Gabriel kembali melanjutkan langkahnya hingga ia tiba tepat di belakang pak Ruslan, hal itu membuat pak Ruslan kaget saat melihat Gabriel dari pantulan cermin."Sayang!" ucap pak Ruslan seraya berbalik badan."Sejak kapan kamu ada di dalam kamar papa?" tanya pak Ruslan sambil menghampiri Gabriel.Gabriel tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat, tubuh pak Ruslan di penuhi dengan luka memar."papa, jujur apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa papa terluka seperti ini?" tanya Gabriel sambil menatap pak Ruslan."Gabriel, jangan marah sayang, papa bisa jelasin ini semua hanya kecelakaan," jawab pak Ruslan sambil memegang kedua bahu Gabriel."Kecelakaan gimana? Ini sangat jelas memar ini di sebabkan oleh pukulan kan pa, kenapa papa gak jujur aja? Ini udah ke 3 kalinya papa pulang dengan keadaan terluka, apa yang sebenarnya terjadi pa?" tanya Gabriel beruntun sambil menatap pak Ruslan dengan berlinangan air mata."enggak sayang, ini se
Gabriel terduduk diam sambil gemetar melihat ada berbagai jenis senapan angin yaitu pistol, ada yang kecil ada yang besar terdapat juga beberapa pisau yang sangat mengkilap pasti pisau tersebut sangatlah tajam. "Kenapa papa mengoleksi barang seperti ini? Apa sebenarnya pekerjaan papa? Setiap kali ia pulang kerja ia selalu saja terluka, pekerjaan apa yang menggunakan barang seperti ini? Apa papa seorang perampok? " gumam Gabriel dalam hati sambil menggelengkan kepala. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ia terduduk lemas tak berkutik, kemudian mengatur napas untuk menenangkan diri. Setelah dirinya sedikit lebih tenang, ia berdiri meraih kotak hitam yang tadi di bawa oleh pak Ruslan."Apa isi kotak ini? Apa dalamnya sama dengan isi lemari? " tanya Gabriel sambil berusaha mengambil kotak tersebut secara perlahan. Akhirnya ia berhasil mengambil kotak tersebut namun Gabriel nyeletuk "Ah sial! Kenapa harus pakai kode untuk membukanya "Kemudian terdengar suara "Gabriel,
"Jhonatan, apa kamu pikir papa ini bodoh hah? " tanya pak Ruslan seraya meletakkan tas yang ia bawa. "Iya! Kau sangat bodoh papa tirirku!" teriak Jhonatan. Pak Ruslan hanya tersenyum, kemudian ia mengeluarkan jurus jitu tersembunyi, ia menarik lengan Gabriel hingga terlepas dari dekapa Jhonatan lalu berselang 1 detik ia menendang tangan Jhonatan yang sedang memegang pistol. "Papa! " ucap Gabriel kaget saat pak Ruslan menarik nya. "Tenang, papa di sini, " ujar pak Ruslan sambil membawa Gabriel mundur agak jauh dari Jhonatan. "Argh! Sial! " celetuk Jhonatan seraya mengambil kembali pistol yang terlempar, namun saat Jhonatan bangun dari jongkoknya. Blug! Kaki pak Ruslan tepat berada di atas punggung Jhonatan sambil menodongkan sebuah senapan angin ke arah kepala Jhonatan. "Apa kamu masih bisa menyebut papa ini bodoh? " tanya pak Ruslan."Iya! Kau bodoh kau sanga bodoh! " jawab Jhonatan yang langsung berbalik badan menghadap pak Ruslan ia mengarahkan senapan angin yang ia am
"Fut! Fufut!" Teriak pak Ruslan.Fufut pun segera berlari menghampiri pak Ruslan yang berada di dalam ruangannya."Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Fufut."Tolong kumpulkan nomor handphone karyawan yang sudah di pecat oleh Jhonatan,' suruh pak Ruslan."Baik pak, saya akan segera mengumpulkan data," jawab Fufut kemudian berbalik badan untuk keluar ruangan, namun langkahnya terhenti ketika mendengar pak Ruslan memanggil."Eh Fufut!" "Iya pak, ada lagi?" Tanya Fufut seraya berbalik badan menghadap ke pak Ruslan."Nanti sore kasih tahu semua karyawan yang masih kerja, kita akan adakan meeting mengenai perusahaan yang anjlok ini jangan lupa kamu siapkan projek yang belum selesai ini," suruh pak Ruslan seraya memberikan sebuah berkas."Baik pak, akan segera saya tangani," jawab Fufut.Fufut pun keluar dari ruangan ia kembali masuk ke dalam ruangannya, ia mengumpulkan data terlebih dahulu mengenai nomor handphone para karyawan yang telah di pecat, kemudian ia beralih memberikan pen
