Zayn merasa heran kenapa Andre begitu mudah mendekati Mila bahkan wanita itu tidak sungkan tertawa dan saling melempar senyum dengan Andre.“Padahal aku lebih segalanya dari si Andre, tampang jelas aku di atas apalagi harta. Tapi kenapa wanita itu malah mudah sekali didekati Andre. Murahan, masa didekati lelaki berduit mau.” Zayn sibuk berceloteh dalam hati melihat kedekatan Mila dan Andre yang sebenarnya itu hal yang biasa.Isi kepala Zayn dan orang pada umumnya memang berbeda, jadi jangan heran jika melihat lelaki ini yang kadang terlihat aneh.Zayn langsung membalikkan tubuhnya saat mendengar kedua anak itu berpamitan pada sang ibu. Bisa hilang wibawanya jika ketahuan sedang menguping. Seolah Zayn Hartanto menguping jelas itu sangat memalukan.Hanya di sini Zayn melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.“Bos, tepati janjimu. Sebentar lagi hasil tes itu ada di tanganku.” Andre memainkan alisnya.“Kenapa tidak sekalian kau dekati ibunya.” Zayn mendelik.“Sebenarnya ak
“Bos sedang melakukan suatu kebaikan dan ini hal baru kali ini dilakukan jadi jangan ganggu, Nyonya!”“Minggir, Andre!”Andre menggeleng, “Anda mau Bos Zayn marah pada Anda? Silahkan. Dia sudah mengatakan pada saya untuk tidak ikut membantunya.”“Memang apa yang dia lakukan di sana dan kenapa juga dia harus membantu orang lain?” Livia bertanya dengan kening berkerut karena tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Bahkan tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Andre.“Hm, lebih baik Anda menunggu di dalam dan bertanya pada Bos langsung. Kalau penasaran silahkan ke sana tapi saya tidak akan bisa membantu kalau sampai Bos Zayn murka.”Livia menghembuskan napas kasar, ia tidak berani apalagi jika Andre sudah memberikan peringatan seperti ini. Akhirnya ia ikut masuk ke dalam rumah itu bersama dengan Andre. Tidak hanya Livia yang akan mendapatkan masalah, Andre pun sama karena saat ini Zayn sedang melakukan pendekatan pada Mila dan juga anak-anaknya.“Pendekatan dengan cara begin
“Sampai kau mengikutiku. Aku pulangkan kau ke rumah orang tuamu!” Zayn sempat memberikan ancaman.Tanpa memperdulikan dirinya yang tidak mengenakan baju, Zayn berlari menuju rumah Mila. Pintu rumah yang masih terbuka memudahkannya untuk masuk begitu saja.“Ada apa?” tanya Zayn dengan khawatir.“Ibu jatuh terpeleset, Om. Aku mau panggil Tante Nita,” ujar Davin.“Tidak usah, ada Om di sini. Panggilkan Om Andre di sebelah, suruh siapkan mobil.” Zayn tidak ingat Andre tidak di rumah.“Untung tetangga kita baik,” celetuk Devan sebelum menyusul Davin yang lebih dulu ke luar rumah.Mila masih terduduk di lantai sambil mencoba untuk berdiri tapi kakinya yang terkilir membuat ia semakin kesulitan apalagi rasa sakit yang dirasakan.“Dasar ceroboh, apa kau tidak bisa hati-hati!” Zayn malah memarahi Mila.“Ka-” Mila yang baru saja mendongak sontak memalingkan wajahnya, “kenapa tidak memakai baju?”“Kau teriak begitu, wajar aku langsung berlari ke sini.”Kening Mila berkerut, “Aku tidak apa-apa,
“Cari sekolah yang paling bagus untuk mereka, anak-anakku harus dapat tempat yang layak. Aku ke harus membawa mereka ke kota agar bisa hidup nyaman di sana mer-”“Bos, simpan dulu keinginanmu itu,” potong Andre.Zayn memang tampak bahagia sekali apalagi senyum lelaki itu begitu lebar, tidak sabar untuk bisa hidup bersama dengan anak-anak yang tidak ia ketahui keberadaan sebelumnya. Seperti mendapat durian runtuh.“Ck!” Zayn mencebik, “kau merusak kebahagiaanku saja!”“Bukan begitu, Bos. Ada Mbak Mila, selama ini anak-anak itu tinggal dengan ibunya, mereka tidak akan mungkin mau ikut begitu saja walaupun diiming-imingi apapun.”Si manusia batu itu tampak berpikir, “Kau benar, Dre. Jadi apa yang harus kulakukan sekarang?”“Bukannya kau sendiri yang bilang akan mendekati ibunya?” Andre menggeleng, “kenapa dia tiba-tiba bolot begini,” batinnya.Padahal Zayn sendiri yang mengatakan.Wajar, saat ini Zayn sangat bahagia sampai tidak bisa berpikir dengan jernih saking bahagianya tahu dirinya
