Share

Berhasil Membuatnya Percaya

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2024-04-21 13:07:17

“Namanya siapa?” tanya Udin dengan ramah, menatap pria baru tersebut.

“Nama saya adalah Caraga Sagara. Bapak bisa memanggil saya Sagara,” jawab pria tersebut dengan sopan, sambil tersenyum.

“Salam kenal, Sagara. Saya adalah office boy yang telah lama bertugas di sini. Rumah saya berada di belakang kantor ini,” kata Udin sambil mengangguk.

“Wah, sangat dekat ya,” komentar Sagara dengan ringan. “Tidak akan sulit untuk tiba tepat waktu di kantor.”

Udin mengangguk setuju. “Anda tinggal di mana, Nak? Saya kira Anda memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Mengapa memilih menjadi office boy?”

Sagara tersenyum tipis, menghargai pertanyaan tersebut. “Terima kasih, Pak. Mungkin ini adalah jalan yang sudah ditentukan bagi saya.”

Udin kemudian menepuk bahu Sagara dengan ramah. “Anda sudah menikah, bukan? Saya melihat ada cincin di jari manis Anda.”

Sagara mengangguk sambil tersenyum. “Benar, Pak. Saya sudah menikah dan juga sedang menanti kehadiran seorang anak. Istri saya sedang hamil tiga bulan.”

“Selamat atas berita bahagia itu,” ucap Udin dengan senyum hangat. “Saya harap ibu dan bayi akan selalu sehat. Pastikan untuk merawat kesehatan dengan baik, ya. Kehamilan membutuhkan perhatian khusus dan kehati-hatian. Jangan ragu untuk mengonsumsi obat, susu khusus ibu hamil, dan asupan gizi yang cukup.”

“Terima kasih atas peringatannya, Pak. Saya akan memastikan semuanya berjalan dengan baik,” jawab Sagara, menghargai nasihat yang diberikan oleh Udin.

Setelah percakapan itu, Sagara merenung sejenak. Dia menyadari bahwa ia belum sepenuhnya memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan istri dan calon anaknya. Dengan penyesalan, ia kemudian menghubungi Hanna.

“Halo, Hanna. Sudah minum obat dan membeli susu ibu hamil?” tanyanya dengan nada khawatir, menyadari akan kewajibannya sebagai suami dan ayah yang harus memastikan kesejahteraan keluarganya.

“Ya, aku sudah beli. Tiga hari yang lalu, Mama menemaniku periksa ke dokter dan sekaligus membeli obat serta susu ibu hamil,” ujar Hanna dengan suara yang sedikit bergetar.

“Syukurlah kalau sudah dibeli. Jika kamu perlu periksa lagi, beritahu aku. Aku akan mengantarmu ke dokter,” kata Sagara dengan nada perhatian.

“Iya, Sagara. Sudah makan siang?” tanya Hanna, mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Sudah. Baru saja selesai makan. Bagaimana denganmu?” balas Sagara.

“Sudah. Kamu… langsung bekerja hari ini juga?” tanya Hanna dengan kebingungan.

“Iya, Hanna. Saya diminta langsung bekerja,” jawab Sagara dengan singkat.

“Oh begitu. Saya kira Papa hanya memberikanmu pekerjaan sementara. Apa pekerjaan yang kamu lakukan?” tanya Hanna, mencoba menggali informasi lebih lanjut.

Sagara terdiam sejenak, merenung, kemudian menghela napasnya. “Saya ditugaskan sebagai office boy, Hanna.”

“APA?!” teriak Hanna dengan kaget. “Kenapa, Sagara? Mengapa Papa begitu kejam memberikanmu pekerjaan seperti itu?”

“Hanna, jangan panik dulu, baiklah. Saya baik-baik saja. Kita akan membahasnya lebih lanjut ketika saya pulang. Tunggulah saya pulang,” kata Sagara mencoba menenangkan istrinya.

“Tapi saya tidak bisa menerima kamu menjadi office boy, Sagara!” protes Hanna dengan suara penuh ketakutan.

“Hanna, ini tidak apa-apa. Papa memberi saya dua pilihan. Saya tidak bisa memilih pilihan pertama,” ujar Sagara dengan hati-hati.

