Share

Bab 2

Author: Emka 1979
last update Last Updated: 2024-10-14 14:21:10

Adzan subuh sudah berkumandang, seperti biasa, Rina bangun lebih dulu. Saat dia membuka mata, suami tampannya sudah ada disebelahnya.

"Jam berapa kamu pulang, Mas? Aku menunggumu hingga pukul 12, tapi kamu masih belum datang," gumam Rina sambil menatap wajah tampan suaminya. Wajah yang dulu menenangkan, tetapi sekarang, entah kemana semua itu?

Sejak beberapa bulan yang lalu, sikap Arya mulai berubah. Meski Arya jarang memperhatikannya, tapi Arya tidak pernah bersikap dingin dan acuh. Namun kini, semua berbeda. Setiap pulang, lelaki itu pasti akan selalu sibuk dengan handphone-nya. Pernah Rina melirik, pesan dari seseorang berinisial 'M' sering terlihat olehnya. Hal ini membuat Rina curiga.

Saat Arya bangun, Rina mencoba menata dirinya agar tidak tampak mencurigakan. Namun pikiran-pikiran tentang pesan misterius itu terus menghantui.

"Dimana sarapannya, Rina?" Sentak Arya membuat Rina melonjak kaget.

"Ada di meja," balas Rina singkat, mencoba tersenyum, meski ada beban di hatinya. Ia pun menyiapkan sarapan seperti biasa, namun kali ini atmosfer terasa berbeda.

Seiring dengan rutinitas pagi yang berjalan, Rina memberanikan diri untuk berbicara.

"Aku mau tanya sesuatu, Mas," ucapnya, berusaha terdengar santai.

"Hmm? Tanya apa?" jawab Arya sambil mengoleskan mentega di rotinya.

"Aku sering lihat kamu terima pesan dari seseorang. Yang berinisial 'M'. Siapa dia?" tanya Rina, matanya mengawasi setiap gerakan Arya.

Arya terdiam sejenak, "Sejak kapan kamu lancang memeriksa handphone-ku? Siapa 'M' itu bukan urusanmu!"

Rina ingin protes, tapi melihat wajah Arya yang tak bersahabat membuat Rina mengurungkan niatnya. Wanita itu pun tak ingin memperpanjang masalah dengan sang suami. Karena dia tidak ingin ribut dengan suaminya.

"Terus, kenapa kamu jadi sering keluar kota akhir-akhir ini? Apa ada masalah di kantor? Aku khawatir loh, sama kamu," suara Rina terdengar lembut mencoba mengurai ketegangan diantara mereka.

"Aku sedang ada proyek di luar kota! Memangnya, kenapa kalau aku tidak pulang? Daripada aku bosan di rumah, lebih baik aku ke proyek," jawab Arya, menatap Rina dengan tajam

Rina sakit hati dengan apa yang dikatakan oleh Arya. Meskipun mereka menikah bukan karena cinta, tidakkah Arya bisa sedikit menghargainya? Dan apa kata dia tadi, bosan di rumah? Apa memang dia tidak semenarik itu hingga Arya bosan padanya?

Namun, meskipun begitu, dia memilih diam. Dia tak ingin, acara sarapan bersama yang hampir tidak pernah terjadi ini berubah jadi keributan pagi ini. Rina mengambil napas dalam-dalam supaya bisa meredakan sedikit emosi di hatinya.

Sore harinya, setelah Rina membersihkan rumah, dia duduk di ruang tamu, merenungkan percakapannya dengan Arya tadi pagi. Ia membuka ponselnya, mencoba mencari tahu lebih jauh tentang siapa sebenarnya ‘M’. Mulai dari I*******m, f******k, dan juga media sosial lainnya yang terhubung dengan Arya, tidak ada satupun informasi tentang wanita yang berinisial 'M' itu.

Beberapa hari kemudian.

"Nanti malam, aku tidak pulang. Aku akan langsung ke kota B bersama dengan staf yang lain. Karena besok, pagi-pagi, kita ada meeting dengan pihak klien jam 7. Kalau aku harus berangkat dari sini, bisa-bisa sampai sana, meetingnya sudah selesai," ucap Arya dingin

"Berapa lama, Mas?" tanya Rina sambil memperhatikan ekspresi wajah suaminya.

