Share

Akan Melalui ini Untukmu

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2024-04-21 13:00:50

Pagi itu, Sagara dan Hanna keluar bersama dengan Sagara membawa dua koper milik istrinya. Matanya sekilas menatap wajah Krisna yang duduk di sofa ruang tengah dengan secangkir teh di tangan kanannya.

“Mau langsung pindah saja?” tanya Sinta sambil menghampiri mereka.

Sagara mengangguk sopan. “Iya, Ma. Kami akan langsung pindah,” jawabnya.

Sinta melihat mereka berdua dengan pandangan penuh kasih. “Baiklah, tapi sarapan dulu, ya. Mama sudah menyiapkan sarapan untuk kalian. Jangan menolak! Nanti Mama ngambek.”

Hanna menggeleng sambil tersenyum pada tingkah lucu ibunya. “Tentu saja, Ma. Aku tidak akan pernah menolak masakan terenak di dunia ini.”

Sinta mengusap lengan Hanna lembut. “Nanti Mama akan mengunjungi rumah baru kalian dan membawa makanan kesukaanmu,” katanya sambil duduk di meja makan.

“Makanan kesukaanmu apa? Biar aku masak, kalau Mama tidak sempat ke rumah,” tawar Sagara sambil menatap Hanna.

“Kamu bisa masak?” tanya Hanna kagum.

Sagara mengangguk mantap. “Ya, kalau tidak percaya, nanti aku buatkan dan semoga kamu suka.”

Sinta tersenyum melihat interaksi mereka. “Meskipun baru enam bulan menjalin hubungan, tapi Sagara pantas mendapat acungan jempol atas tanggung jawabnya. Berani bertindak, berani bertanggung jawab.”

Sagara tersenyum tipis pada Sinta, tak tahu harus berkata apa pada mertuanya itu.

Setelah sarapan selesai, mereka berdua pamit kepada Sinta dan Krisna. Mencium tangan kedua mertua mereka sebelum kembali ke rumah untuk mengambil barang-barang yang akan mereka bawa ke rumah baru.

“Sagara!” panggil Krisna dengan suara datar.

Sagara menoleh dan menatap mertuanya. “Ya, Pa?”

Krisna menghela napas. “Setelah mengantar Hanna ke rumah baru kalian, datanglah ke kantorku dan temui saya di lantai tiga puluh.”

Sagara mengangguk patuh. “Baik, Pa. Saya akan segera datang.”

Setelah itu, mereka berdua meninggalkan rumah mewah itu, menuju rumah baru mereka dengan perasaan campur aduk.

Sagara merasakan keputusannya berada di persimpangan yang sulit. Di satu sisi, uang senilai dua puluh miliar tersebut bisa menjadi modal yang besar untuk masa depannya dan Hanna. Namun, di sisi lain, menjadi seorang office boy di perusahaan mertuanya akan memberinya kepastian finansial, meskipun dengan harga merasa tidak dihargai.

Dengan hati yang berat, Sagara menatap Krisna dengan penuh pertimbangan. “Maafkan saya, Pak. Saya tidak bisa menerima tawaran ini.”

Krisna menatapnya dengan tajam, mungkin tidak menyangka Sagara akan menolak tawarannya. “Apa maksudmu?”

Sagara menelan ludah, tetapi tekadnya tetap kuat. “Saya tidak bisa menerima uang ini dengan syarat harus menceraikan Hanna. Saya berjanji untuk bertanggung jawab atas keputusan saya untuk menikahi Hanna. Meskipun kondisi kami sulit, saya tidak akan meninggalkan Hanna.”

Krisna mengangkat alisnya dengan ekspresi campuran antara keterkejutan dan kekaguman. “Anda bersikap lebih jantan dari perkiraan saya, Sagara. Baiklah, saya hargai keputusan Anda.”

Sagara mengangguk dengan tegas. “Terima kasih, Pak. Saya akan mencari cara lain untuk mendapatkan uang, tapi tidak dengan meninggalkan Hanna.”