“Apa pilihan pertama itu?” tanya Hanna dengan penuh kekhawatiran.

Sagara menelan ludah dengan perlahan. “Diberi uang dua puluh miliar jika saya menceraikan kamu.”

Tidak ada suara yang terdengar dari Hanna. Sagara tahu bahwa Hanna pasti panik mendengar pengakuan dari suaminya itu.

“Hanna, aku sudah katakan bahwa aku baik-baik saja. Kita akan bicara lebih lanjut ketika aku pulang, baik?” ucap Sagara dengan lembut, mencoba menenangkan istrinya yang hening.

“Tapi, Sagara…” isak tangis Hanna terdengar di seberang sana, membuat Sagara merasa hampa.

“Tidak apa-apa. Aku akan melanjutkan kerjaku sekarang. Kamu pasti baik-baik saja di sana. Jika ada yang kamu butuhkan, beri tahu aku. Ketika pulang kerja, aku akan membelikannya,” kata Sagara dengan penuh perhatian.

Sagara mengakhiri panggilan tersebut karena tidak ingin mendengar isakan tangis Hanna yang hanya akan menambah rasa bersalahnya. "Maafkan aku, Hanna. Entahlah, aku tidak tahu apakah ini kebodohan atau tidak. Tetapi, situasi ini cukup sulit bagi hidupmu. Aku meminta maaf." Sagara meneteskan air mata tanpa tahu harus berbuat apa lagi. Ia mengusapnya dengan hati-hati, tidak ingin terlihat lemah hanya karena kesulitan hidup.

"Semuanya akan baik-baik saja. Manusia tidak selalu berada di atas. Si tua Bangka itu pasti akan kembali pada posisinya," ucap Sagara dalam hati, menyumpahi ayah tirinya yang telah membuatnya miskin.

“Sagara?” panggil Udin kemudian.

Pria itu lantas menoleh. “Iya, Pak?”

“Dipanggil Pak Krisna. Pemilik perusahaan ini.”

‘Aku sudah tahu, Pak. Dan sebenarnya dia adalah mertuaku.’ Sagara hanya bisa berucap dalam hati, kemudian menganggukkan kepalanya. “Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi.”

Sagara melangkahkan kakinya menuju ruangan Krisna yang lumayan jauh dari toilet yang baru saja akan ia bersihkan.

‘Ada apa lagi, Pak Krisna memanggilku.’ Sagara kembali berucap dalam hatinya.

Tok tok tok!

Sagara pun masuk ke dalam setelah mendengar perintah masuk dari orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak Krisna?” tanya Sagara dengan sopan.

Krisna menatap datar menantunya itu kemudian menghela napasnya dengan panjang. “Duduk!”

“Baik, Pak!” Sagara pun duduk di depan Krisna.

“Kenapa kamu menolak uang yang saya berikan tadi?” tanya Krisna dengan tegas.

Sagara mengulas senyumnya dengan tulus. “Saya mencintai anak Bapak. Di dalam tubuh Hanna ada makhluk hidup yang membutuhkan sosok ayah, bukan sosok kakek. Kakek atau nenek hanya sekadar saja. Saya tidak bisa melepaskan Hanna begitu saja, sedangkan dia membutuhkan seorang suami di sampingnya.”

Sagara menatap wajah Krisna dengan penuh tekad. “Bapak tidak perlu merestui hubungan kami jika memang sulit memberikannya. Biarkan saya membuktikan bahwa Hanna akan bahagia berada di samping saya. Uang dua puluh miliar tidak memiliki arti baginya. Saya tegaskan sekali lagi: saya tidak akan menceraikan Hanna! Jika Bapak masih bersikeras, itu hanya membuang waktu Bapak. Saya tetap pada pendirian saya. Jika Bapak tidak ingin saya bekerja di sini, saya bisa mengundurkan diri sekarang juga!”

Krisna menggeleng. “Tidak perlu!”

“Baik!” Sagara mengulas senyumnya.

‘Kalau kamu tidak bekerja di sini, bagaimana saya bisa mengenal kamu lebih baik lagi? Juga, saya ragu kamu bisa mendapat pekerjaan di kantor lain,’ pikir Krisna.