"Berapa lama aku disana, itu bukan urusanmu!" jawab Arya.

Rina hanya bisa menghembuskan napas kasar. Dia tidak mungkin melarang suaminya pergi. Apalagi, itu untuk masalah kantor.

Sejak Arya pergi, Rina mencoba mensugesti pikirannya untuk tetap berpikir positif tentang suaminya. Saat malam tiba, Rina hampir tidak pernah tidur nyenyak karena selalu terbayang Arya bersama wanita lain.

***

Malam ini, Arya pulang. Rina sudah mempersiapkan diri untuk menyambut sang suami dengan lingeri merah yang dia sembunyikan di dalam jubah hitamnya.

Arya masih di kamar mandi, Rina sudah duduk di ranjang dengan pose yang dia buat semenantang mungkin. Beberapa menit kemudian, lamunan Rina buyar karena getaran suara handphone Arya yang tak kunjung berhenti.

Dengan tangan gemetar, Rina pun mengambilnya. Sebuah pesan singkat dari 'M', mampu memporak-porandakan hati Rina.

[Kapan kita bisa bertemu lagi? Aku sudah tidak sabar ....]

Dadanya terasa sesak, seolah ada sesuatu yang menghimpitnya dari dalam saat Rina membaca pesan singkat itu. Sekilas, memang terlihat biasa, entah mengapa, Rina menanggapinya berbeda. Seolah wanita berinisial 'M' itu sedang merindukan Arya suaminya.

Dengan cepat, ia menutup ponsel Arya dan meletakkannya kembali di tempat semula. Tangannya gemetar, hatinya berdegup kencang.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Rina pada dirinya sendiri.

Saat Arya keluar dari kamar mandi. Lelaki itu hanya memandang sekilas Rina kemudian merebahkan tubuhnya di samping sang istri.

Rina merasa aneh dengan tingkah sang suami. Biasanya, jika Arya melihatnya berpakaian seperti ini, lelaki itu akan langsung menyerangnya dan mengajaknya bercinta hingga pagi menjelang. Namun, kenapa ini tidak?"

Esok harinya, saat Arya sedang sarapan, Rina duduk di sampingnya. Ia sudah memutuskan untuk mengkonfrontasi Arya soal pesan itu.

“Mas. kita perlu bicara,” ucap Rina dengan suara dingin.

Arya tampak terkejut melihat ekspresi wajah Rina yang serius.

“Ada apa?” tanya Arya dingin.

Rina menarik napas dalam-dalam. “Siapa sebenarnya ‘M’? Dan kenapa dia kirim pesan seolah dia sedang merindukanmu”

Wajah Arya seketika berubah. "Lancang sekali kamu mengecek handphone-ku! Apa kamu sudah mulai tidak percaya lagi padaku?"

"Aku kan cuma nanya, Mas. Kamu nggak perlulah, emosi kayak gitu," protes Rina yang terima dimarahi oleh Arya.

Arya menghela napas panjang. Berusaha meredam emosinya. "Itu hanya teman," Arya berusaha tetap tenang. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan."

Rina menatap suaminya dengan mata yang penuh kecurigaan. "Kamu yakin?"

Arya diam sejenak, kemudian mendekati Rina. "Kalau kamu nggak percaya, kamu telepon saja dia tanyakan padanya secara langsung," tantang Arya.

Rina pun akhirnya gelagapan. "Tidak perlu, aku percaya padamu!"

Malam itu, Arya langsung merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Mereka memang tidur saru ranjang, tetapi, Rina merasa seolah Arya jauh darinya.

"Kamu berubah Arya! Biasanya, saat tidur, kamu selalu mendekap dan memeluk erat tubuhku. Namun sekarang, kamu bahkan lebih sering memunggungiku," teriak Rina dalam hati.

Rina menatap langit-langit kamar, pikirannya terus melayang kemana-mana. Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Arya, dan ia harus mencari tahu kebenarannya.

