Pelukan hangat seorang Ayah kandung kini dirasakan kembali oleh Kalea, tangis bahagianya karena sang Ayah kini berada didepan matanya."Apa ini tujuan makan malam ini? Memberikan kejutan untukku?" bertanya-tanya pada semua anggota keluarganya."Iya Kalea, maaf selama ini menyembunyikan semuanya darimu. Karena Ayahmu yang memintanya, supaya hasil pengobatannnya juga maksimal." Jelas Tuan Yama."Jadi semuanya sudah tau apa yang dilalui oleh Ayah?" tanya Kalea bak anak kecil mengalahkan Tama saat ini."Iya sayang, kami semua tau proses pengobatan, oprasi, masa pemulihan, dan therapi Ayah. Jadi maaf, kami menyimpannya supaya nantinya menjadi kejutan untukmu. Dan semua ini juga Ayah yang memintanya." Jelas Rigel pada sang istri."Bagaimana Kalea? Apa kamu sangat senang?" tanya Ibu."Sangat Bu, sangat senang. Terimakasih semuanya, terimakasih." Kata Kalea dengan meneteskan air matanya.Sungguh malam tidak akan dia lupakan, melihat Ayahnya yang bisa berdiri juga berjalan tanpa bantuan kursi
Mona masih tetap diam, dia benar-benar merasa tidak pantas untuk bersanding dengan Kelvin. Dan mereka juga belum saling mengenal lebih jauh, tak mungkin juga dia asal menerima pernyataan cinta seorang pria hanya karena pria tersebut sudah menolongnya.“Beri aku waktu, kita saling mengenal lebih dulu. Aku yang sangat tidak pantas untukmu, dan kamu tau jika dulu aku begitu mencintai Rigel, jadi kita saling kenal dulu saja.“ Memutuskan dan memberikan jawaban pada Kelvin.Namun Kelvin memberikan senyumannya, hingga membuat Mona bingung tapi malah tatapan Kelvin semkain dalam dengan senyuman yang tidak pernah Mona lihat sebelumnya.“Ke-kenapa kamu tersenyum?“ Tanya Mona sedikit ketakutan.“Tidak, berarti aku memiliki kesempatan untuk mendapatkanmu. Kamu sudah memberikan lampu hijau, jadi aku akan menunggumu dan mengenalmu. Aku sangat senang walaupun kamu tidak langsung menerimaku, tapi aku senang kamu sudah mmeberikan kesempatan untuk mengenalmu. Itu sudah lenih dari cukup, akan kau bukti
Rigel pulang dari kantor bersama Kelvin lebih cepat, karena semua pekerjaan hari ini telah selesai. Aurelia sudah pulang, karena sudah dijemput oleh suaminya yang tak lain adalah Daru Kakak kandung Rigel."Aku pulang sayang." Seru Rigel."Iya sayang." Kalea menyambut suaminya dengan berlari kecil, Rigel yang takut istrinya terpleset pun berlari lebih cepat menghampiri istrinya."Sayang, jangan lari-lari begini. Aku takut kamu terpleset, ingatlah kamu sedang mengandung anak kita. Tapi aku lebih khawatir kepadamu, karena kamu menopang dua nyawa sekaligus." Jelas Rigel sembari memeluk sang istri."Maaf." Senyum gemasnya.Rigel hanya tersenyum dan mencubit hidung sang istri, kemesraan mereka disaksikan oleh Kelvin dan Mona. Rigel tersadar jika ada yang memperhatikan mereka, tetapi bukan malu malah dia menampilkan hal manis pada sang istri."Tuan, lihatlah situasinya," ucap Kelvin berharap Tuannya sadar."Ah iya iya, apa kalian akan pulang sekarang atau mau makan malam disini?" tanya Rigel
Rigel sedang menatap layar, di menerima beberapa foto dari orang yang dia perintahkan untuk mengawasi Alora. Bukan hanya itu, dia juga tau jika Kay sudah memeriksakan diri tentang kesuburannya, beberapa hal berjalan sesuai dengan rencana tanpa harus bekerja keras.Tangan Rigel di meja, jari jemarinya bergerak satu persatu hingga menjadi sebuah ketukan."Apa yang akan dia lakukan selanjutnya?" tanyanya pada diri sendiri.Tiba-tiba Kelvin masuk keruangan Rigel, dia membawa sebuah kabar tentang Kay. Tentu saja ini berita penting bagi Rigel, karena dia ingin membalaskan luka yang dialami oleh Kalea dari mantan suaminya."Tuan, ada kabar dari rumah sakit." "Kabar apa lagi?" tanya Rigel menanti kabar tersebut."Ini." Memberikan ponsel miliknya.Rigel melihat pesan dari seseorang, mereka memberikan kabar jika Kay akan melakukan tes DNA bersama anaknya. Rigel lalu meminta Kelvin untuk mengaturnya, agar semua orang tidak sampai bekerjasama dengan Alora."Usahakan tidak ada yang menerima uang
Kay menatap dalam Alora, matanya dipenuhi air mata yang tak bisa berhenti. Alora bingung kenapa dengan suaminya, langkahnya semakin dekat dengan sang istri."Ada apa denganmu?" tanyanya."Mari kita tes DNA, aku ingin tau anak kita." Ajak Kay pada sang istri.Deeeeeg!Alora terkejut dengan ajakan suaminya, kenapa malah dia ingin melakukan tes DNA. Jika itu dilakukan maka semua kebohongan akan gagal, dan rencana mengambil harta Kay juga akan terbongkar. Dia bingung harus berbuat apa, tapi jika menolak makan Kay akan semakin mencurigainya."Ya lakukan saja, jika kamu masih meragukan istri juga anakmu. Kita kerumah sakit." Alora mencoba tenang dan mencoba membuat suaminya merasa ragu untuk melakukannya.Kay juga merasa jika istrinya malah menntangnya, tau jika dia berencana untuk ragu padanya juga putri mereka."Gantilah pakaian kalian, aku akan menunggu kalian didepan."Berjalan melewati Alora, meninggalkan istri dan anaknya untuk bersiap. Sementara dikediaman Kalea ...Kalea mengundang
Kay menatap ponselnya, tangannya gemetar saat melihat email dari rumah sakit tempat dia memeriksakan kesuburannya. Sebenarnya sudah beberapa satu bulan yang lalu email tersebut masuk, hanya saja Kay belum siap untuk membukanya.Entah mengapa ada perasaan yang tidak bisa dia artikan, dan sangat dalam dia memiliki rasa bersalah tiba-tiba."Aku harus membukanya, jika tidak aku tidak akan tau bagaimana hasilnya."Membuka pesan email tersebut perlahan, membaca dengan seksama, agar dia tidak salah baca nantinya.Deeeegg!Jantungnya seperti tersambar petir, tangan gemetar hingga ponsel yang dia pegang jatuh tergletak di lantai. Pandangannya seperti buram, dia mengerjapkan mata sampai berkali-kali. Matanya mulai panas, menatap ke arah ponselnya berada lalu mengambilnya kembali."I-ini tidak mungkin." Dengan suara gemetar, dia menatap layar ponsel itu kembali.Memastikan apa yang lihatnya benar atau hanya halusinasi, namun apa yang tertulis disana kenyataannya adalah hasil dari pemeriksaan. Ka