Kay menatap ponselnya, tangannya gemetar saat melihat email dari rumah sakit tempat dia memeriksakan kesuburannya. Sebenarnya sudah beberapa satu bulan yang lalu email tersebut masuk, hanya saja Kay belum siap untuk membukanya.Entah mengapa ada perasaan yang tidak bisa dia artikan, dan sangat dalam dia memiliki rasa bersalah tiba-tiba."Aku harus membukanya, jika tidak aku tidak akan tau bagaimana hasilnya."Membuka pesan email tersebut perlahan, membaca dengan seksama, agar dia tidak salah baca nantinya.Deeeegg!Jantungnya seperti tersambar petir, tangan gemetar hingga ponsel yang dia pegang jatuh tergletak di lantai. Pandangannya seperti buram, dia mengerjapkan mata sampai berkali-kali. Matanya mulai panas, menatap ke arah ponselnya berada lalu mengambilnya kembali."I-ini tidak mungkin." Dengan suara gemetar, dia menatap layar ponsel itu kembali.Memastikan apa yang lihatnya benar atau hanya halusinasi, namun apa yang tertulis disana kenyataannya adalah hasil dari pemeriksaan. Ka
Kalea langsung menyuapi beberapa makanan kesukaan suaminya, Rigel sangat menikmati suapan demi suapan yang diberikan oleh istrinya. "Bagaimana? Enak?" tanyanya."Eumm, sangat sangat enak." Senyum bangga memuji masakan sang istri, karena sudah berusaha keras untuk menyajikan apa yang dia suka.Rigel tau semua jika Kalea tengah menyiapkan semuanya dengan usaha keras, Bibi sudah memberitahu bahkan merekam semua saat Kalea mengerjakannya tanpa mau dibantu siapapun."Sayang, ada yang ingin bertemu denganmu." Menatap sang istri."Siapa? Apa kamu membawa orang sayang?" tanyanya, Kalea menatap balik suaminya."Eumm, Mona ingin bertemu denganmu sayang. Apa kamu mau?" tanya Rigel dengan ragu."Tentu, tentu aku mau. Dimana dia? Kenapa tidak diajak kesini?" tanyanya."Sa-sabar dulu, dia ada diruang tamu bersama Kelvin. Gisha dan Bibi juga ada sana, aku hanya takut jika kamu tidak mau menemuinya." Ujar Rigel."Ayo kita temui mereka," ajak Kalea tidak sabar.Rigel menggandeng tangan snah istri, ke
Akhirnya semua urusan selesai, Rigel mengurus semuanya dengan baik tanpa meninggalkan apapun. Dan semua urusan dikota ini diserahkan pada pengacaranya, hari ini dia akan pulang karena sudah satu pekan dia berada dikota tersebut.Mona juga diajak oleh Rigel, Kelvin menawarkan diri untuk menampung juga mengurusnya sampai Mona siap untuk dipulangkan. Karena dua pelaku juga sudah ditangkap, kini kasus Mona ditutup sebab dua preman itu mengakui kesalahan yang mereka lakukan."Ikutlah dengan kami, kami tidak akan menyakitimu. Kelvin akan menampung mu, sampai kami siap kembali kepada orang tuamu. Aku akan mengabari pada mereka," kata Rigel mengajak Mona untuk pulang bersamanya."A-apa tak masalah untuk istrimu? Apa dia tidak akan ....""Istriku beda dari wanita lain, walaupun pernah dilukai tetapi dia memiliki hati yang welas asih pada setiap orang. Dia juga perempuan, tau bagaimana caranya bersikap, dan memiliki hati nurani. Dia tidak sejahat yang kamu kira, istriku wanita baik hati." Jelas
Tuan Abraham terdiam, dia seolah sedang mengingat semua kejadian dan kesalahan yang sudah dia perbuat pada Kalea juga keluarganya. Tanpa membalas ucapan Rigel sedari tadi, dia hanya diam tanpa kata. Bagaimana bisa dia membela diri, karena semua ucapan yang dikatakan Rigel adalah kebenarannya, tentang kejahatannya yang dia sembunyikan selama bertahun-tahun. Agar bisa menikmati hidup, dan juga bebas dari masalah hukum.“Ayah, kenapa Ayah sejahat itu. Aku dan Ibu kira Ayah adalah orang yang baik juga bertanggung jawab. Tapi kenapa Ayah begitu jahat pada saudara Ayah sendiri, apa hanya karena sakitku Ayah berbuat seperti ini? Tapi sepertinya bukan, aku sudah sembuh sekarang seperti anak-anak lainnya. Jadi tolong Ayah harus bertanggung jawab dengan semua yang sudah Ayah lakukan pada semua orang,” pinta putrinya yang ternyata mendnegar semua ucapan Rigel, istri dari Tuan Abraham pun hanya diam karena dia juga tidak tahu menahu permasalahannya.“Apakah yang dikatakan oleh mereka benar? Jika
Rigel mendapatkan menelfon rumah sakit dan pihak polisi, dia meminta penjagaan ketat diruang rawat inap Mona. Karena masih belum aman, dan takutnya dua pria yang sudah membuat Mona seperti ini kembali lagi untuk mengancamnya atau melukai Mona. Dia hanya ingin menolong Mona sesuai keinginan sang istri, walaupun wanita itu sempat ingin berniat jahat pada rumah tangga mereka, tetapi kini seolah situasinya tidak memungkinkan.Setelah memastikan semuanya sesuai dengan keinginannya, kini dia akan pergi kekediaman Paman Kalea bersama Kelvin. Dia ingin tau alasan beliau menjual usaha milik Ayah kalea, bahkan bukan hanya itu beberapa aset juga dijualnya. Tetapi Kalea hanya mendapatkan hampir tidak setengahnya, dan itu tidak cukup untuk biaya pengobatan sang Ayah. Sehingga Kalea saat itu harus menjual beberpa mobil milik sang Ayah, dan juga mobilnya sendiri hingga dia tetap bekerja walaupun hanya didalam rumah saja.“Kelvin, kita berangkat sekarang. Jika urusannya lekas selesai, baru segera ker
"Kak, ponselmu sepertinya ada pesan." Gisha memberitahu Kalea."Iya, sebentar."Kalea yang tengah membuat cemilan bersama bibi menjawab Gisha, karena nafsu makan Kalea cukup bagus demi calon anaknya yang sedang tumbuh didalam rahimnya. Dengan semangat Kalea membawa cemilan itu keruang tv, dimana Gisha berada."Cemilan datang." Membawa piring berisikan pisang coklat."Wow, pasti enak. Kenapa enggak beli ajah Kak?" tanya Gisha."Eumm tidak enak jika tidak hangat, jadi buat sendiri saja." Gisha menyantap pisang coklat buatan Kalea dan Bibi, sementara Kalea mengecek ponselnya. Dia membaca pesan dari suaminya, dan melihat bukti pesan antara Alora dan Mona.Firasat dan tebakannya tidak salah lagi, mereka ternyata saudara masih ada ikatan darah. Tapi kenapa Alora begitu jahat pada Mona, dan memanfaat perasaan Mona terhadap Rigel.Tak berani maju sendiri untuk menghancurkan Kalea kembali, dia meletakkan ponselnya di depan Gisha."Apa ini?" "Kak, firasat dan tebakanmu benar. Lalu bagaimana s