Krisna menghela napasnya. “Anda benar-benar mencintai anak saya, ya?”

Sagara menatapnya mantap. “Ya, Pak. Saya mencintai Hanna, dan saya akan bertanggung jawab atas keputusan saya.”

Meskipun perbincangan itu sulit, Sagara merasa lega dengan keputusannya. Ia merasa telah membuat pilihan yang tepat demi masa depannya bersama Hanna.

Sementara Sagara meninggalkan ruangan dengan keputusan yang teguh, Krisna duduk di tempatnya dengan pikiran yang kacau. Ia merasa tertantang untuk mengungkap misteri di balik Sagara, yang sepertinya jauh lebih kompleks daripada yang terlihat.

"Dia tidak mau menerima uang," gumam Krisna dalam hati, merenungkan keputusan Sagara. "Mungkin ada yang lebih besar dari sekadar uang baginya. Tapi apa?"

Krisna merenung sejenak, mencoba mengurai kebingungannya. "Siapa sebenarnya anak itu? Apakah memang benar, dia terlahir dari keluarga berada?" pikirnya, semakin yakin bahwa Sagara menyembunyikan sesuatu.

Dia kemudian mengingat perkataan Hanna tentang Sagara, tentang bagaimana mereka bertemu di jembatan dan tentang kondisi hidupnya yang sulit. "Kenapa misterius sekali suami anakku itu. Dari mana, Hanna mendapatkan pria seperti itu?"

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benak Krisna, mengganggunya dengan kekhawatiran yang semakin membesar. "Dari segi ucapannya pun sangat lugas," pikirnya, mencoba mengingat kembali percakapan dengan Sagara. "Sedikit pun tidak ada rasa takut saat melihatku. Begitu berani."

Krisna merasa semakin penasaran, tetapi juga semakin khawatir. "Aku harus mencari tahu tentang anak itu," pikirnya, memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang latar belakang Sagara. "Jangan sampai anakku kenapa-kenapa jika anak itu ternyata seorang criminal."

Dengan hati yang gelisah, Krisna merencanakan langkah-langkahnya selanjutnya untuk mengungkap misteri di balik Sagara, sambil berharap bahwa keputusannya tidak akan membahayakan anaknya.

Sagara melangkah maju, menghadapi tantangan yang baru dalam hidupnya dengan kepala tegak. Meskipun hatinya sedang teriris oleh kesedihan dan kekecewaan, ia bertekad untuk menghadapinya dengan tabah. Meski pakaian office boy itu terasa merendahkan, Sagara tahu bahwa ia harus menerima keadaan tersebut.

"Dad," gumamnya dalam hati, memanggil Krisna dengan panggilan yang sudah terpatri dalam hatinya. "Bukan ini yang aku inginkan. Tapi, aku harus menerimanya. Aku tidak salah, 'kan, Dad? Aku hanya sedang diuji, 'kan, Dad? Aku pasti akan kembali pada hidupku seperti dulu. Apa yang aku inginkan akan aku capai. Aku hanya butuh sabar saja, 'kan, Dad?"

Sagara terus menguatkan hatinya, mencari kekuatan dalam keyakinannya bahwa keputusannya untuk tetap bersama Hanna adalah yang terbaik. Meskipun air matanya mengalir, ia mengusapnya dengan tangguh, menunjukkan bahwa ia siap menghadapi segala rintangan.

"Hanna, aku akan melalui ini untukmu," ucapnya dalam hati, berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah.

Ketika dia dipanggil oleh rekan kerja barunya, Sagara menatapnya dengan sikap yang ramah dan menghampirinya.

Meskipun ia baru saja mengalami pukulan berat, Sagara tetap berusaha untuk menjalani hari dengan semangat dan kepercayaan diri.

Ia menerima nametagnya dengan penuh hormat, menyimak setiap kata yang diucapkan oleh rekan kerjanya.

Meskipun statusnya masih sebagai karyawan baru dan masih harus melewati masa training, Sagara berkomitmen untuk bekerja dengan baik dan memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya.