"Ya udah si, lagian kakak sama papa kan udah pernah nganu, gak usah malu-malu, " ujar Tio. "Nganu apa sih kamu! " balas Gabriel yang langsung pergi masuk ke kamar pak Ruslan. "Tuh kan, kakak mau ke kamar papa! " teriak Tio. Pak Ruslan yang sedang duduk melihat Gabriel nampak buru-buru saat masuk ke kamar kemudian ia pun bertanya. "Kenapa buru-buru sayang? Ada apa? " "Itu pa, Tio kayaknya udah tahu kalau kita udah ngelakuin itu, " gerutu Gabriel sambil berjalan ke arah pak Ruslan. "Itu apa sih? " tanya pak Ruslan tidak paham. "Yang itu loh pa, Tio tahu kalau kita udah berhubungan intim, " jawab Gabriel agak gereget. "Ya udah gak papa lagian Tio juga dewasa," jawab pak Ruslan. "Bukan itu pa masalahnya, " sambung Gabriel. "Terus kalau bukan itu masalahnya, apa dong masalahnya? " tanya pak Ruslan dengan sedikit terkekeh. "Masalahnya, aku malu pa, kok Tio bisa tahu kalau kita udah gituan," jawab Gabriel. "Heheh kamu lupa ya? Waktu kepergok sama Tio pas kamu keluar bar
Gabriel bergegas pergi ke panti ia membawa makanan serta buah-buahan untuk anak-anak. Mereka menyambut hangat kedatangan Gabriel."Hore kak Gabriel ke sini lagi!!" Seru anak-anak."Ini kakak bawa makanan sama buah untuk kalian," ujar Gabriel seraya membagikannya.Tak lama datang lah ibu panti dari belakang."Eh, nak kapan ke sini?" Tanya ibu panti."Barusan baru, baru juga nyampe," jawab Gabriel."Sini, nak sini," ajak ibu panti menuju ruang belakang menjauhi area anak-anak."Ada apa bu? Kok sampai ngumpet kayak gini?" Tanya Gabriel heran "Jadi gini, tadi malam ada 5 orang laki-laki datang ke sini, kata mereka, mereka sedang mencari kamu," ujar ibu panti."Hah? Siapa mereka bu? Mau apa mereka mencari aku?" Tanya Gabriel kaget."Ibu juga gak tahu nak, ibu cuma bilang kalau Gabriel udah gak di panti, tapi Gabriel sering kok datang ke panti, gitu kata ibu," jelas ibu panti."Terus? Mereka bilang apa?" Tanya Gabriel penasaran."Mereka bilang, ingin ketemu sama kamu," jawab ibu panti."Ad
Tok! Tok! Tok! Gabriel dan Tio mengetuk pintu kamar pak Ruslan, Tio berusaha membuka pintunya sayangnya pintu tersebut di kunci."Aduh non, den, bibi saranin jangan ganggu tuan, non sama aden kan tahu tuan berangkat nya pagi banget dan semalem baru pulang, tuan pasti kecapean, udah jangan di ganggu tuan baik-baik aja kok," ujar bi Ita yang langsung menghentikan Tio dan Gabriel mengetuk pintu."Bi, aku gak bisa tenang kalau aku gak melihat papa baik-baik aja dengan mata kepalaku sendiri, aku khawatir bi," balas Gabriel."Iya non bibi tahu pasti non sangat khawatir, tapi apa non gak kasihan sama tuan, tuan kerja habis-habisan seharian tanpa henti, tuan cuma perlu istirahat," sahut bi Ita."Tapi bi.... (terpotong)" "Udah non, jangan tapi-tapi, kasihan tuan pasti sangat kelelahan, udah biarin aja istirahat untuk memulihkan tenaga dan energi nya nanti juga kalau udah kerasa lebih baik pasti tuan keluar sendiri kok ," bujuk bi Ita."Heumm, ya udah deh aku mau mandi dulu," jawab Gabriel den
Ketika hari sudah sore Tio baru saja pulang dari kampus, ia bertanya pada bi Ita."Bi kak Gabriel mana? Apa papa sudah selesai beristirahat?""Ssstt, sekarang tuan udah selesai istirahat lagi berendam air panas sama non Gabriel," jawab bi Ita."Oh, sukur deh," jawabnya singkat.Tio pun pergi ke kamarnya sementara itu Gabriel dan pak Ruslan yang berada di pemandian air panas."Papa, kapan aku akan bercerai dengan Jhonatan?" Tanya Gabriel yang duduk di antara kedua paha pak Ruslan di dalam bak mandi."Sepertinya, kalian tidak perlu ke pengadilan karena setelah papa ingat-ingat pernikahan kalian bukanlah pernikahan resmi, hanya pernikahan sirih, dengan cara Jhonatan mengusir mu sebelumnya itu sudah jatuh talak," jawab pak Ruslan sambil membelai bahu Gabriel."Oh ya? Jadi aku ini bukan istri Jhonatan lagi?" Tanya Gabriel."Bukan, kamu sudah bukan istri nya lagi," jawab pak Ruslan."Papa, apa tadi aku sudah cukup lincah?" Tanya Gabriel sambil melirik wajah pak Ruslan seraya membelai dada p