Krisna menatap Sagara yang tampak santai, meskipun situasinya jauh dari damai. “Masih ingat apa yang saya ucapkan di malam pernikahan kalian?” tanya Krisna mengingatkan Sagara.

Sagara mengangguk mantap. “Saya masih ingat, Pak Krisna. Dan saya akan membuktikannya. Walau bukan dengan materi, saya memiliki banyak cara untuk membuat Hanna selalu tersenyum. Bapak tidak perlu khawatir.”

Krisna mengusir Sagara dengan mengibas tangannya. Dia tidak mau mendengar lagi ucapan Sagara yang hanya membuatnya bingung dan tidak bisa memberikan tanggapan.

Meski banyak yang dia karang, Sagara berhasil membuat Krisna percaya. Semua itu dilakukannya sebagai balasan atas kebaikan Hanna, dengan harapan tidak mengalami penderitaan seperti sebelumnya, dan untuk menjadi suami yang baik bagi Hanna.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Welcome Baby Twins

    "Kita lakukan tes terlebih dahulu. Susternya sudah saya minta untuk membawakan alat tes kehamilan juga," kata Dokter Azmi menjelaskan.Sagara tampak terkejut. Ia bahkan tak menyangka jika Hanna bisa secepat itu memberinya keturunan, kalau memang alat itu menunjukkan dua garis biru.Tak lama kemudian, Dokter Aris datang dan memberikan tespack kepada Hanna. "Silakan dicek terlebih dahulu, Bu Hanna. Kita periksa setelah hasilnya sudah keluar."Hanna mengangguk kemudian mengambil alat tes kehamilan itu. Lalu, masuk ke dalam toilet untuk segera melakukan tes kehamilan. Semakin cepat, semakin baik. Begitu menurutnya.Lima menit kemudian. Hanna keluar dari toilet. Sagara tengah duduk di samping sang anak yang sedang memakan buah apel yang sudah Sagara potong-potong."Positif, Dok." Hanna memberikan alat itu untuk diperlihatkan kepada Dokter Aris.Dokter Aris manggut-manggut. "Kalau begitu, kita lakukan USG terlebih dahulu. Agar tahu, sudah berapa usianya."Sagara juga ikut ke ruang USG. Pun

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Hanna Hamil?

    Sagara menelan salivanya dengan pelan. Kenangan terburuk yang pernah dia alami begitu menyakitkan hatinya. Di mana nasib buruk itu mengguncang dirinya, datang secara bersamaan.Namun, hasil yang kini dia dapatkan jauh lebih baik dari apa yang pernah dia miliki. Bahkan, orang-orang yang sudah merendahkannya kini bertekuk lutut padanya.Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Di mana acara pernikahan itu sudah selesai dilaksanakan. Para tamu yang datang sudah pulang ke rumah masing-masing.Pun dengan Sagara dan juga Hanna. Mereka memilih untuk pulang setelah acaranya selesai.Di dalam kamar hotel. Keduanya terlihat canggung karena tidak tahu harus dimulai dari mana.Andra pun mengirim pesan kepada Sagara untuk menanyakan perihal malam pertama yang harus dia lakukan.Andra: [Udah molor, belum? Apa jangan-jangan mau ngalahin gue!]Pesan terkirim.Sementara Indah masih berada di dalam kamar mandi. Seolah tak tahu, apa yang harus dia lakukan.Ting!Sagara: [Baru pemanasan. Tapi, karena el

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Posisi yang Sangat Lemah

    “Milla kenapa jadi begitu? Bener-bener sampul nggak bisa menjamin bisa dipercaya,” kata Hanna setelah kembali dari kamar mandi.Sagara mengendikan bahunya. “Lagi suka sama seseorang, kali. Makanya cari perhatian.”Hanna lantas menolehkan kepalanya kepada Sagara. “Kalau sukanya sama kamu, gimana?”Sagara tersenyum miring. “Yaa nggak gimana gimana, Sayang. Mau diganti lagi? Aku sih, terserah kamu aja. Karena aku nggak akan terkena rayuan apa pun kalau dia berani merayuku.”Perempuan itu hanya melirik Sagara yang berbicara dengan santainya. Sebab memang begitu kenyataannya. Tidak tergoda sedikit pun pada orang-orang yang berani menggodanya."Gak akan kelar, kalau diganti lagi dan lagi. Biar aja. Kecuali kamunya oleng."Sagara menatap Hanna kemudian menghela napas kasar. "Nggak akan. Janji, gak akan oleng. Aku gak mau kehilangan kamu. Daripada ladenin orang macam dia, lebih baik aku pindah jabatan aja, kerja di Lestari aja."Hanna terkekeh pelan. "Yaa bagus. Jangan sampai membuang berlian