Dengan senyum tulus, Sagara membalas sapaan dan melangkah maju, siap menghadapi hari baru yang menantang di tempat barunya itu.

Meskipun ia masih berjuang dengan keputusannya dan dengan kondisi hidupnya yang baru, Sagara tahu bahwa dia tidak sendiri. Dengan Hanna di sisinya, ia yakin bahwa mereka akan bisa menghadapi segala rintangan bersama-sama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Welcome Baby Twins

    "Kita lakukan tes terlebih dahulu. Susternya sudah saya minta untuk membawakan alat tes kehamilan juga," kata Dokter Azmi menjelaskan.Sagara tampak terkejut. Ia bahkan tak menyangka jika Hanna bisa secepat itu memberinya keturunan, kalau memang alat itu menunjukkan dua garis biru.Tak lama kemudian, Dokter Aris datang dan memberikan tespack kepada Hanna. "Silakan dicek terlebih dahulu, Bu Hanna. Kita periksa setelah hasilnya sudah keluar."Hanna mengangguk kemudian mengambil alat tes kehamilan itu. Lalu, masuk ke dalam toilet untuk segera melakukan tes kehamilan. Semakin cepat, semakin baik. Begitu menurutnya.Lima menit kemudian. Hanna keluar dari toilet. Sagara tengah duduk di samping sang anak yang sedang memakan buah apel yang sudah Sagara potong-potong."Positif, Dok." Hanna memberikan alat itu untuk diperlihatkan kepada Dokter Aris.Dokter Aris manggut-manggut. "Kalau begitu, kita lakukan USG terlebih dahulu. Agar tahu, sudah berapa usianya."Sagara juga ikut ke ruang USG. Pun

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Hanna Hamil?

    Sagara menelan salivanya dengan pelan. Kenangan terburuk yang pernah dia alami begitu menyakitkan hatinya. Di mana nasib buruk itu mengguncang dirinya, datang secara bersamaan.Namun, hasil yang kini dia dapatkan jauh lebih baik dari apa yang pernah dia miliki. Bahkan, orang-orang yang sudah merendahkannya kini bertekuk lutut padanya.Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Di mana acara pernikahan itu sudah selesai dilaksanakan. Para tamu yang datang sudah pulang ke rumah masing-masing.Pun dengan Sagara dan juga Hanna. Mereka memilih untuk pulang setelah acaranya selesai.Di dalam kamar hotel. Keduanya terlihat canggung karena tidak tahu harus dimulai dari mana.Andra pun mengirim pesan kepada Sagara untuk menanyakan perihal malam pertama yang harus dia lakukan.Andra: [Udah molor, belum? Apa jangan-jangan mau ngalahin gue!]Pesan terkirim.Sementara Indah masih berada di dalam kamar mandi. Seolah tak tahu, apa yang harus dia lakukan.Ting!Sagara: [Baru pemanasan. Tapi, karena el

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Posisi yang Sangat Lemah

    “Milla kenapa jadi begitu? Bener-bener sampul nggak bisa menjamin bisa dipercaya,” kata Hanna setelah kembali dari kamar mandi.Sagara mengendikan bahunya. “Lagi suka sama seseorang, kali. Makanya cari perhatian.”Hanna lantas menolehkan kepalanya kepada Sagara. “Kalau sukanya sama kamu, gimana?”Sagara tersenyum miring. “Yaa nggak gimana gimana, Sayang. Mau diganti lagi? Aku sih, terserah kamu aja. Karena aku nggak akan terkena rayuan apa pun kalau dia berani merayuku.”Perempuan itu hanya melirik Sagara yang berbicara dengan santainya. Sebab memang begitu kenyataannya. Tidak tergoda sedikit pun pada orang-orang yang berani menggodanya."Gak akan kelar, kalau diganti lagi dan lagi. Biar aja. Kecuali kamunya oleng."Sagara menatap Hanna kemudian menghela napas kasar. "Nggak akan. Janji, gak akan oleng. Aku gak mau kehilangan kamu. Daripada ladenin orang macam dia, lebih baik aku pindah jabatan aja, kerja di Lestari aja."Hanna terkekeh pelan. "Yaa bagus. Jangan sampai membuang berlian

