Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?

Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?

last updateÚltima atualização : 2025-10-15
Por:  Pena QalbuAtualizado agora
Idioma: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Classificações insuficientes
6Capítulos
12visualizações
Ler
Adicionar à biblioteca

Compartilhar:  

Denunciar
Visão geral
Catálogo
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP

Sungguh miris, Alsya harus kehilangan sosok suami yang sangat dia nanti-nantikan kepulangannya setelah hampir 1 bulan berada di Mesir. Arkan, yang ditunggu, hilang tanpa jejak, tak ada seorang pun yang tau keberadaannya di mana. berbulan-bulan Alsya mencari sampai ke pelosok penjuru, tapi tak menemukan kabar tentang sang suami tercinta. Ingin menyerah, tapi hati gundah, resah. "Aku yakin, kamu masih hidup, Mas. Tapi, ke mana lagi aku harus mencarimu?"

Ver mais

Capítulo 1

Sakit tak Berdarah

Apa aku bisa menjadi seperti sosok Fatimah Az-Zahra? itulah yang ada dalam pikiran Alsya. Bahkan tidak pernah dilihat atau melihat seseorang yang bukan mahramnya. Sungguh, dia ingin meneladani sifat beliau.

Dia tahu, dosanya terlalu banyak. masih lalai menjalankan perintah-Nya. Tapi semenjak bertemu dengan seseorang, yang telah mengajarkan banyak hal selama ini, menjadikan Alsya terus termotivasi untuk memperbaiki diri.

Setiap malam, dia hanya bisa menangis dalam diam. Takut Allah marah, serta murka kepadanya karena selama ini dia masih sering mengejar cinta dunia, bahkan sempat melupakan akhirat.

Astaghfirullah, hamba macam apa, aku ini?

Seorang gadis berjalan cepat menaiki tangga gedung bertingkat sambil sesekali melirik jam yang melingkar di tangan dengan beberapa buku di genggamannya, apalagi mulutnya komat kamit tidak jelas. Karena masalah ban mobil bocor, membuatnya telat datang ke kampus. Beruntung ada malaikat berbaik hati memberi tumpangan.

BRAK

Semua orang yang berada di ruangan, seketika memegangi dada karena kaget. "ASTAGHFIRULLAH, ALSYA ...." terdengar lantang suara Vino, selaku dosen sastra Indonesia. Vino benar-benar geram, namun mencoba menahan amarah, terlihat jelas dari urat lehernya.

Mampus! batinnya menuruti kebodohannya sendiri.

Sementara, Alsya dengan tampang polosnya hanya tersenyum sambil menunjukkan cengirannya seperti tidak terjadi apa-apa ataupun merasa bersalah. Dia mengira, Vino belum masuk kelas karena biasanya datangnya juga suka terlambat. Tapi kali ini, dia salah besar.

"KELUAR DARI KELAS SAYA, SEKARANG!"

Tenggorokannya begitu tercekat, sampai-sampai mencoba menelan ludah saja begitu susah. "Ta-tapi Pak-"

"Jangan membantah, ALSYA. Cepat, keluar dari kelas saya, SE-KA-RANG!"

Dengan langkah gontai, kakinya meninggalkan gedung bertingkat. Alsya bingung harus ke mana, saat ini. Karena kelas kedua akan dimulai siang nanti. Dia juga tidak mungkin pulang, pasti kedua orang tuanya akan memarahi.

"Ah, aku ke rumah Paman Kevin aja, deh. Main sama si kembar, sambil nunggu kelas siang."

Karena mobilnya masih ada di bengkel, akhirnya Alsya naik taksi. Kebetulan jarak rumah Kevin dengan kampus tidak terlalu jauh. Beberapa menit kemudian, Alsya sampai di perumahan elit. Berlahan, kaki kecilnya masuk dalam rumah besar.

"Assalamualaikum, Paman," tukasnya seraya mencium punggung tangan Kevin yang saat itu sedang membaca koran di ruang tamu.

"Waalaikumsalam, loh Alsya? Kamu nggak ke kampus?" tanyanya dengan curiga melihat keponakan tercinta tiba-tiba ada di rumahnya. Apalagi dengan pakaian yang rapi dengan buku di tangannya.

Alsya yang mendengar pertanyaan Kevin hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe ... i-i-itu, Paman ... a-aku diusir dari kelas."

"APA? DIUSIR KAMU BILANG? KENAPA BISA DIUSIR, ALSYA?? KAMU BUAT MASALAH APA, SAMPAI-SAMPAI DIUSIR?" Kevin tidak habis pikir dengan Alsya, bisa-bisanya dia diusir dari kelas.

"A-aku nggak bikin masalah kok Paman, serius. Tadi itu mobilku bannya bocor, jadi telat datang ke kampus. Beruntung tadi ada orang baik hati yang mau menampungku. Eh, waktu udah sampai kampus malah diusir tuh sama si dosen. Huh, Paham, jangan kasih tahu Bunda dan Ayah ya? Nanti mereka marah, Paman tahu sendiri kan bagaimana marahnya Ayah. Makanya aku ke sini aja, sekalian main sama si kembar."

Kevin hanya bisa menghela nafas panjang, lantas mengangguk mengiyakan permintaan keponakannya itu. Dia kira, Alsya membuat masalah besar, ternyata karena ada sedikit masalah di mobilnya.

"Si kembar mana, Paman? Kok nggak kelihatan?"

"Arya dan Arza ke rumah neneknya."

"Yaah, nggak bisa main sama ke kembar, dong."