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Jangan Dulu Pulang

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi.Di ruang makan. Sagara, Hanna, Mayang dan juga Suster Indah tengah sarapan bersama.“Jadi gimana, Sus? Tetap mau resign?” tanya Sagara setelah menyelesaikan acara makannya.Suster Indah menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Bisa kita bicara, Mas Sagara?”Sagara mengangguk. “Temui saya di ruang kerja!” ucapnya kemudian beranjak dari duduknya. Setelahnya, diikuti oleh Suster Indah setelah pamit kepada Hanna dan juga Mayang.“Jadi gimana, Sus?” tanya Sagara setelah tiba di ruang kerjanya.Suster Indah memberikan catatan yang setiap hari ia tulis mengenai kondisi kesehatan Mayang.“Bu Mayang masih butuh pendamping, Mas Sagara. Dan sepertinya, harus selalu ditemani sampai selamanya. Kondisi kejiwaannya tidak sepenuhnya kembali. Dan memang, banyaknya pasien yang sembuh itu tidak sembuh permanen,” tutur Suster Indah menjelaskan.Sagara melihat catatan tersebut. Kemudian menghela napasnya dengan pelan. “Harusnya cari yang udah tua, janda atau perawan tu

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Kondisinya Belum Begitu Normal

    Sampai akhirnya mereka tiba di Indonesia. Setelah berjam-jam lamanya, tanpa ada transit terlebih dahulu. Akhirnya tiba di tanah kelahiran.Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Waktu yang tepat untuk mereka makan terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah. Makan di resto mereka, yang saat itu tidak terlalu ramai. Mereka memilih untuk makan di lantai tiga, ruang privasi sang pemilik resto.“Sayang. Rivano-nya tidurin di tempat tidurnya aja. Bawa ke sini,” teriak Sagara kepada Hanna yang tengah menyusui sang anak.“Iyaaa!” sahut Hanna kemudian.Sagara pun kembali menyesap kopi miliknya yang ia pesan lima menit yang lalu. Sembari menunggu makanan yang mereka pesan tiba.“Gue mau bahas project di Singapura. Kemaren, mereka pengen revisi motif yang ada di ujung deket kaca gitu. Katanya, terlalu rame dan warnanya juga kurang cocok dengan warna tembok kantor mereka.”Sagara manggut-manggut dengan pelan. “Sebenarnya gue lagi males bahas kerjaan. Karena gue masih cuti. Tapi, karena besok udah

  • Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal   Ingin Mengajak Hanna Liburan

    Wisnu sudah tak tahan lagi dengan ucapan tak masuk akal Linda. Meminta agar Hanna dimasukkan ke dalam pemilik Lestari. Daripada meladeni ucapan aneh istrinya itu, ia pun memilih untuk pergi dari rumah itu.Linda mendengus kasar. Ia kemudian menghubungi Hanna untuk memarahi anaknya itu karena sudah berani berhenti bekerja.“Ma. Kan, udah Mas Adi yang menghidupi aku. Setiap bulan juga, aku selalu kirim uang ke Mam,” keluh Hanna dalam panggilan tersebut.Kebetulan sekali, perempuan itu sedang berada di rumah Hanna karena diminta untuk datang ke sana. Membantunya membuka semua kado dari para tamu undangan.“Kenapa dia?” tanya Andra yang juga ikut membantu membuka kado.Hanna mengendikan bahunya. “Kayaknya … mamanya Hanna matre, deh. Kedengerannya sih, Hanna ini diminta untuk kerja lagi.”"Ya elaaah! Si Adi gajinya udah puluhan juta juga. Masih aja kudu kerja. Beneran sih, kalau kayak gitu mah. Matre." Andra menepuk jidatnya.Hanna kembali duduk di samping Hanna, kemudian menghela napas pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status