadi dari papa? Kenapa manggil sayang? Apakah sudah sedekat itu? Aku menutup pintu kembali, lalu bergegas ke dapur. Aku menyiapkan nasi dan juga sayur sop iga untuk mama. Jujur aku sangat penasaran siapa yang nama kontaknya Sayang. Apa mama punya pacar lain selain papa? Maksudku apa ada lelaki lain yang mendekati mama selain
Mama segera menaikkan kerah bajunya. "Iya, kecapean dan kedinginan waktu di puncak. Airnya dingin sekali. Badan Mama yang udah jompo ini, gak tahan rupanya. Jadi masuk angin deh!" Aku tersenyum tipis. Bukannya kata mama di kamar mandinya ada shower air hangat? Duh benar-benar memusingkan. "Kalian teruskan makannya ya. Mama gak enak badan beneran. Mau tiduran aja." Mama sudah berdiri dari duduknya, tetapi mama sempoyongan. Aku dan mas Gio segera membantu mama berjalan menuju kamar. "Ma, Gio bakalan sibuk banget minggu ini. Mama jangan sakit ya." Ibu mertua mengangguk lemas. "Sayang, mama agak demam nih, tolong ambilkan obat demam dan air hangat ya.""Oke, Mas." Aku pun segera ke dapur. Papa baru keluar kamar dengan mata panda. Jelas sekali papa baru banget bangun tanpa cuci muka lebih dulu. "Tumben sepi, pada ke mana?" tanya papa terheran. "Mama Sofi sakit, Pa. Ini air dan obat untuk mama." Belum lagi aku tuntaskan ucapanku, papa langsung berlari menghampiri kamar mama Sofi. Inik
"Boleh kalau mama setuju, tapi gak sekarang kan, Pa?" "Alhamdulillah, makasih Gio. Papa udah khawatir kalau kamu gak setuju." Aku menatap suami dan papaku bergantian. Bukannya mas Gio menolak, kenapa sekarang berubah pikiran? Apa mama Sofi sudah membujuknya lagi? "Sekarang kita harus kembali ke villa. Kayaknya pakai mobil masing-masing ya, Pa. Mama ikut saya dan Bunga. Papa nyetir sendiri gak papa?" "Papa balik sama kalian saja. Mobil biar nanti diambil sama orang suruhan Papa. Ini orangnya udah Papa WA, minta ke sini jemput mobil. Ayo, kita pulang." Papa dengan begitu semangat mengeluarkan kartu ATM dari dompetnya. Membayar semua tagihan makan kami. Setelah itu, dengan mobil papan yang dikemudikan mas Gio, kami kembali ke villa. Niat hati mau liburan, malah ada saja kendala. Mas Gio memang baru satu bulan ini bekerja lagi, sehingga ia sungguh-sungguh patuh pada perintah atasan. Dia disiplin dengan tugas. Walau gajinya masih lebih kecil dibandingkan dengan gajiku dulu saat aku ma
Hai, makasih udah mampir baca. Cus, langsung aja baca bab 5**"Hush! Kamu ini, bicara jangan sembarangan! Gak boleh gitu sama orang tua. Papa juga tahu aturan, Bunga. Bu Sofi juga seperti belum yakin seratus persen dengan Papa. Makanya, bantuin Papa deketin ibu mertua kamu." Wajah papa benar-benar memohon. "Mas Gio gak bakalan setuju, Pa." "Kita coba dulu. Papa juga gak buru-buru mau jadi pengantin, kok. Bisa pendekatan dulu." Aku mengangkat bahu tidak paham. Jika papa menikahi mama Sofi, itu tandanya prasangka ku selama ini, salah. Mungkin firasatku sudah diikuti oleh set4n sehingga berpikir yang jelek pada ibu mertua dan juga suamiku. Mas Gio tak kunjung kembali. Aku pun mulai curiga. Aku pamit masuk ke dalam rumah, sedangkan papa masih asik menonton youtub. "Mas." Aku menekan kenop pintu kamar dan tidak melihat ada suamiku. Di mana dia? Aku berjalan ke arah jendela untuk melihat ke area kolam renang. Sepi juga, tidak ada suamiku. Apa di kamar mama? Aku pun berjalan menuju kama
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments