"Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Stela yang panik. "Tidak perlu." "Kenapa kalian tidak menjelaskan isi dari menu dari restoran kalian!" Stela melayangkan protes pada pelayan restoran. "Maafkan kami Nona, kami benar-benar tidak tahu kalau Tuan ada alergi." Sean yang melihat kepanikan Stela, merasa senang. Stela belum berubah, dia masih tetap sama paniknya saat dirinya alergi. "Sudahlah Stel, ini sudah lebih baik," jawab Sean dengan masih menahan sesak di dadanya. Sejenak Stela tersadar akan kepanikannya yang terlihat jelas di mata Abi dan Finn. ‘Apa yang aku lakukan? Kenapa aku panik seperti ini di depan mereka?’ batin Stela. Finn menatap Stela. Dia merasa aneh saat Stela begitu panik saat Sean terserang alergi. Pikirannya menerka hubungan di antara Stela dan Sean. Namun, dia tidak bisa menebak hubungan apa. Masih jelas di ingatannya, jika Stela mengatakan jika dia tidak mengenal Sean. "Sebaiknya Pak Sean bisa pulang saja, saya rasa Pak Sean butuh istirahat." Finn merasa t
Setelah seminggu yang lalu Stela berjanji untuk ikut Ana ke acara reuni Nathan. Pagi ini Stela bersiap. Dia mengemas beberapa pakaian ganti. Tak lupa sebelum pergi dia memoles wajahnya dengan sedikit make up."Stel, ayo cepat," teriak Ana dari balik pintu kamar kos Stela.Suara Ana membuat Stela buru-buru mengambil tasnya dan membuka pintu."Selalu saja lama," gerutu Ana.Bagi Stela mendengar gerutuan Ana adalah hal biasa. Jadi dia akan mengabaikannya begitu saja.Meninggalkan Ana yang masih menggerutu, Stela menuju mobil Nathan. "Ana, cepat," teriak Stela membalas Ana yang masih di belakang."Dasar!" Ana berucap seraya berlari mengejar Stela. Perasaan kesal menyelimuti Ana. Teriakan Stela yang didengarnya, membuatnya seolah dialah yang terlambat."Kena kamu." Ana memeluk Stela, menyalurkan kekesalannya.Stela langsung tertawa saat Ana memelukanya dan menangkapnya. Tawa Stela pun berbalas tawa dari Ana. Hingga tawa keduanya terdengar riang mengisi pagi.Nathan yang sudah biasa melihat
Akhirnya Stela dan Ana memutuskan untuk ikut jalan-jalan Nathan, menikmati suasana pegunungan yang asri.Stela sedikit menyesali saat memutuskan mengikuti Nathan yang mengajaknya keluar untuk berjalan-jalan. Saat Stela keluar dari kamarnya, ternyata dia menemukan Finn juga ada disana, dan berniat ikut untuk jalan-jalan di sekitar Villa juga.Sebagai sepasang kekasih Ana dan Nathan menggunakan waktu untuk berdua. Walaupun mereka sering bertemu di rumah sakit, waktu-waktu berdua seperti sekarang dengan suasana yang indah membuat hubungan mereka lebih dekat.Hingga mau tak mau, Stela harus rela berjalan berdampingan bersama Finn, tepat di belakang Ana dan Nathan."Apa kamu suka suasana pegunungan?" tanya Finn membelah keheningan saat mereka berjalan mengekor di belang Ana dan Nathan." Iya Pak," jawab Stela singkat."Jangan panggil ‘Pak’, panggil Finn saja saat di luar seperti ini." Finn membenarkan panggilan untuk dirinya dari Stela.Stela yang diminta untuk memanggil nama oleh Finn han
"Kenapa juga harus ada dia di sini?" gerutu Ana sesaat setelah mereka berdua masuk ke dalam kamar."Kamu tadi dengar bukan, dia ke sini atas ajakan Olivia." Stela mengingatkan Ana yang mendengar pembicaraan antara Olivia, Sean, dan Finn."Iya, tapi aku kesel, Stel. Aku membawa kamu ke sini untuk melupakan dia, tapi dia ada di sini, lalu apa jadinya?" Ana masih terus meluapkan kekesalannya yang melihat Sean di tempat yang sama dengannya.Stela hanya tersenyum. Dia merasa senang ternyata niat utama Ana adalah membuatnya senang. Setelah ucapan Sean tentang surat pengajuan cerai waktu itu, memang Stela merasa sedih. Dia bersyukur masih ada teman-temannya yang mau selalu ada untuknya."Sudahlah, mau bagaimana lagi, sekarang dia di sini, kita tidak bisa mengusirnya bukan?" Stela mencoba menenangkan Ana dengan kenyataan yang ada di depan mata mereka.Ana menghela napasnya, rasa kesalnya memang masih tersisa, tapi kalau dia marah-marah seperti ini, Stela akan merasa lebih sedih."Oke, jadi se
