Share

Ternyata Dia Pemilik Pabrik

Rasanya aku ingin tutup saja warung ini tapi tidak mungkin sampai melakukan itu hanya karena dua lelaki di hadapanku yang kehadirannya sukses membuat emosi.

Apa salahku sampai harus terlibat bersama dengan mereka.

Setelah membalutkan plester luka di jari, aku lanjut memasak mie pesanan Mas Tito agar dia segera pergi.

“Ada perlu apa kesini?” Aku beralih pada lelaki yang tidak kutahu namanya itu.

“Aku mau bertemu Devan.”

“Devan sekolah jadi pergi saja. At-”

“Aku akan tunggu sampai dia pulang.”

Tanpa diminta dia langsung duduk begitu saja. Ini orang kenapa sebenarnya? Kalau saja tidak ada Mas Tito pasti aku sudah mengusirnya.

"Di sini bukan tempat tunggu," ujarku ketus.

"Kalau begitu aku akan menunggu di rumahmu."

"Eh, enak saja. Duduk disitu!"

"Kau jangan kurang ajar ya!" Mas Tito melayangkan tatapan tajam pada lelaki itu.

"Kurang ajar sebelah mananya? Dia calon istriku, salah kalau aku ada di sini atau bertamu ke rumahnya?" balasnya dengan enteng.

Brak!

Dengan kesal aku menggebrak meja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status