Saat Rina hampir terlelap, ponsel Arya bergetar di atas meja. Rina terbangun, meraih ponsel itu, dan melihat sebuah pesan baru muncul di layar. Kali ini, pesannya lebih mengejutkan:

"Jangan lupakan janjimu minggu depan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mati ajalah kau rina dan klu kau masih hidup persiapkan dirimu dg benar. daripada kau menye2 dan pikiranmu sibuk sendiri, lebih baik kau cari kegiatan yg berguna sebelum dicampakkan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu   128

    Arfan terbangun, tangannya mencari sang istri yang biasanya tidur di sampingnya. Semalam, dia sedikit mabuk hingga tak peduli apapun saat pulang. "Kemana Nadin? Apa dia sudah bangun?" Arfan pun keluar kamar dan mendapati rumahnya begitu hening. "Kemana semua orang? Apa Nadin sudah pergi?" "Bibi!" panggilnya. Namun, yang datang bukan Bibi melainkan sang asisten yang datang dengan wajah panik. "Ada apa?" “Pak Arfan, maaf mengganggu, tapi… ini penting,” suara lelaki terdengar tegang. “Katakan saja!” kata Arfan santai. Lelaki itu tidak memiliki firasat apapun. Padahal, hal buruk telah terjadi. “Saya baru saja mendapat kabar dari pihak kepolisian. Istri Anda, Bu Nadin… dia mengalami kecelakaan bersama Bu Karina tadi malam. Dan… mereka tidak selamat.” Dunia Arfan seakan berhenti berputar. “Apa?” Suaranya bergetar. “Kau pasti bercanda, kan?” “Maaf, Pak… ini kenyataan.” Sendok makan yang dia pegang tiba-tiba terjatuh. Tangan dan kakinya melemas, dan dadanya terasa sesak. Dia tidak

  • Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu   127

    "Mama," panggil Nadin saat melihat ibunya baru saja duduk di hadapannya. “Apa yang ingin kau bicarakan sampai memintaku bertemu di sini?” Karina bertanya sambil menyesap kopi yang telah dipesankan putrinya. Tatapannya tajam meneliti ekspresi Nadin. Nadin menarik napas panjang, menekan rasa frustasi yang sudah menumpuk sejak dirinya dan Arfan dipindahkan dari rumah utama keluarga Mahendra. “Aku butuh bantuan Mama,” katanya akhirnya. Karina menyeringai, meletakkan cangkirnya dengan perlahan. “Akhirnya, kau sadar juga kalau kamu butuh Mama.” Nadin mengepalkan tangannya di bawah meja. “Keisha menghancurkan semua rencana kita. Aku sudah hampir membuat Arfan menjadi CEO, tapi dia malah menunjuk suaminya sendiri untuk menggantikannya. Lalu, dia menyingkirkanku dan Arfan dari rumah utama. Ini jelas penghinaan.” Karina tertawa kecil, nada suaranya penuh ejekan. “Kau terlalu lambat, Nadin. Seharusnya kau sudah mengantisipasi langkahnya sejak awal. Keisha itu licik. Tapi kau masih punya kes

  • Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu   126

    "Ma, Pa, menurut kalian gimana kalau Arfan dan Nadin tinggal di rumah sendiri," kata Keisha dengan suara tenang, tetapi tegas.Arfan mengernyit, jelas terkejut. "Apa maksudmu, Kak?"Keisha menyilangkan tangan di dadanya. "Aku sudah menyiapkan rumah untuk kalian. Rumah yang lebih besar, lebih nyaman, disana, kalian bisa bebas karena hanya tinggal berdua."Nadin langsung menegang di samping suaminya. Matanya menyipit, mencoba membaca maksud di balik keputusan Keisha. "Kenapa tiba-tiba ingin kami pindah?" tanyanya dengan senyum manis yang dipaksakan.Keisha menatapnya dingin. "Kau hamil, Nadine. Aku ingin kau lebih fokus merawat kandunganmu tanpa terlalu banyak gangguan. Rumah ini terlalu besar untukmu. Dan lagi, kamar kamu kan ada di lantai 2. Bahaya buat ibu hamil tua naik turun tangga."Arfan menghela napas. "Keisha, kalau ini karena masalah jabatan di perusahaan, aku—""Ini tidak ada hubungannya dengan perusahaan," potong Keisha cepat. "Aku hanya ingin memastikan kamu dan istri kamu

  • Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu   125

    "Siapkan ruang meeting, beritahu semua petinggi perusahaan, kita akan mengadakan meeting dadakan satu jam kemudian," perintah Keisha pada aang sekretaris.Satu jam kemudian, semua sudah berkumpul di ruang meeting. Keisha baru saja masuk diikuti oleh Arfan, Rendy dan juga Nadin. Setelah memastikan semua duduk dengan tenang, Keisha pun mulai angkat bicara.“Maaf, jika saya mengadakan rapat secara mendadak. Hal ini berkaitan dengan peralihan sementara kursi kepemimpinan selama saya mengajukan cuti hamil."Arfan tersenyum tipis, sudah yakin bahwa Keisha akan mengumumkan namanya. Bahkan Nadin sudah bersiap untuk menampilkan ekspresi bangga, karena rencana mereka hampir berhasil.Namun, senyum mereka seketika memudar saat Keisha melanjutkan, “Mulai hari ini, suami saya, Rendy, yang akan menggantikan posisi saya sebagai CEO hingga saya kembali.”Ruangan langsung riuh dengan bisikan kaget. Arfan membeku di tempatnya, sementara Nadin mengepalkan tangannya di bawah meja.“Apa?” bisik Nadin deng

  • Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu   124

    Di ruang makan keluarga, suasana penuh kebahagiaan. Rina dan Arya duduk di kursi mereka, menanti kabar penting dari Keisha dan Rendy yang baru saja tiba. Arfan duduk di sebelahnya, sementara Nadin berada di samping suaminya, memasang wajah penasaran. Keisha mengambil napas dalam, lalu menatap semua orang dengan senyum bahagia. “Ma, Pa, aku hamil,” ucapnya pelan, tapi cukup jelas untuk semua mendengar. Rina langsung menutup mulutnya, matanya membesar karena terkejut. “Benarkah, sayang?” Ia segera berdiri dan memeluk putrinya erat. Arya ikut tersenyum lebar. “Ini kabar yang luar biasa, Keisha!” katanya dengan bangga. Arfan, yang duduk di samping Nadin, langsung mengalihkan pandangan ke saudara perempuannya. “Selamat, Keisha. Aku ikut bahagia untukmu dan Rendy.” Di sebelahnya, Nadin juga tersenyum. Sementara semua orang sibuk mengucapkan selamat, Nadin mencengkeram gelasnya erat. Ini dia saatnya. Aku hanya perlu sedikit memainkan peran agar semua berjalan seperti yang kuinginkan.

  • Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu   123

    "Sayang, Mama dan Papa senang kalian mau tinggal disini," kata Rina sambil memeluk putrinya."Aku juga senang, Kak. Dan jika Kakak langsung hamil, aku nggak bisa bayangin, gimana repotnya aku dan Kak Rendy memenuhi ngidamnya dua ibu hamil," Arfan bicara sambil mengedipkan sebelah matanya pada sang kakak.Namun, ada satu orang yang tidak peduli dengan keberadaan Keisha disini, yaitu NadineWanita itu menatap sinis kedatangan kakak iparnya beserta suaminya. Tawa mereka semakin membuat hati Nadin sakit hati. Nadin mengepalkan tangannya. Keisha sekarang berada di rumah ini, lebih dekat dengan Arfan dan keluarganya. Itu berarti rencananya bisa saja berantakan. Jika Keisha menemukan sesuatu tentangnya, maka semuanya bisa hancur.Dia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.---Malam itu, seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang makan. Keisha duduk di sebelah Rendy, sementara Arfan duduk berhadapan dengan mereka. Nadin duduk di samping Arfan, tapi perasaannya tidak tenang sama sekali.Ary

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status