Setelah Sean keluar dari kamar Stela memegangi dadanya. Dia merasa tatapan mata Sean selalu membuatnya berdebar. Rasanya tak pernah berubah dari dulu pertama kali melihat Sean.Kenapa aku tidak bisa membencimu, Se?Tok ... tok ....Suara pintu diketuk membuat Stela begitu terkejut. Menerka-nerka siapa yang mengetuk. Segera dia membuka pintu kamar untuk tahu siap orang yang mengetuk pintu kamar."Stel, kamu lama sekali," keluh Ana saat melihat Stela membuka pintu.Stela merasa lega saat Ana yang mengetuk pintu. Dari bagaimana Ana bertanya, temannya itu tidak tahu Sean datang ke kamarnya.‘Rasanya aku takut sekali ada orang yang melihatku dan Sean, seperti aku sedang bertemu dengan selingkuhanku.’"Iya sebentar, aku tadi ke toilet dulu, perutku sedikit sakit, jadi lama." Stela memberi alasan."Apa perlu aku periksa?""Tidak perlu, nanti kamu beri obat saja padaku." Stela merutuki kesalahannya karena memilih alasan sakit. Dia lupa kalau temannya ini dokter."Baiklah aku akan mengambilkan
Stela melangkah ingin meninggalkan Sean. Namun, langkahnya terhenti saat Sean menggenggam tangannya."Aku akan memaafkanmu, kembalilah padaku." Satu kata yang terucap dari Sean.Stela mencerna baik-baik kata-kata yang keluar dari mulut Sean. Memaafkanku? ucap Stela mengulang kembali ucapan Sean dalam hatinya. Memutar tubuhnya, dia menatap Sean."Aku akan mencabut gugatan cerai kita, aku akan melupakan semua yang sudah kamu lakukan, dan kita bisa kembali membangun rumah tangga yang kita impikan dulu." Sean menatap penuh cinta pada Stela, berharap istrinya akan kembali padanya.Rasanya Sean sudah tidak bisa menahan perasaannya. Dia benar-benar tidak bisa melupakan Stela sedikit pun, dan saat jauh dari Stela hidupnya hampa. Empat tahun bukan waktu sebentar untuk dia bisa melupakan Stela. Apalagi saat melihat pria lain memerhatikan dan menyukai Stela, darahnya mendidih, seolah dia benar-benar tidak rela Stela dimiliki oleh siapa pun. Hingga hari ini, dia buang semua egonya untuk membuat S
Stela merutuki kesalahannya, karena mengira Ana yang ada di belakangnya."Aku baik," ucap Stela seraya menghapus air matanya.Finn yang merasa tidak tega saat melihat wanita di depannya menangis, ingin sekali memeluknya. Namun Finn tahu, itu tidak akan pernah terjadi, karena dia tidak bisa seenaknya saja memeluk."Kalau kamu butuh untuk bercerita, kamu bisa bercerita padaku," ucap Finn mencoba memberikan semangat pada Stela."Terima kasih, tapi aku tidak perlu seseorang untuk bercerita." Stela sudah mulai tenang. Menjawab.Finn yang menyadari Stela yang sudah mulai tenang, hanya tersenyum. Dia sadar, bahwa wanita di depannya adalah wanita yang cepat mengendalikan suasana.‘Walaupun keadaannya rapuh dia bisa bersikap tenang,’ batin Finn."Baiklah kalau begitu, aku permisi." Finn memilih untuk meninggalkan Stela, karena dia tahu Stela butuh waktu untuk sendiri.Saat Finn hendak ke luar kamar, dia mendapati seseorang yang hendak masuk ke dalam kamar Stela."Finn, kamu disini?" tanya Ana
Hari ini Stela sudah mulai berkerja seperti biasa, setelah liburannya dipakai untuk menghadiri acara reuni Nathan. Sejenak dia melepaskan bayangan-bayangan kejadian kemarin. Memberikan semangat untuk dirinya sendiri, meyakini bahwa ke depan akan lebih baik.Stela merapikan mejanya saat Finn datang. Saat melihat Finn, tiba-tiba dia ingat bahwa atasannya itu mendengarkan curahan hatinya, dan sudah dipastikan bahwa Finn sudah tahu bahwa dirinya akan bercerai."Pagi," sapa Finn terlebih dahulu."Pagi, Pak.""Bacakan jadwalku, aku tunggu di dalam!" perintah Finn.Stela yang mendapat perintah langsung mengerjakannya. Dia membacakan jadwal Finn seperti biasa. Memerhatikan Finn yang tampak tidak menampilkan perubahan apa pun paska kejadian kemarin.Dia mengira Finn akan mencecarnya dengan kebenaran yang diungkapkan kemarin. Karena Stela tahu Finn biasanya suka bertanya tentang kehidupan pribadinya."Oh ya, tadi mama memintamu ke rumah," ucap Finn sesaat setelah Stela membacakan jadwalnya. "Ja