Livia terdiam, memindai penampilan Mila dari atas sampai bawah.“Apa istimewanya wanita ini. Dia janda, punya anak dua tapi Mas Zayn malah mendekatinya,” batin Livia, ia sama seperti istri lainnya yang akan merasakan firasat tidak enak jika suaminya ada main.Makanya sebisa mungkin Livia bertahan untuk tidak pergi meski sangat tidak betah karena fasilitas yang sangat minim, bahkan kamar tidurnya tidak nyaman. Tidak ada pelayan yang 24 jam bisa diperintah olehnya saat tidak ada Zayn tentunya karena jika lelaki itu ada Livia akan bersikap seolah-olah dirinya wanita mandiri dan tidak manja.“Mbak!” panggil Mila.Livia tersentak, “Eh iya. Saya cuman mau tanya di sini tidak ada klinik kecantikan ya?” Ia bertanya asal. Livia tidak berani melabrak karena ia tidak memiliki kekuatan.Jika berani melanggar perintah Zayn maka Livia harus bersiap di tendang dari istana megah sang suami. Tidak ada lagi yang namanya harta yang bisa dihamburkan setiap harinya. Zayn memberikan black card pada setiap
Detik berikutnya tawa Mila pecah, ia memegangi perutnya. Bahkan air matanya sampai keluar karena puas tertawa. Sedangkan tiga lelaki berbeda generasi itu menatap heran pada wanita yang masih mengenakan mukenanya itu.“Kau mungkin bisa jadi pelawak,” celetuk Mila.“Kau kira aku tidak serius? Aku serius. Menikahlah denganku.” Perkataan itu keluar begitu saja dari mulut Zayn, ia bahkan kaget sendiri kenapa bisa berucap begitu.“Bercandanya sudah kelewat batas.” Mila geleng-geleng kepala, “kalian, cepat habiskan minumnya setelah itu mandi. Sebentar lagi adzan.” Ia memperingati kedua anaknya itu sebelum masuk ke dalam rumah.Zayn melongo, “Aku ... ditolak?” batinnya.Untuk pertama kalinya seorang Zayn Niskala Hartanto ditolak wanita. Wajah Zayn merah padam, malu bercampur dengan marah karena egonya terluka. Zayn tidak pernah suka penolakan dari siapapunIa bersumpah akan membuat Mila jatuh ke dalam pelukannya, bagaimanapun caranya.“Om, minum dulu.” Davin menegur Zayn.“Eh, iya.” Zayn mera
"Rendra ...."Lelaki bernama Rendra itu tergelak, "Ingatanmu masih bagus, Cantik. Kukira kau akan melupakanku begitu saja setelah menikah dengan tua bangka itu.""Jaga mulutmu itu, Rendra!" geram Livia yang tidak terima suaminya disebut tua bangka.Meski pada kenyataannya memang Zayn sudah tidak muda lagi, hampir setengah abad usia lelaki dingin itu. Tapi dari wajahnya Zayn tidak tampak setua itu, orang pasti tidak akan menyangka karena kebanyakan lelaki seusianya pasti memiliki tubuh gempal dengan perut buncit dan sudah beruban sedangkan Zayn jauh dari ciri-ciri itu."Jangan galak-galak begitu!" Rendra menepis telunjuk Livia yang berada di depan wajahnya, "ikuti mauku kalau kau tidak ingin suamimu itu tahu kalau kau berencana untuk menampung benih lelaki lain," lanjutnya dengan senyum licik.Tangan Livia mengepal kuat. Ia tidak ingin gegabah, ia bisa melihat jika Rendra kali ini tidak sama dengan Rendra yang dulu ditinggalkannya demi menikah dengan Zayn.Rendra dulu menerima dengan l
“Ada apa denganku, perasaan apa ini?” batin Zayn.Sepanjang jalan ke masjid ia bahkan sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk sedangkan Andre yang memperhatikannya juga heran karena tidak biasanya Zayn mengabaikan si kembar, pasti akan membuka pembicaraan meski hanya pembicaraan yang tidak penting.Tidak mungkin menanyakan di depan anak-anak, Andre akan menanyakannya nanti.“Bos, aku tunggu di warung itu saja ya.” Andre berhenti di pagar masjid.“Loh, Om Andre kenapa tidak ikut?” tanya si cerewet Davin.“Om dan kalian itu beda agama, Om ibadah bukan di masjid. Om titip dia ya, jaga baik-baik jangan sampai dia nakal,” ujar Andre sebelum kabur karena melihat delikan tajam Zayn.“Sialan. Dia membuatku seperti bocah di depan anak-anakku,” geram Zayn, untung saja Davin dan Devan tidak mendengar.“Ayo masuk, Om.”Suara Davin menyadarkan membuat Zayn ikut melangkah masuk. Ia bahkan lupa kapan masuk ke dalam tempat suci ini.Kehadiran Davin dan Devan sudah pasti akan membawa dampak baik untuk