"Di kamar atas ada Abel dan Tasya."

Semenjak kejadian beberapa tahun silam, Kevin memutuskan untuk menikah dengan seorang Dokter. 1 tahun setelah dirinya kembali ke rumah, Kevin mengkhitbah Zahra. Mereka berdua dikaruniai 3 anak, satu perempuan cantik bernama Abel, yang kedua Arya dan Arza yang masih menginjak usia 4 tahun.

Tanpa berkata, Alsya berlari ke kamar atas untuk menemui kedua kakaknya itu. Karena sudah lama tidak bertemu. Walaupun Alsya sering main ke rumah Kevin, tapi tidak pernah bertemu dengan Abel karena Abel melanjutkan study-nya ke luar negeri. Beruntung saja, kini Abel ingin melanjutkan kuliahnya di Indonesia, saja. Sedangkan Tasya, jarang bertemu karena memang terbentang jarak yang cukup jauh.

BRAK

Lagi dan lagi, Alsya mendobrak pintu. Beruntung pintu tidak rusak karena ulahnya. "KAK ABEL ... KAK TASYA ...." Alsya berlari memeluk erat mereka berdua. Mereka bertiga saling memeluk satu sama lain, untuk melepas rindu yang tertahan.

"Kangen." Hanya itu kata yang diucapkan Alsya.

"Sudah, jangan menangis lagi. Nanti cantiknya hilang," tukas Abel seraya menghapus air mata yang masih mengalir deras di pipi Alsya.

"Tahu nih, anak. Cengeng banget," timpal Tasya sambil menghapus sisa air matanya yang keluar.

"Kalian berdua juga nangis tuh, nggak aku aja."

"Namanya juga melepas rindu, Sya."

Seorang lelaki memakai pakaian ala dokter dengan stetoskop yang masih melingkar di leher berjalan keluar rumah sakit. Terlihat tampan, apalagi kulit putih, hidung mancung, mata coklat, serta bibir merah muda, membuat siapa saja yang melihat pun terkesima.

"Sore, Dok." Begitulah sapa karyawan saat berpapasan dengannya. Dia hanya membalas dengan senyuman manis yang memperlihatkan lesung kecil di kedua pipinya.

Klik

Begitulah suara dalam mobil. Belum sempat masuk, ada yang memanggil dari arah belakang.

"Dokter Reyhan," teriaknya dari arah belakang sambil berlari kecil dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Iya, ada apa, Najma?"

"Ini Dok, ada sesuatu untuk Dokter."

"Apa, ini?" tanya Reyhan sembari mengambil bingkisan itu.

"Makanan dari Mama, Dok. Katanya untuk calon menantu," tukas Najma malu-malu. Sedangkan Reyhan yang mendengarnya pun seketika menghela nafas panjang dan berat.

"Untuk makanannya tolong bilang ke Mama kamu, terima kasih. Tapi satu yang harus kamu tahu, Najma, saya sudah mempunyai calon. Jadi saran saya jangan berharap lagi kepada saya, Najma. Sekali lagi terima kasih, saya pamit."

Setelah mengatakan itu, Reyhan bergegas meninggalkan area rumah sakit. Tapi tidak dengan Najma, dia masih membeku di tempat, memikirkan perkataan Reyhan. Hatinya begitu sakit mendengar perkataan darinya.

Tapi satu yang harus kamu tahu, Najma, saya sudah mempunyai calon. Jadi saran saya jangan berharap lagi kepada saya, Najma

Perkataan itu seketika memenuhi pikiran Najma. Di satu sisi, Reyhan benar-benar dibuat kalut dengan ucapannya sendiri. Bagaimana tidak, dia mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya dia ucapkan. Sebenarnya Reyhan belum mempunyai calon, karena tidak mau memberikan harapan kepada seseorang, dia terpaksa berbohong.

Apalagi semenjak beberapa bulan silam, Reyhan tidak sengaja bertemu dengan sang ibu dari Najma. Dari situ, mama Najma suka memanggil Reyhan dengan sebutan 'calon menantu'. Itu semua membuat Reyhan kurang nyaman.

Reyhan jadi berdoa supaya dalam waktu dekat ini dipertemukan dengan seseorang. Sejujurnya dia tidak menyukai Najma. Karena tanpa diduga, sang mama Najma mengenal bunda Reyhan. Bahkan mereka berdua rencana mau menjodohkan Reyhan dengan Najma. Mengingat perkataan sang bunda yang terus menyuruh untuk menikah dengan Najma, membuatnya menjadi pening.

"Akh," desisnya sembari memukul setir mobil. "Saya harus cepat-cepat menemukan calon istri untuk diperkenalkan dengan Bunda. Supaya Bunda tidak terus menyuruh saya menikahi Najma, seorang yang tidak saya cintai."

Maka, "dengarlah wahai kaum lelaki, janganlah kamu sekali-kali menyakiti seorang perempuan, muliakanlah dia ... Karena perempuan itu bagaikan permata yang harus dijaga, bukan dibuat mengeluarkan air mata. Saat kamu ingin menyakiti wanita, ingatlah kepada ibumu. Apa kamu tega, menyakiti hati ibumu? Kalau tidak, maka jangan menyakiti seorang perempuan. Kalau dia salah, tegurlah dengan lembut, jangan sampai kamu membentak. Karena sejatinya wanita itu suka diperlakukan dengan kelembutan, bukan kekerasan"

Expandir
Próximo capítulo
Baixar

Último capítulo

Mais capítulos

Para os leitores

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comentários

Sem comentários
6 Capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status