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Jangan Dulu Pulang

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi.Di ruang makan. Sagara, Hanna, Mayang dan juga Suster Indah tengah sarapan bersama.“Jadi gimana, Sus? Tetap mau resign?” tanya Sagara setelah menyelesaikan acara makannya.Suster Indah menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Bisa kita bicara, Mas Sagara?”Sagara mengangguk. “Temui saya di ruang kerja!” ucapnya kemudian beranjak dari duduknya. Setelahnya, diikuti oleh Suster Indah setelah pamit kepada Hanna dan juga Mayang.“Jadi gimana, Sus?” tanya Sagara setelah tiba di ruang kerjanya.Suster Indah memberikan catatan yang setiap hari ia tulis mengenai kondisi kesehatan Mayang.“Bu Mayang masih butuh pendamping, Mas Sagara. Dan sepertinya, harus selalu ditemani sampai selamanya. Kondisi kejiwaannya tidak sepenuhnya kembali. Dan memang, banyaknya pasien yang sembuh itu tidak sembuh permanen,” tutur Suster Indah menjelaskan.Sagara melihat catatan tersebut. Kemudian menghela napasnya dengan pelan. “Harusnya cari yang udah tua, janda atau perawan tu

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Kondisinya Belum Begitu Normal

    Sampai akhirnya mereka tiba di Indonesia. Setelah berjam-jam lamanya, tanpa ada transit terlebih dahulu. Akhirnya tiba di tanah kelahiran.Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Waktu yang tepat untuk mereka makan terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah. Makan di resto mereka, yang saat itu tidak terlalu ramai. Mereka memilih untuk makan di lantai tiga, ruang privasi sang pemilik resto.“Sayang. Rivano-nya tidurin di tempat tidurnya aja. Bawa ke sini,” teriak Sagara kepada Hanna yang tengah menyusui sang anak.“Iyaaa!” sahut Hanna kemudian.Sagara pun kembali menyesap kopi miliknya yang ia pesan lima menit yang lalu. Sembari menunggu makanan yang mereka pesan tiba.“Gue mau bahas project di Singapura. Kemaren, mereka pengen revisi motif yang ada di ujung deket kaca gitu. Katanya, terlalu rame dan warnanya juga kurang cocok dengan warna tembok kantor mereka.”Sagara manggut-manggut dengan pelan. “Sebenarnya gue lagi males bahas kerjaan. Karena gue masih cuti. Tapi, karena besok udah

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Ingin Mengajak Hanna Liburan

    Wisnu sudah tak tahan lagi dengan ucapan tak masuk akal Linda. Meminta agar Hanna dimasukkan ke dalam pemilik Lestari. Daripada meladeni ucapan aneh istrinya itu, ia pun memilih untuk pergi dari rumah itu.Linda mendengus kasar. Ia kemudian menghubungi Hanna untuk memarahi anaknya itu karena sudah berani berhenti bekerja.“Ma. Kan, udah Mas Adi yang menghidupi aku. Setiap bulan juga, aku selalu kirim uang ke Mam,” keluh Hanna dalam panggilan tersebut.Kebetulan sekali, perempuan itu sedang berada di rumah Hanna karena diminta untuk datang ke sana. Membantunya membuka semua kado dari para tamu undangan.“Kenapa dia?” tanya Andra yang juga ikut membantu membuka kado.Hanna mengendikan bahunya. “Kayaknya … mamanya Hanna matre, deh. Kedengerannya sih, Hanna ini diminta untuk kerja lagi.”"Ya elaaah! Si Adi gajinya udah puluhan juta juga. Masih aja kudu kerja. Beneran sih, kalau kayak gitu mah. Matre." Andra menepuk jidatnya.Hanna kembali duduk di samping Hanna, kemudian menghela napas pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status